Terjemah Nasoihul Ibad: Bab 2
Terjemah Nasoihul Ibad: Bab 2
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 1: Dua
Perkara yang Lebih Utama
(فمِنْهُ) أَيْ
فَالْمَقَالَةُ الْأُوْلَى مِنَ الْمُنَبِّهَاتِ الثُّنَائِيَّةِ (مَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: خَصْلَتَانِ لاَ شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا:
الْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِينَ) بِالْمَقَالِ
أَوْ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ بِالْبَدَنِ.
(Di antara Bab yang isinya dua dua) Maksudnya maqalah yang pertama dari bab
munabbihat (Nasehat yang mengingatkan supaya bersiap menuju akhirat) yang
isinya dua dua (Adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi bahwa Nabi
bersabda : "Ada dua perkara tidak ada suatu amalan lain yang lebih utama
daripada dua amalan itu yaitu beriman kepada Allah dan memberi manfaat kepada
umat Islam".) Dengan ucapan atau dengan kedudukan atau dengan
hartan atau dengan badan.
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَصْبَحَ لَا
يَنْوِي الظُّلْمَ عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا
جَنَى،
وَ مَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ الْمَظْلُومِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ
كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ مَبْرُورَةٍ".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ :"Barang siapa yang masuk di waktu pagi tidak berniat
dzolim kepada siapapun maka pasti akan diampuni atas kesalahan yang telah
dilakukan. Barang siapa yang masuk di waktu pagi dia berniat menolong orang
yang didzolimi dan memenuhi kebutuhan orang lain Maka perbuatan ini baginya
seperti pahala haji yang mabrur.
وَقَالَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ: "أَحَبُّ الْعِبَادِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُ
النَّاسِ لِلنَّاسِ، وَأَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ
الْمُؤْمِنِ، يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبًا أَوْ يَقْضِي
لَهُ دَيْنًا".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ :"Hamba yang paling disukai oleh Allah adalah orang yang
paling banyak memberi manfaat kepada manusia. Dan amalan yang paling utama
adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, dia usir rasa lapar
dari orang mukmin atau dia hilangkan kesusahan dari orang mukmin atau dia
bayarkan hutang bagi orang mukmin.
(وَخَصْلَتَانِ
لَا شَيْءَ أَخْبَثُ) أَيْ أَنْجَسُ (مِنْهُمَا: الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ
لِلْمُسْلِمِينَ) فِي
أَبْدَانِهِمْ أَوْ أَمْوَالِهِمْ فَإِنَّ جَمِيعَ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى
تَرْجِعُ إلَى خَصْلَتَيْنِ: التَّعْظِيمِ للهِ تَعَالَى وَالشَّفَقَةِ
لِخَلْقِهِ، كَقَوْلِهِ تَعَالَى: "أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا
الزَّكَاةَ" [الْبَقَرَةِ: ٤٣]، وَقََوْلِهِ تَعَالَى: "اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ" [لُقْمَانَ: ١٤]. رُوِيَ عَنْ أُوَيْس الْقَرْنِ أَنَّهُ
قَالَ: "مَرَرْتُ فِي بَعْضِ سِيَاحَتِي بِرَاهِبٍ، فَقُلْتُ یا رَاهِب، مَا
أَوَّلُ دَرَجَةٍ يَرْقَاهَا الْمُرِيدُ؟، قَالَ رَدُّ الْمَظَالِمِ وَخِفَّةُ
الظَّهْرِ مِنَ التَّبِعَاتِ، فَإِنَّهُ لَا يَصْعَدُ لِلْعَبْدِ عَمَلٌ
وَعَلَيْهِ تَبِعَةٌ أَوْ مَظْلَمَةٌ.
(Ada dua perkara tidak ada perkara lain yang lebih
buruk) maksudnya lebih
kotor (dari pada dua perkara ini yaitu yang pertama syirik kepada Allah
dan yang ke dua membahayakan orang Islam) pada fisiknya atau harta
orang Islam. Karena semua perintah Allah itu merujuk pada dua perkara yaitu
yang pertama mengagungkan Allah dan yang ke dua adalah berbelas kasih kepada
makhluk. Seperti Firman Allah "Dirikanlah sholat dan bayarlah zakat"
[Q.S Al-Baqarah : 34] dan firman Allah "bersyukurlah kamu kepadaku dan
kepada kedua orang tua mu" [Q.S Luqman : 14]. Diriwayatkan dari Uwais
al-Qarni, beliau berkata: "Saya melewati sebagian perjalanan saya di dekat
seorang pendeta, lalu saya berkata, 'Wahai pendeta, apa tingkatan pertama yang
harus dilalui seorang murid ?' Pertapa itu menjawab, 'mengembalikan hal hal
yang diambil secara zalim dan ringankan beban dari tangguan tanggungan pada
manusia, sungguh tidak bisa naik amal perbuatan bagi seorang hamba sedangkan
atas hamba itu ada tanggungan dosa pada orang lain atau masih ada
kedzoliman.'"
