Catatan kelayapan ke gili ketapang



oleh: adib sa'dillah

Kelayapan

"Besok pagi sekali kalian harus bangun, usai shubuh kita langsung berangkat. Aku khawatir kalau kesiangan Ajik akan bangun dan malah ikut". Ucapan kawan saat hari sudah larut, tersirat kekhawatiran jikalau keponakan yg masih kecil ikut dalam acara puicniqe yang telah direncanakan dua hari sebelumnya. Takut dikarenakan kerepotan yg akan di alami kalau Ajik ikut.

Sesaat sebelum Shubuh, saya yang pertama kali dibangunkan, berikut setelahnya kawan-kawan yang lain bergantian dibangunkan utk segera ke kamar mandi, ambil wudlu dll dan segera melaksanakan kewajiban.

Tak banyak kata, karena segalanya sudah direncanakan dan dipersiapkan saat malam hari sebelum kami istirahat.
Segera setelahnya kami bergegas turun bergantian keluar rumah. Mobil dipersiapkan. Tampak begitu menyedihkan rona wajah Ahsan Muzakki dan Kenshin, terlihat jelas kelelahan di wajah mereka berdua karena kemarin hampir seharian kami naik angkot. Meskipun tanpa lelahpun, wajah mereka memang sangat menyedihkan. Berikut dengan penderitaannya.

Kawan kami, sekaligus EO dari acara ini, Bycole Misbah menghubungi dua asisten yang sehari-hari membantunya saat bekerja.

Lama kami menunggu dengan rasa penasaran sambil menahan rasa sedikit jengkel. Tak terfikirkan oleh saya pribadi sebelumnya. Kawan kami, yang seorang bos, mengajak asistennya utk ikut. Satu mobil dengan kami. Tak ada batas, tak ada diskriminasi. Tak ada perbedaan siapa bos, siapa kawan, dan siapa asisten. Semua sama.

Di jaman yang sudah banyak orang bersifat hedonis, tabu bagi mata melihat kejadian yang semisal ini. Kecuali dalam sinetron dan film kartun upin ipin.

Lebih konyolnya lagi, EO kami yang sekaligus bos tersebut bercerita, kalau salah satu asistennya ingin memecatnya sebagai bos dikarenakan sepinya pekerjaan. Mengurangi volume pekerjaan yg mengakibatkan berkurangnya upahlah yang dianggap sebagai Ketidakbecusannya sebagai bos. Edan.

Yang kami tunggu akhirnya datang. Tanpa basa basi segera kami menaiki mobil. Kawan, Bos, sekaligus EO kami yang menjadi driver. "perjalanan menuju lokasi tak jauh dari sini. Yaa, sekitar sejam lah", begitu kurang lebih katanya sambil mengemudi. Layaknya guide sungguhan, dia menjelaskan banyak hal tentang apa yang harus kami lakukan nanti setiba di lokasi detail dg kebiasaan para penduduk setempat atau pelancong seperti kami yg tidak bisa menjaga kebersihan. Dia prediksi, dalam waktu 2-3 tahun ke depan, kalo tidak ada perubahan attitude, mungkin tempat yg kami kunjungi sudah tak senyaman sekarang. Kotor, banyak sampah

Sekitar 50 an menit mengemudi, dg kecepatan yg tak pernah kurang dr 70 km/jam, tibalah di lokasi. Dan masih di dalam mobil, kesan pertama yg saya peroleh jauh dr perkiraan. Ternyata kami ada di sebuah pelabuhan yg, jauh dr kata nyaman. Kumuh, kotor, seakan tak terawat.

Benarlah, kami turun dan dipersilahkan oleh EO utk ngopi sebentar sambil menunggu guide yg telah dia pesan sebelumnya utk menjadi penunjuk perihal apa yg harus kami lakukan nantinya.

Tak lebih dari 30 an menit guide datang. Tapi kami tak bisa melasungkan perjalanan dikarenakan menunggu rombongan lain agar memenuhi kuota yg telah ditentukan. Maklum, kami hanya tujuh orang, sedangkan kuota kurang lebih sekitar 30 an orang. Lepas dr jam setengah delapan pagi, setelah sekitar dua jam kami menunggu. Akhirnya dipersilahkanlah kami utk menaiki perahu yg telah dipersiapkan. Tak ada kesan mewah, seperti perahu nelayan hanya sudah di modifikasi.

Dan, biarlah gambar yang bercerita selanjutnya...

Oya, jikalau ada minat untuk berkunjung, tak ada salahnya anda menghubungi nomor 0857-3380-5006. Tak usah melihat mukanya, karena emang dr sononya menjengkelkan. Tp dijamin anda akan mendapat banyak guyonan selama dalam perjalanan.

Comments