Rabun Tingkat Tinggi



By : Mbah Nang Nyantri
“Mereka ada di depanmu. Apa kamu tidak melihatnya?”

Dipondok pesantren, cerita yang paling laku untuk disimak dan menyita perhatian paling besar dari para santri adalah cerita seputar misteri. Walaupun resikonya terhitung sangat besar. Bagaimana tidak? Tak jarang setelah ajang gozib-gozib gaib ada anak yang tidak berani ke jeding untuk BBM (bret-bret-mpret atau buang hajat) sendirian. Yang lucu, ada yang sampai (maaf) kencing di tempat.
Artis-artis dari dunia sana

Konon di era 70-an, kemunculan bangsa lelembut di depan public jalmo manungso adalah hal yang sangat-sangat lumrah. Bukan hanya di malam hari saja. Siang pun juga sama. Menurut kesaksian seorang sesepuh yang pernah penulis temui, setan peri prahayangan sudah mulai berpose seram pada sekitar jam lima sore di pos-pos tertentu.
Sesepuh-sesepuh jawi sangat mewanti-wanti anak cucu mereka agar tidak keluar rumah pada waktu-waktu tertentu yang bertepatan dengan jadwal ngetemnya Mr. Gun (doruwo) dan kawan-kawannya, agar mereka tidak sompo`en atau kaku karena terpesona melihat tampang sok ramahnya mas gun dkk tadi.
Seiring dengan berjalannya waktu, kejadian-kejadian seperti yang saya gambarkan di atas menjadi semakin langka. Bahkan, karena saking langkanya ada sebagian kalangan yang meragukan bahkan tidak percaya adanya bangsa tersebut. Kisah-kisah misteri mereka hanya anggap sebagai mitos belaka, karena seumur-umur mata mereka tidak pernah menyaksikannya sama sekali.
Munculnya keraguan tersebut sebenarnya sangat disayangkan, mengingat Islam sudah memastikan keberadaan alam gaib dalam al Quran. Tapi, jika dipikir-pikir maklum juga sih, kan penghuni alam tersebut tidak pernah disensus. Jadi ndak ada data yang valid.
Perubahan yang terjadi selama empat dasa warsa terakhir ini memunculkan sebuah misteri. Mengapa makhluk-makhluk gaib saat ini jarang yang nongolin batang idungnya? Apa karena bau badannya ndak enak? Ah, kalau itu mah sudah dari dulu. Apa karena mereka jelak? Bukan, itu juga sudah dari dulu. Apa mereka sungkan bertemu dengan orang yang cakep seperti saya? (cye cye) Bukan juga, kan dari dulu sudah cakep. Lalu mengapa? apa? Kapan?
Alternatifnya, apakah mereka sudah pada migrasi ke Bulan atau planet lainnya? Tidak juga. Mereka tetap ada dan bersliwar-sliwer di sekitar kita.
Karena ndak bisa menjawab misteri ini, bang Jepri bertanya pada mbah JO(ko). “Mbah, apa sebabnya?”
Dengan tenang dan mata yang plototan beliau menjawab “Menurut analisa saya, yang berubah itu sebenarnya bukan bangsa lelembutnya. Karena sampai saat ini, mereka tetap lembut seperti dulu. Yang berubah adalah manusianya”
“Maksudnya gimana mbah? Yang ndak nongol itu jinnya, kok yang berubah orangnya? Emak saya sampai sekarang masih makan nasi, ndak berubah?” Tanya kang Jepri sambil garuk-garuk dengkulnya.
Mbah JO(ko) tidak langsung menjawab. Ia diam agak lama; menandakan bahwa ini adalah masalah tingkat tinggi. Sejurus kemudian ia menarik nafas panjang-panjang dan berkata :
“Sebenarnya, mata batin manusia jaman dulu itu lebih tajem dari pada orang-orang sekarang. Karena saking tajemnya itu, pandangan mereka sering sekali menembus ke alam gaib, menerawang mbak Sun-Del-B yang lagi mejeng di bawah barongan.
Orang-orang jaman sekarang ini, mata batinnya rata-rata sudah (maaf) picek, karena tidak pernah mereka gunakan sama sekali. Mereka hanya menggunakan mata luar saja untuk menerawang pemandangan semelohe yang penuh dosa dan melihat-lihat isi dunia ini saja. Tanpa pernah melatih mata batin mereka sama sekali.
Jadi, bukannya bangsa lembut yang ndak pada nongol lagi. Tapi, hati manusialah yang sekarang telah tertutup limbah-limbah kotor, karena banyakan SMS dan Pesbukan” Tukas mbah JO(ko) mengakhiri penjelasannya.
Dari hasil penelitian mbah JO(ko) tersebut kita harus segera ngaca. Bagaimana tho rupa hati kita dan seburuk apa ia, sampai kita ter-mahjub, tak mampu melihat alam yang nyata-nyata ada di depan hidung kita? Rabun jenis ini tentu adalah rabun tingkat tinggi yang dokter kandunganpun tak mampu mengobatinya. Apalagi dokter mata (dibalik juga ndak papa).

Sekarang mas Jepri bingung mau beli kaca mata model apa untuk rabunnya ini. Apa modelnya Heri Potter, agar lebih keren dikit atau model kaca mata kuda yang anti klilip?. Oh iya, sebelum berpisah mbah JO(ko) berpesan kalau ada yang mau mengobati mata hati yang lagi rabun, suruh saja ia untuk mondok di al Charish. Insya Allah top cer. Sn,-

Comments