Kekecewaan


Oleh: Navier fi Oicha
Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…La ilaha ilallahu Allahu akbar…”

Suara takbir dikumandangkan memenuhi seisi pondok Al-Charish. Aku masih terdiam di musholla utara. Tanpa sadar air mataku menetes.
Aku memang santriyat baru di pondok. Dan bisa dikatakan “Belum kerasan “. Dan malam ini malam hari raya idul adha setelah sholat isyak tepatnya. Air mataku tak sempat kuseka lagi. Mengalir begitu derasnya membasahi pipi jatuh ke mukenaku.
Teringat Ayah, Ibu, Kakak, Adik & Teman-teman. Begitu sedih melewati malam hari raya tanpa keluarga. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
...............................
Malam telah berganti pagi, pagipun berganti siang dan siang berganti sore. Sore yang mendung. Ibuku datang menyambangku. Akupun segera menceritakan keinginanku.
“Bu, aku pengen pulang …” Kataku lirih.
“wong mondok kok pulang terus, ya ndak bisa. Ndak boleh itu” Jawab Ibuku, Hening sebentar.
“Minggu depan saja kalau mau pulang” Kata Ibu tiba-tiba.
“Yang benar, bu?” Kataku girang.
Ibu hanya mengangguk.
....................................
Hari itupun tiba. Saatnya untukku pulang. Aku dijemput oleh kakakku. Senang sekali rasanya akan berkumpul dengan keluarga dan tak lupa juga teman-teman baikku. Namun, apa yang terjadi kemudian ternyata sama sekali tak sesuai dengan yang hampir setiap haru ku angan-angankan. Di rumah aku merasa asing. Bukan keluargaku berubah tapi aku yang tidak bisa menyesuaikan diri. Aku selalu mengurung diri di kamar.
Akhirnya kuambil hp yang tergeletak di kasur dan mencoba mengirim pesan ke teman-temanku.
“hai…aku plg. gimana kabarmu?”
Kukirimkan pesan itu ke 2 temanku dengan harapan bisa mengobati rasa sedihku ini. Namun begitu mengecewakan. Teman-temanku tak ada yang kunjung membalasnya. Hatiku sangat jengkel, sedih & kecewa.
Setelah selang beberapa jam akhirnya ada pesan yang masuk. “Semoga dari teman-temanku” Gumamku dalam hati.
Di layar hp tertera nama kontak temanku. Dengan segera kubuka pesan itu.
“maaf ya baru bisa bls, aku lg kemah. seneng bgt denger kamu plg. gmn keadaanmu? baik kan?”
“oh…gitu ya, gak papa, kamu bls saja aku sdh sng bgt. Alhamdulillah, aku baik tp jd makin langsing alias kurus…he ^=_=^!)”
“ha ha ha, pasti gara2 mikirin aku…(-peace!!!”
“yeach. bisa aja”
“btw, balek kpn?”
“2 hri lagi dah balek”
“yach gak bisa maen brg dong…aku kemahnya baru mulai, jadi 3 hari lagi baru selesai”
“aduh…gmn nich? pdhl aku plg niatnya pengen maen brg. ya udah dech silahkan lanjutin kegiatanmu”
“oke!! bye”
Isi smsku dengan Gebby teman mts-ku dulu. Tak lama kemudian temanku yang lain, Gea membalas pesanku.
“wha…hore…seneng bgt dech denger kamu plg. Tp maaf qt gak ias sms-an, soalnya aku skrg lagi sibuk dgn kegiatan sekolahku. Kpn2 aja ya”
Tanpa kusadari air mataku jatuh,
“Ya Allah…Teman2ku berubah. Sebenarnya ini salahku atau salah mereka?”
Hatiku merintih,. Aku menjadi makin lemah & cengeng. Akhirnya aku hanya bisa membalas;
“iya”
Kecewa sekali dengan semua ini. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini aku tidak usah pulang saja. Lebih baik di pondok walaupun kegiatannya boring tapi hal itu sangat bermanfaat bagiku.
..................................
Malam di rumah sangat sepi, tidak ada suara sahut-sahutan santri yang sedang tadarus Al-Qur`an. Tak ada gremeng-gremeng suara yang sedang melalar hafalan. Tak ada riuh tawa khas anak-anak pondok. Ternyata aku mulai rindu dengan suasana seperti itu.
Tak tahan dengan semua ini, akhirnya aku bicara dengan kedua orang tuaku.
“Bu`, aku ingin balek besok pagi ya…?”
“Memangnya kenapa?” Tanya Ibuku.
“Oh … yo baguslah” Sahut bapak “Bener to…? Mondok itu jangan pulang terus. Di rumah itu gak enak”
Aku hanya diam dan tersenyum malu sambil menegaskan dalam hati “Aku gak pengen pulang lagi kalau gak lagi sakit atau liburan”
........................................

Pagi-pagi sekali aku sudah packing & selanjutnya berangkat ke pesantren. Hatiku lega dan kembali menjalankan aktifitas pondok seperti biasanya. Tulisanku memang kurang bagus namun inilah ceritaku kawan.

PP ADNAN AL CHARISH NGUMPAKDALEM DANDER BOJONEGORO

Comments