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 2: Dua
Perintah Agar Bergaul dengan Ulama
(وَ)الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ : (قَالَ) النَّبِيُّ (عَلَيْهِ
السَّلَامُ : عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ
الْعَامِلِينَ (وَاسْتِمَاعِ كَلَامِ
الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْعَالِمِينَ بِذَاتِ
اللَّهِ تَعَالَى الْمُصِيبِينَ فِى أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِى الْقَلْبَ
الْمَيِّتَ بِنُورِ الْحِكْمَةِ) أَيْ
الْعِلْمِ النَّافِعِ (كَمَا يُحْيِى
الْأَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ).
Maqolah yang kedua : (Telah bersabda) Nabi
Muhammad (ﷺ : Tetaplah kamu
beristiqomah duduk bersama para ulama) Yang mengamalkan ilmunya (dan mendengarkan perkataan orang
orang yang ahli hikmah) Maksudnya ahli hikmah adalah orang yang
marifat billah yang senantiasa tepat dalam setiap ucapan mereka dan setiap
perbuatan mereka. (Sungguh Allah Subhanahu wata'ala menghidupkan hati
yang mati dengan cahaya hikmah) Maksudnya ilmu yang bermanfaat (sebagaimana
Allah menghidupkan tanah yang kering dengan air hujan).
وَفِى
رِوَايَةِ الطَّبَرَانِيِّ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ : (جَالِسُوا
الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ) وَفَى رِوَايَةٍ : (جَالِسِ
الْعُلَمَاءَ وَصَاحِبِ الْحُكَمَاءَ وَخَالِطِ الْكُبَرَاءَ) أَيْ فَإِنَّ الْعُلَمَاءَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ :
الْعُلَمَاءُ بِأَحْكَامِ اللهِ تَعَالَى وَهُمْ أَصْحَابُ الْفَتْوَى؛
وَالْعُلَمَاءُ بِذَاتِ اللَّهِ فَقَطْ وَهُمْ الْحُكَمَاءُ فَفِي مُدَاخَلَتِهِمْ
تَهْذِيبٌ لِلْأَخْلَاقِ لِأَنَّهُمْ أَشْرَقَتْ قُلُوبُهُمْ بِمَعْرِفَةِ اللهِ
وَأَشْرَقَتْ أَسْرَارُهُمْ بِأَنْوَارِ جَلَالِ اللَّهِ. وَالْعُلَمَاءُ
بِالْقِسْمَيْنِ وَهُمْ الْكُبَرَاءُ فَإِنَّ مُخَالَطَةَ أَهْلِ اللهِ تُكْسِبُ
أَحْوَالًا سَنِيَّةً وَالنَّفْعُ بِاللَّحْظِ فَوْقَ النَّفْعِ بِاللَّفْظِ
فَمَنْ نَفَعَكَ لَحْظُهُ نَفْعَكَ لَفْظُهُ وَمَنْ لَا فَلَا؛
Disebut dalam riwayat Imam Tobroni dari Imam Abu Hanifah
Rasulullah ﷺ bersabda (Duduklah kalian semua bersama orang orang
besar, dan bertanyalah kamu kepada para Ulama, dan berbaurlah kamu bersama
orang orang yang ahli hikmah). Disebutkan dalam sebuah riwayat : (Duduklah
di majelis ulama, dan bersahabatlah dengan para hukama dan bergaullah dengan
orang orang besar.) Maksudnya Ulama ada tiga macam : Yang pertama
Ulama yang mempunyai ilmu tentang hukum hukum Allah, mereka adalah orang orang
yang berhak memberi fatwa. Yang kedua orang orang yang mengerti tentang dzat
Allah saja, merekalah orang orang ahli hikmah. Bergaul dengan mereka akan
menghaluskan akhlaq. Karena sesungguhnya mereka benar benar bersinar hatinya
dengan marifatullah dan bersinar ruh ruh mereka dengan cahaya keagungan Allah.
Ulama dua bagian tadi mereka adalah Al-Kubarao / orang orang besar. Sungguh
berbaur dengan orang orang yang marifat billah akan menghasilkan sikap sikap
yang mulia. Mendapatkan manfaat karena diperhatikan ulama itu melebihi
kemanfaatan lafadz / ucapan. Barang siapa ulama yang bermanfaat bagimu
perhatiannya maka akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya. Barang siapa ulama
yang tidak memberi perhatian kepadamu maka tidak akan bermanfaat pula kepadamu
ucapannya.
