Posts

Showing posts from May, 2025

Bait-Bait Harapan

Image
  Bait-Bait Harapa Ulfa Ulul Haslinda   Ulfa memilih jalan yang tidak populer di kalangan santri putri Pesantren Maulana Malik Ibrahim. Sementara teman-temannya fokus pada hafalan Al-Qur'an atau prestasi akademik, Ulfa justru mengajukan diri menjadi khodam di ndalem, rumah Kyai Ihsanuddin dan Bunyai Fifi. Banyak yang tidak memahami keputusannya. Rizka bahkan sempat menyindirnya, mengatakan bahwa dengan otak secemerlang Ulfa, ia bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat. "Rizka, kamu tidak mengerti," Ulfa tersenyum saat menjawab sindiran sahabatnya itu. "Ada banyak ilmu yang tidak terdapat dalam kitab-kitab. Ada berkah tersendiri dalam khidmah kepada guru." Namun Ulfa tidak pernah menceritakan alasan sebenarnya. Ada rahasia yang ia simpan rapat-rapat dalam hati, sesuatu yang bahkan tidak berani ia tulis dalam buku hariannya. Pagi itu, seperti biasa Ulfa bangun lebih awal dari santri lainnya. Jam dinding kamar asrama baru menunjukkan pukul 03.30 ketika ia...

Sebatang Kara

Image
  Sebatang Kara Maulida Husna Dziaqila   Sore itu, langit Jakarta dihiasi semburat jingga. Di taman kota yang mulai lengang, seorang pemuda duduk sendirian di bangku kayu, memandangi sepasang anak kembar yang bermain riang di kotak pasir. Tawa mereka menggema, mengingatkannya pada tawa yang telah lama hilang. Namanya Reyhan. Usianya baru menginjak dua puluh tahun, namun sorot matanya menyimpan ribuan kisah pilu yang telah ia lalui. --- Enam belas tahun lalu, keluarga kecil Pak Darmawan dan Bu Sari dikaruniai sepasang bayi kembar laki-laki yang sehat. Reyhan dan Rayhan, begitu mereka dinamai. Dua wajah serupa dengan binar mata yang sama. Pak Darmawan, seorang dosen di universitas negeri, dan Bu Sari, seorang guru TK, tak henti bersyukur atas kehadiran buah hati mereka. "Lihat, sayang! Mereka mirip sekali. Bagaimana nanti kita membedakannya?" gurau Bu Sari saat menggendong kedua bayinya. Pak Darmawan tersenyum. "Tenang, Bu. Hatiku akan selalu bisa membedaka...

Si Tukang Maling

Image
  Si Tukang Maling Maulida Husna Dzi Aqila   Langit senja memerah di atas Pesantren Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro. Di gerbang pesantren, seorang gadis dengan wajah tertunduk melangkah keluar sembari menyeret koper usangnya. Nila, santri yang baru tiga bulan menghuni pesantren itu, tidak menoleh ke belakang. Tidak ada yang mengantar kepergiannya. Tidak ada pelukan perpisahan. Hanya bisikan "si tukang maling" yang masih terngiang di telinganya. "Maafkan aku, Ayah, Ibu," bisiknya lirih. Air mata mengalir di pipinya yang pucat. "Aku sudah gagal." Di balik gorden ruang tamunya, Kyai Ihsanuddin dan Bunyai Fifi menatap kepergian Nila dengan wajah sendu. Keputusan untuk mengeluarkan santri selalu menjadi momen paling berat bagi mereka. "Apakah keputusan kita terlalu keras, Pak Kyai?" tanya Bunyai Fifi pelan. Kyai Ihsan menghela napas panjang. "Terkadang ketegasan diperlukan untuk menjaga kemaslahatan bersama, Bu Nyai. Sebagaimana di...