Oleh: Assa’dily Adi
“Dear My Son, Moch Choirul Huda
Coutique”
Nak, masih ingatkah engkau ketika engkau begitu PD saat ditanya oleh
gurumu tentang apa cita-citamu?, dengan bangganya engkau menjawab "Ingin
membanggakan ke-dua orang tua", hingga engkau tulis hampir di setiap buku
tulismu atau buku bacaanmu tentang cita-citamu ini,
engkau beri hiasan di
pinggir tulisanmu itu, engkau beri warna berbeda agar lebih berkesan.
Hingga engkau besarpun dengan bangganya engkau menjawab dengan jawaban
yang masih sama, dari setiap pertanyaan serupa yang dilontarkan oleh
teman-temanmu.
Namun kini, ketika engkau beranjak dewasa, ketika ayah (dan Ibu) semakin
lelah dengan pekerjaan Ayah, ketika Ayah merasa pendidikan yang Ayah berikan
menjadikan engkau telah sanggup untuk menggantikan pekerjaan Ayah, engkau,
kenapa malah begitu malu untuk melakukannya? Seakan engkau telah menyembunyikan
identitas Ayah di depan teman-temanmu.
Apa engkau merasa pekerjaan Ayahmu yang telah menjadikan dirimu seperti
saat ini, yang telah menjadikan dirimu terkesan begitu hebat di depan teman
ataupun Gurumu hingga kini, begitu menjijikkan?
Oh, atau bisa jadi ini kesalahan Ayah yang kurang hati-hati dalam
pekerjaan Ayah, hingga harta yang Ayah cari tercampur oleh harta Syubhat/Haram
hingga menjadikan dirimu seperti ini. Maafkan Ayah jika memang begitu adanya.
Maafkan.
Tak perlu engkau minta maaf kembali karena memang ini kesalahan Ayah.
Pesan Ayah untukmu Nak, "Berdamailah dengan kenyataan, tak perlu
engkau menyembunyikan identitas aslimu, karena ini bisa menjadikan bumerang
pada masa depanmu. Jika ini terjadi, engkau hanya akan hidup di alam fantasi.
Bolehlah engkau bermimpi, tapi ada saatnya engkau harus bangun untuk mewujudkan
mimpi-mimpimu itu.
Mimpi Ayah adalah membuatmu bangga dengan Ayah Nak, tapi mengapa engkau
begitu mengecewakan Ayah?!.
Satu lagi Nak: Sementara ini Ayah belum mengetahui siapa Ibumu.
PP. ADNAN AL CHARISH NGUMPAKDALEM DANDER BOJONEGORO
Comments