وَكَانَ
السُّهْرَوَرْدِيُّ يَطُوفُ فِى بَعْضِ مَسْجِدِ الْخَيْفِ بِمِنًى يَتَصَفَّحُ
الْوُجُوهَ فَقِيلَ لَهُ فِيهِ فَقَالَ : إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا إِذَا نَظَرُوا
إِلَى شَخْصٍ أَكْسَبُوهُ سَعَادَةً فَأَنَا أَطْلُبُ ذَلِكَ.
Adalah Imam Suhrowardi beliau towaf di masjid khoif yang ada di mina
sambil memcari cari wajah orang kemudian beliau ditanya tentang perbuatannya
maka ia menjawab "sesungguhnya Allah mempunyai hamba hamba, jika hamba itu
menatap pada seseorang mereka memberikan kepada orang yang mereka tatap itu
sebuah kebahagiaan. Saya sedang mencari yang demikian itu."
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (سَيَأْتِي
زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ
فَيَبْتَلِيهِمُ اللَّهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ : أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ
الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ ، وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ تَعَالَى
عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا ، وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا
بِغَيْرِ إِيمَانٍ).
Nabi ﷺ bersabda (akan datang suatu zaman pada umatku di zaman
itu umatku akan lari dari ulama dan fuqoha maka Allah akan memberikan cobaan
kepada umat yang menjauhi ulama dengan tiga musibah : yang pertama dari musibah
itu Allah akan menghapus keberkahan dari hasil kerja mereka yang kedua Allah
akan menguasakan untuk memimpin mereka semua sultan yang dzolim yang ketiga
mereka keluar meninggalkan dunia tanpa iman).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 3: Dua
Perumpamaan Masuk Kubur
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةُ : (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ دَخَلَ الْقَبْرَ بِلَا زَادٍ) أَيْ مِنَ الْعَمَلِ الصَّالِحِ (فَكَأَنَّمَا رَكِبَ الْبَحْرَ بِلَا سَفِينَةٍ) أَيْ فَيَغْرَقُ غَرَقًا لَا خَلَاصَ لَهُ إِلَّا
بِمَنْ يُنْقِذُهُ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَرِيقِ
الْمُغَوِّثِ) أَيْ الطَّلَبِ لِأَنْ يُغَاثَ.
Maqolah yang ke tiga (Dari Abu Bakar As-siddiq Semoga Allah
meridhoinya : Orang yang masuk ke liang lahat / qubur tanpa bekal) Maksudnya
bekal dari amal sholeh (Seakan ia mengarungi lautan tanpa menaiki
perahu) Maksudnya tentu ia akan hanyut tenggelam dengan sebenar
benarnya hanyut yang tiada keselamatan baginya kecuali dengan syafaatnya orang
yang akan menyelamatkan dia sebagaimana Nabi ﷺ bersabda : (Tiadalah mayit itu di alam quburnya
melainkan seperti orang yang hanyut / tenggelam teriak teriak minta tolong) Maksudnya
mencari pertolongan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 4: Dua
Kemuliaan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ
الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ
السَّلَامُ : صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا
وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي
بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).
Maqolah yang ke empat dari : (Dari Umar Radhiallahu Anhu) Dinukil
dari syaikh Abdul mu'ti As-Samlawi (Sesungguhnya Nabi berkata kepada
Malaikat Jibril Alaihissalam : Wahai jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan
Umar ! Lalu Malaikat Jibril berkata : Andai laut-laut menjadi tintanhya pohon
pohon menjadi penanya niscaya aku tidak akan bisa menghitung kebaikan kebaikan
Umar. Kemudian Nabi berkata kepada Malaikat Jibril : Wahai Jibril sebutkan
kepadaku kebaikan-kebaikan Abu Bakar ! lalu Malaikat Jibril berkata : Kebaikan
Umar adalah satu kebaikan dari kebaikan kebaikannya Abu Bakar).
(عِزُّ
الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا
تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا
تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.
(Kemuliaan dunia itu dengan harta dan kemuliaan
akhirat itu dengan amal sholeh) Maksudnya tidaklah menjadi kuat perkara-perkara dunia dan tidak
bisa menjadi baik perkara perkara dunia kecuali dengan harta dan tidaklah
menjadi kuat perkara-perkara akhirat dan tidak bisa menjadi baik
perkara-perkara akhirat kecuali dengan amal sholeh.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah
5: Dua Kesedihan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةِ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ
الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي
الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ
مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.
