AKU GUNDAH INGIN MENIKAH




Oleh: Moh. Kholil Mughofar

Tadi malam pak ficky curhat kalau beliau tiba-tiba tertarik dengan salah satu santri putri. Namanya ini, dan dia di kelas ini. 

Apa pendapat saya?

Kuhaturkan bahwa saya memang pernah mendengar namanya, namun belum tahu anaknya. Kata beliau, anaknya manis, ndiluk, tanpa rias mencolok, cantiknya alami.

Santri putri yang belau rujuk tersebut bagi saya ibarat isim maushul tanpa shilah-nya. Dia jelas ada di pondok kita, sayapun tentu pernah bersua paling tidak di kelas, namun saya tidak punya gambaran untuk menjelaskan karena memang belum tahu anaknya yang mana? 
Apalagi sampai memiliki 'aid. Dhomir cinta yang terarah kembali pada isim maushul. (Kok tresno, wong tahu saja tidak - apalagi tempe?)

Cinta bersemi sebab kenal.
Cinta tanpa sebab is impossible!

Tenang pak ficky, mari kita yakini bahwa semua akan menikah pada waktunya.
...........................



Mengapa harus menikah? Sedang hidup jomblo lebih bebas?

Pengalaman adalah guru terbaik.
Dan... Kedewasaan perlu diraih serta terus diasah.

Ibu Dr. Hj. Sri Minarti, M.Pd.I, dosen psikologi saya di IAI Sunan Giri, menjelaskan; seseorang sudah bisa disebut dewasa ketika dia telah memenuhi seluruh jenis kedewasaan: jasmani, intelektual, emosional, sosial dan rohani. 
Kedewasaan intelektual dengan meluaskan ilmu pengetahuan, emosional dengan mengontrol emosi, sosial dengan srawungan menungsi dan rohani dengan pendalaman agama.
Sedang, kedewasaan jasmani hanya dapat terwujud dengan satu cara. Menikah. 

Oleh sebab itu... menikahlah agar pengalamanmu lebih lengkap dan kedewasaanmu menyempurna. Pilihlah gadis yang baik untukmu dan keluargamu, pinanglah dia, bersakinahlah dengannya, lalu terimalah amanah kecil sebagai hadiah cucu baru untuk orang tua kita. 
Iya kita 😀.

Kesimpulan,
Kaum jomblo tidak berhak mengaku berpengalaman, apalagi sampai mengaku dewasa!

Isma' ya ashabal ambyar...

#menikah #berputra #sakinah #mawadah #berohmah #beranakcucu #sholihsholihah

Comments