Manbaul Huda Madrasahku


Oleh: Moh Kholil Mughofar

_________________________
_________________________
I
"Yaqulunur abdur rozaq jailani"
......................
Itu syatar pertama syair tauhid yang pernah kami baca
Yang mungkin tinggal kami saja yang masih tekun membuka lembar lembarnya
Syair cinta pak nur pada sang robb
Murobbi alim yang selalu terlantunkan kisahnya di balik sekat2 madrasah kecil kami
Murobbi sholeh nan penuh keikhlasan
Murobbi santun yang sangat terindukan

II
Sedari kecil kami mendengar nama mereka
Kyai2 tawadhu' panutan
Pun sedari dulu kami membaca
kitab-kitab mereka
Dari tauhid hingga tarikh
Dari arab sampai jawa
Sembari melagukannya dengan gembira
Di pinggir bengawan dan kelas2 diniyah
Seraya berceloteh riuh bersama
Meski hanya 60 lagu
Moga tersyafaati semua

III
Bapak-bapak kami terlampau sering berkisah
Tentang serombongan anak yang menuruti jalan tanah
Membawa oncor dan ublik
menerobos malam dan rasan2 orang desa
Berjalan keselatan dengan begitu bahagia
Lalu duduk manis menyimak dawuh yai
Pak nur sang kembang balen utara
Seumpama beliau rembulan, maka anak-anak itu adalah kunang-kunang
Berterbangan menambah kesyahduan malam
Sedang sang rembulan membagikan sinarnya tanpa perlu berucap ataupun berdendang

III
Dan saat sang kembang harus pergi
Beribu matapun meneteskan luh tangisan
Anak-anak itupun tersedu2 mengantar sang bulan ke peraduannya
Hati tak mau menerima namun apalah daya
Semua kembang yang mekar akan mengatup juga
Lalu berganti pada kembang-kembang yang lain
Yang tak kalah harum wanginya
Dari taman lain
Yang tak kalah indah di mata
Serombong kunang pun terbang terseok kanan kiri menghampir ke kembang yang lain itu
Ialah alim tawadhu yang begitu bercahaya
Mendendangkan ilmu-ilmu dari lubuk hati
Pak ji hannan yang bersahaja
Membuat kunang2 kembali berbahagia
Duduk bersimpuh
Berderet menyimak di teras ndalem sembari membuka lembar kitab mereka
Alangkah indah dan syahdunya

IV
Terdengar asatidz menyampaikan ilmu
Murid menyimak dan lisan menderes hal baru
Sedang di balik tembok,
sang kembang terduduk dengan kursinya ...
ikut menyimak
Tak ragu mengingatkan asatidz bila ada cahaya yang tak ikut bersinar biasnya
Memukulkan tongkat
Seraya berwirid mendoa untuk keberkahan semua
Aduuh ... duhai merindu sekali kami
Adakah kembang2 baru saat ini?
Yang bisa mekar dan mengharum seperti mereka?
Yang tak berharap balasan dan tak membayang imbalan?
Yang ikhlas menjaga hati semua orang?
Yang mengayom dan slalu menyayang?

V
Idza tamma aqlul mar'i qollakalamuhu
Wa abqim bihumqil mar'i in kana muktsiro
Kami memilih diam, pak yai
Kami adalah anak2 dari kunang2 itu
Kami hanyalah anak2 ingusan yang hanya tahu sesikit saja kisah2 kalian
Kami hanya anak2 bawang yang tak tahu aapun, selain ....
bahwa kalian adalah idola kami
Jariyah kalian harapan kami
Peninggalan kalian kebanggaan kami
Petuah kalian pedoman kami
Nama kalian wirid kami
Dan tarikh kalian kesenangan kami

VI
Yai ....
Kami akan menangis bila kalian menangis
Kami akan tersenyum bila kalian tersenyum
Kami akan marah bila kalian marah
Lalu apa yang harus kami lakukan saat ini?
Bila kisah2 tak lagi sama ...
sedang kami mendamba bisa menemu sebagaimana ayah2 kami dahulu
Kamipun ingin menjadi kunang2 baru yang bahagia
Akan kami kitari madrasah yai
Akan kami hiasi jariyah yai
Akan kami cantikkan peninggalan yai
Meski kami bukan siapa-siapa pun bukan apa-apa ... hanya mengharao saja
Kami hanya mengidolakan kalian
Tak lebih,
Saestu ...

VII
Yai ...
Ajarilah kami berjuang
Ajari pula kami kesantunan
Wurui lah kami tentang apa yang baik
Doakanlah kami yang baik-baik
Jariyah kalian akan tetap ada
Peninggalan kalian semoga langgeng selamanya
Dan kamipun akan bahagia ...
sebagai kunang kecil yang menghias
Semoga ikhlas

-------------------
-------------------
Pengagum kembang
Walang yang mengharap menjadi kunang-kunang
01:00 istiwa' - pp. Adnan al charish, ngumpakdalem dander bojonegoro

Comments