Maqolah yang ke lima (Dari Utsman Radhiallahu Anhu : Bersedih
karena urusan dunia menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih karena urusan
akhirat menjadikan cahaya dalam hati). Maksudnya kesedihan di dalam
perkara-perkara yang berkaitan dengan dunia pasti akan menjadikan kegelapan
dalam hati. Bersedih di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan akhirat
pasti akan menjadikan cahaya dalam hati. Ya Allah janganlah engkau jadikan
dunia sebesar-besarnya kesedihan kami dan janganlah engkau jadikan dunia sebagai
tujuan dari ilmu kami.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah
6: Dua Pencarian
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ
فِي طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي
طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ اشْتَغَلَ فِي
الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ
فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى وَمَنْ كَانَ
مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ
اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke enam (dari ali radhiallahu anhu) wakarroma
wajhahu (Orang yang ada dalam mencari ilmu maka ada surga dalam
pencariannya. Orang yang ada dalam mencari maksiat maka ada neraka dalam
pencariannya) Maksudnya orang yang sibuk dalam ilmu yang bermanfaat
yang tidak boleh bagi orang baligh yang berakal tidak tahu tentang ilmu
tersebut pada hakikatnya ia sedang mencari surga dan ridho Allah Subhanahu
Wata'ala. Dan barang siapa yang menginginkan perbuatan maksiat pada hakikatnya
ia sedang mencari neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 7: Dua
Pencarian
(و) الْمَقَالَةُ
السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ
حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى
وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا
آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا
قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى
الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ
فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ
السَّلِيمِ.
Maqolah yang ke tujuh (Dari yahya bin ma'adz Radhiallahu Anhu :
Tidak mungkin berbuat maksiat kepada Allah orang yang mulia) Maksudnya
orang yang terpuji perbuatannya. Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan
dirinya dengan perbuatan taqwa dan dengan menjaga dirinya dari perbuatan
maksiat (Dan tidak mungkin mengutamakan dunia) Maksudnya tidak
mungkin mendahulukan dunia dan tidak mungkin mengutamakan dunia (Dari
akhirat orang yang bijaksana) Maksudnya orang yang senantiasa tepat
dalam perbuatan-perbuatannya. Orang yang bijaksana adalah orang yang mencegah
dirinya dari menentang akal sehatnya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 8: Dua
Modal yang Berbeda Hasilnya
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ
التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ كَانَ رَأْسُ
مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى
بِامْتِثَالِ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ
أَفْعَالَهُ بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى،
وَمَنْ تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ
كَثِيرَةٌ عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.
Maqolah yang ke delapan (Dari A'mas) Nama aslinya
adalah Sulaiman Bin Mahran Al-Kufi (Rodhiallahu Anhu : Barang siapa
yang modal utamanya takwa maka menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati
keuntungan agamanya. Barang siapa yang modal utamanya dunia maka menjadi letih
lisan-lisannya dari mensifati kerugian agamanya) Ma'nanya adalah
barang siapa yang berpegang teguh pada takwa dengan melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasarkan
perbuatan perbuatannya sesuai dengan hukum syariat maka untuknya
kebaikan-kebaikan yang banyak tidak terhitung. Barang siapa yang berpegang
teguh pada perkara-perkara yang menyelisihi hukum syara maka untuknya
keburukan-keburukan yang banyak yang menjadikan tidak mampu lisan-lisannya dari
menyebutkan keburukannya dengan hitungan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 9: Dua
Dasar Ma’siyat
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ
شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ
مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ
اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ
يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ
الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ
كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ
مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ
الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ
الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى
ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.
Maqolah yang ke sembilan (Dari sufyan Ats-tsauri Radhiallahu
Anhu) Dia adalah gurunya Imam Malik (Setiap kemaksiatan) Yang
muncul (Dari nafsu) Maksudnya inginnya nafsu pada
sesuatu (Maka sesungguhnya bisa diharapkan diampuninya) Maksudnya
Maksiat Itu. (Setiap kemaksiatan) Yang muncul (Dari
sifat sombong) Maksudnya mengaku lebih utama (Maka
sesungguhnya tidak bisa diharapkan diampuninya maksiat itu karena maksiat Iblis
asal mulanya) Maksudnya maksiat (Karena sombong) Dia
mengklaim dirinya lebih baik dari nabi Adam (Dan) Karena (Kesalahan) Sayyidina (Adam) Alaihissalam (Asal
mulanya dari syahwat) Karenan Inginnya nabi Adam mencicipi buah Khuldi
yang sejatinya itu dilarang.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 10: Dua
Jenis Tangisan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ
يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ
تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ
يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ يَنْدَمَ
وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ
أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً
مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ
الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى
يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ
يَفْرَحُ غَايَةَ الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ
تَعَالَى.
Maqolah yang ke sepuluh (Dari sebagian orang-orang ahli zuhud) Ahli
zuhud adalah orang-orang yang merendahkan dunia dan mereka tidak peduli
terhadap dunia bahkan mereka mengambil dari dunia sebatas keperluan mendesak
mereka. (Barang siapa yang melakukan dosa) Maksudnya dia
memilkul dosa (Kemudian ia tertawa) Maksudnya dalam keadaan
sesungguhnya ia senang dengan memikul dosa (Maka sesungguhnya Allah
akan memasukkannya ke dalam api neraka dan dia akan menangis) Karena
sesungguhnya kewajibannya yaitu menyesal dan memohon ampunan kepada Allah
Ta'ala karena melakukan dosa (Barang siapa yang melakukan ketaatan
kemudian ia menangis) Karena malu kepada Allah Ta'ala dan karena takut
kepada Allah Ta'ala atas kelalaiannya dalam melakukan ketaatan (Maka
sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga kemudian ia tertawa) Maksudnya
ia merasa bahagia dengan sebahagia bahagianya karena ia telah mendapatkan apa
yang ia cari yaitu ampunan Allah Ta'ala.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 11:
Dosa Besar Dan Kecil
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ
الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ
الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ
الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ
غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ.
Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian para ahli hikmah) Maksudnya
para wali (Janganlah kalian meremehkan terhadap dosa yang kecil) Maksudnya
janganlah kalian menghitung dosa sebagai dosa yang kecil (Karena
sesungguhnya meremehkan dosa kecil akan bercabang-cabang darinya dosa dosa yang
besar) Dan juga terkadang murkanya Allah itu sebab dosa dosa yang
kecil.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 12:
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ
فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ
كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ
تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ
الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ
عَنِ الْأُولَى.
Maqolah yang ke dua belas (Dari Nabi ﷺ : Tidak ada dosa kecil dengan terus menerus) Sesungguhnya dosa dosa kecil dengan terus
menerus dilakukan atasnya akan menjadi besar maka jadilah dosa kecil itu
menjadi dosa besar. Dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat
melanggengkannya maka akan menjadi dosa besar. Karena niat seseorang dalam
maksiat adalah maksiat (Dan tidak ada dosa besar dengan istigfar) Maksudnhya
bertaubat dengan syarat syaratnya. Karena sesungguhnya bertaubat akan menghapus
jejak kesalahan walaupun adanya dosa itu sebagai dosa besar. telah meriwayatkan
hadits ini Imam Ad-Dailami dari Ibnu Abbas tetapi riwayatnya dengan
mendahulukan jumlah terakhir dari jumlah pertama.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 13:
Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ
: هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ
مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ
صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى
قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنَ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ
إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ
وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ
السُّتُورِ.
Maqolah yang ke tiga belas (Dikatakan : Cita cita seorang ahli
ma'rifat adalah memuji) Maksudnya yang diinginkan seorang ahli
ma'rifat billah adalah memuji kepada Allah dengan keindahan sifat sifat
Allah (Dan cita cita seorang ahli zuhud adalah doa) Maksudnya
yang menjadi keinginan berpaling dari tambahan atas barang yang melebihi
kebutuhan dari dunia dengan hatinya adalah doa. Doa adalah memohon dengan
kerendahan hati kepada Allah taala dengan meminta sesuatu di sisinya dari
kebaikan (Karena sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli ma'rifat
adalah rabbnya) Bukan ganjaran dan bukan pahala (Sesungguhnya
yang menjadi keinginan ahli zuhud adalah dirinya) Maksudnya
kemanfaatan dirinya dari pahala dan surga. Maka berbeda antara orang yang cita
citanya adalah bidadari dan orang yang cita citanya adalah diangkatnya tabir.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 14:
Mengenal Allah dan diri sendiri
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ
الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ
تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ
بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ
لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ فَإِنَّهُ لَمْ
يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ
تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ
بِنَفْسِهِ) أَيْ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ
عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ
يَعْرِفْ نَفْسَهُ.
Maqolah yang ke empat belas (Dari sebagian orang orang ahli
hikmah) Dokter hati mereka adalah para wali (Barang siapa yang
menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada pelindung yang lebih utama daripada
Allah maka sedikit ma'rifatnya kepada Allah ) Ma'nanya barang siapa
yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada penolong yang lebih dekat daripada
Allah dan lebih banyak pertolongannya daripada pertolongan Allah maka
sesungguhnya dia tidak mengenal kepada Allah Ta'ala (Barang siapa yang
menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih memusuhi daripada
dirinya maka sedikit ma'rifatnya kepada dirinya sendiri) Maksudnya
barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih kuat
daripada dirinya sendiri yang senantiasa memerintahkan maksiat dan senantiasa
mengajak mencela maka sesungguhnya dia tidak mengenal pada dirinya sendiri.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 15:
Lisan Dan Hati
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي قَوْله تَعَالَى :
"ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ"
قَالَ :) أَيْ أَبُو بَكْرٍ فِي تَفْسِيرِ
ذَلِكَ (الْبَرُّ هُوَ اللِّسَانُ
وَاالْبَحْرُ هُوَ الْقَلْبُ فَإِذَا فَسَدَ اللِّسَانُ) بِالسَّبِّ
مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ النُّفُوسُ) أَيْ الْأَشْخَاصُ مِنْ بَنِي آدَمَ (وَإِذَا فَسَدَ الْقَلْبُ) بِالرِّيَاءِ
مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ) قِيلَ: الْحِكْمَةُ فِى أَنَّ اللِّسَانَ وَاحِدٌ
تَنْبِيهٌ لِلْعَبْدِ فِي أَنَّهُ لَا يَنْبَغِى أَنْ يَتَكَلَّمَ إِلَّا فِيمَا
يُهِمُّهُ وَفِى خَيْرٍ. وَقِيلَ: لِأَنَّ اللِّسَانَ الذَّاكِرَ بِكُلِّ لُغَاتٍ
كَانَ ذِكْرُهُ لِلْمَذْكُورِ الْوَاحِدِ وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى، وَكَذَلِكَ
الْقَلْبُ بِخِلَافِ نَحْوِ الْعَيْنِ وَالْأُذُنِ فَإِنَّهُ يَتَعَدَّدُ، قِيلَ:
لِأَنَّ الْحَاجَةَ إِلَى السَّمْعِ وَالْبَصَرِ أَكْثَرُ مِنَ الْحَاجَةِ إِلَى
الْكَلَامِ اهَ. وَإِنَّمَا شَبَّهَ الْقَلْبَ بِالْبَحْرِ لِشِدَّةِ عُمْقِهِ
وَاتِّسَاعِهِ اهِ.
Maqolah yang ke lima belas (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq
Radhiallahu Anhu mengenai firman Allah Ta'ala : "Telah nampak kerusakan di
daratan dan di lautan" Abu Bakar berkata) Maksudnya Abu Bakar
dalam menafsirkan firman itu (Daratan adalah lisan dan lautan adalah
hati maka ketika rusak lisan) Sebab mencaci umpamanya (Maka
pasti menangis atas lisan yang rusak itu manusia) Maksudnya tiap
individu dari anak Adam (Maka ketika rusak hati) Sebab riya
umpamanya (Maka pasti menangis atas hati yang rusak itu malaikat) Dikatakan
: Hikmah mengenai sesungguhnya lisan itu satu yaitu sebagai peringatan bagi
seorang hamba sesungguhnya tidak penting berbicara kecuali dalam perkara yang
menjadi penting untuknya dan dalam kebaikan. Dikatakan : Karena sesungguhnya
lisan yang bertutur kata dengan setiap bahasa ada ucapan dari lisan itu untuk
disebutkan dzat yang hanya satu dia adalah Allah, begitu juga hati. Berbeda
semisal mata dan telinga karena sesungguhnya mata dan telinga berjumla dua.
Dikatakan : karena sesungguhnya kebutuhan untuk mendengar dan melihat itu lebih
besar daripada kebutuhan untuk berbicara. Sesungguhnya Abu Bakar hanya
menyerupakan hati dengan lautan karena dalamnya hati dan karena luasnya hati.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 16 :
Dua Hal yang Bisa Berubah
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ:
إِنَّ الشَّهْوَةَ تُصَيِّرُ الْمُلُوكَ عَبِيدًا) فَإِنَّ
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ (وَالصَّبْرَ
يُصَيِّرُ الْعَبِيدَ مُلُوكًا) لِأَنَّ
الْعَبْدَ بِصَبْرِهِ يَنَالُ مَا يُرِيدُ (أَلَا
تَرَى) أَيْ أَلَا يَصِلُ عِلْمُكَ (إِلَى) قِصَّةِ
سَيِّدِنَا الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ (يُوسُفَ) الصِّدِّيقِ
ابْنِ يَعْقُوبَ الصَّبُورِ ابْنِ إِسْحَاقَ الْحَلِيمِ ابْنِ إِبْرَاهِيمَ
الْخَلِيلِ الْأَوَّاهِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ (وَزُلَيْخَا
؟) فَإِنَّهَا أَحَبَّتْ سَيِّدَنَا
يُوسُفَ نِهَايَةَ الْحُبِّ وَهُوَ يَصْبِرُ عَلَى مَكْرِهَا وَأَذِيَّتِهَا
Maqolah yang ke enam belas (Dikatakan: Sesungguhnya syahwat bisa
menjadikan raja-raja sebagai para hamba) Karena sesungguhnya orang
yang mencintai pada suatu perkara maka dia adalah hambanya perkara itu (Dan
sabar bisa menjadikan hamba-hamba sebagai para raja) Karena
sesungguhnya seorang hamba dengan kesabarannya ia bisa mencapai perkara yang ia
inginkan (Apakah kalian tidak melihat) Maksudnya apakah tidak
sampai pengetahuanmu (pada) Kisah jungjunan kita yang mulia
anak orang yang mulia anak orang yang mulia anak orang yang mulia (Nabi
Yusuf) yang jujur anak dari Nabi Ya'qub yang sangat sabar, Nabi Ya'qub
anak dari Nabi Ishaq yang lembut, Nabi Ishaq anak dari Nabi Ibrahim yang
menjadi kekasih Allah yang banyak bertaubat Alaihimus salam (Dan Siti
Zulaikha ?) Karena sesungguhnya siti Zulaikha mencintai sayyidina
Yusuf dengan setinggi tingginya cinta dan Nabi Yusuf sabar atas tipu daya siti
Zulaikha dan gangguannya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 17 :
Dua Perkara, Untung dan Celaka
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ:
طُوبَى) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ (لِمَنْ كَانَ عَقْلُهُ أَمِيرًا) بِأَنْ يَقْتَدِيَ بِمُرَادِ عَقْلِهِ الْكَامِلِ (وَهَوَاهُ) أَيْ
مَيْلَانُ نَفْسِهِ إِلَى مَا لَاتَشْتَهِيهِ مِنْ غَيْرِ دَاعِيَةِ الشَّرْعِ (أَسِيرًا) أَيْ
مَمْنُوعًا مِنْ ذَلِكَ (وَوَيْلٌ) أَيْ هَلَاكٌ شَدِيدٌ (لِمَنْ
كَانَ هَوَاهُ أَمِيرًا) بِأَنْ
أَرْسَلَهَا إِلَى مُشْتَهَيَاتِهَا (وَعَقْلُهُ
أَسِيرًا) أَيْ مَمْنُوعًا مِنْ نَحْوِ
التَّفَكُّرِ فِي نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى وَفَى عَظَمَتِهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke tujuh belas (Dikatakan: Kebahagiaan) Maksudnya
kebaikan yang banyak (Bagi orang yang akalnya menjadi pemimpin) Dengan
mengikuti pada keinginan akal yang sempurna (Sedangkan hawa nafsunya) Maksudnya
kecondongan dirinya pada perkara yang tidak menginginkan nafsunya pada perkara
itu dari selain ajakan syariat (Dipenjara) Maksudnya yang
dicegah dari kecondongan nafsu. (Celaka) Maksudnya celaka yang
sangat (Bagi orang yang hawa nafsunya menjadi pemimpin) Dengan
mengutus hawa nafsunya pada perkara yang menjadi kesenangan hawa nafsunya (Sedangkan
akalnya dipenjara) Maksudnya akalnya dicegah dari semisal tafakur
tentang nikmat-nikmat Allah dan tentang keagungan Allah Taala.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 18 :
Meninggalkan Dua Perkara
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ:
"مَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ رَقَّ قَلْبُهُ) فَيَقْبَلُ
النَّصِيحَةَ وَيَخْشَعُ لَهَا (وَمَنْ
تَرَكَ الْحَرَامَ) فِي
الْمَطْعُومِ وَالْمَلْبُوسِ وَغَيْرِهِمَا (وَأَكَلَ
الْحَلَالَ صَفَّتْ فِكْرَتُهُ") عَلَى
مَصْنُوعَاتِ اللَّهِ تَعَالَى الدَّالَّةِ عَلَى إحْيَاءِ اللَّهِ تَعَالَى
الْخَلْقَ بَعْدَ الْمَوْتِ وَعَلَى وَحْدَتِهِ تَعَالَى وَقُدْرَتِهِ وَعِلْمِهِ،
Maqolah yang ke delapan belas (Dikatakan: Barang siapa yang
meninggalkan dosa-dosa maka pasti akan menjadi halus hatinya) Maka
hatinya menerima pada nasihat dan hatinya tunduk pada nasihat (Barang
siapa yang meninggalkan perkara-perkara haram) Pada masalah makanan
dan pakaian dan dari selain keduanya (Kemudian dia memakan makanan
halal maka pasti akan menjadi bening fikirannya) atas ciptaan ciptaan
Allah Ta'ala yang menunjukkan atas kuasa Allah menghidupkan makhluk sesudah
mati dan berfikir atas keesaan Allah Ta'ala dan atas kekuasaan Allah dan atas
Ilmu Allah.
وَذَلِكَ
بِأَنْ تَأَمَّلَ بِفِكْرِهِ وَتَدَبَّرَ بِعَقْلِهِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى
خَلَقَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فِي الرَّحِمِ فَجَعَلَهَا عَلَقَةً ثُمَّ مُضْغَةً ثُمَّ خَلَقَ مِنْهَا لَحْمًا وَعَظْمًا وَعُرُوقًا
وَأَعْصَابًا وَشَقَّ لَهَا سَمْعًا وَبَصَرًا وَأَعْضَاءً, ثُمَّ سَهَّلَ
الْخُرُوجَ لِلْجَنِينِ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ وَأَلْهَمَهُ ارْتِضَاعَ الثَّدِيِ
وَجَعَلَهُ فِي أَوَّلِ الْأَمْرِ بِلَا أَسْنَانٍ ثُمَّ أَنْبَتَ لَهُ
الْأَسْنَانَ ثُمَّ أَسْقَطَهَا وَأَزَالَهَا عِنْدَ سَبْعِ سِنِينَ ثُمَّ
أَعَادَهَا مَرَّةً أُخْرَى وَجَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَحْوَالَ الْعَبْدِ
مُتَغَيِّرَةً مِنْ صِغَرٍ إِلَى كِبَرٍ وَمِنْ شَبَابٍ إِلَى هَرَمٍ وَمِنْ
صِحَّةٍ إِلَى سَقَمٍ وَجَعَلَ الْعَبْدَ كُلَّ يَوْمٍ يَنَامُ وَيَسْتَيْقِظُ,
وَكَذَلِكَ شُعُورُهُ وَأَظْفَارُهُ كُلَّمَا سَقَطَ مِنْهَا رَجَعَ إِلَى مَا
كَانَ، وَكَذَلِكَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ يَتَنَاوَبَانِ كُلَّمَا ذَهَبَ
أَحَدُهُمَا جَاءَ الْآخَرُ، وَكَذَلِكَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ
وَالسَّحَابُ وَالْمَطَرُ كُلُّهَا تَجِىءُ وَتَذْهَبُ وَكَذَلِكَ الْقَمَرُ يَنْمَحِقُ
كُلَّ شَهْرٍ ثُمَّ يَتَكَامَلُ ثُمَّ يَنْمَحِقُ، وَكَذَلِكَ الْكُسُوفُ
لِلشَّمْسِ وَالْقَمَرِ حَيْثُ يَذْهَبُ الضَّوْءُ مِنْهَا ثُمَّ يَعُودُ،
وَكَذَلِكَ الْأَرْضُ تَكُونُ يَابِسَةً ثُمَّ يُنْبِتُ اللَّهُ فِيهَا النَّبَاتَ
ثُمَّ يَذْهَبُ مِنْهَا فَتَعُودُ يَابِسَةً ثُمَّ تُنْبِتُ مَرَّةً بَعْدَ
أُخْرَى، فَاَلَّذِى قَدَرَ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ قَادِرٌ عَلَى إِحْيَاءِ
الْمَوْتَى بَعْدَ فَنَائِهِمْ فِى الْأَرْضِ، فَعَلَى الْعَبْدِ أَنْ يُكْثِرَ
الْفِكْرَ فِى ذَلِكَ حَتَّى يَقْوَى إيمَانُهُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ
وَيَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُهُ وَيُجَازِيهِ بِأَعْمَالِهِ، فَعَلَى قَدْرِ
قُوَّةِ إيمَانِهِ بِذَلِكَ يَجْتَهِدُ فِي الطَّاعَاتِ وَاجْتِنَابِ
الْمُخَالَفَاتِ لِلشَّرْعِ.
Dan semua itu dengan meneliti menggunakan fikirannya dan merenung dengan
akal sehatnya bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan ia dari setetes air
mani di dalam rahim ibu kemudian Allah menjadikan setetes mani itu alaqoh
kemudian menjadi segumpal daging kemudian Allah menciptakan dari segumpal
daging itu daging dan tulang dan otot-otot dan saraf saraf dan Allah membagi
dua untuknya pendengaran dan penglihatan dan anggota badan, kemudian Allah
memudahkan keluarnya janin dari perut ibunya dan Allah mengilhami janin itu
menyusu pada ibunya kemudian Allah menjadikan janin itu pada awal kelahiran
tanpa gigi kemudian Allah menumbuhkan untuk janin itu gigi kemudian Allah
memutus gigi itu kemudian Allah menghilangkan gigi itu pada umur tujuh tahun
kemudian Allah mengembalikan gigi itu sekali lagi, kemudian Allah menjadikan
tingkah laku seorang hamba berubah-ubah dari awal masa kecil hingga dewasa dan
dari muda sampai pikun dan dari sehat sampai sakit dan Allah telah menjadikan
seorang hamba setiap hari tidur dan bangun. Begitu juga dengan rambut-rambutnya
dan kuku-kukunya setiap kali ia memotong kukunya maka kembali kuku itu pada
kondisi semula. Begitu juga malam dan siang saling berganti setiap kali hilang
salah satu dari keduanya maka datang yang lain. begitu juga matahari dan
rembulan dan bintang-bintang dan mendung dan hujan setiap salah satu dari
semuanya datang dan pergi. Begitu juga bulan menjadi kecil dari setiap bulan
kemudian menjadi sempurna kemudian menjadi kecil. Dan begitu juga gerhana
matahari dan gerhana bulan sekiranya menjadi hilang cahaya dari keduanya
kemudian kembali. Begitu juga bumi ada yang kering kemudian Allah menumbuhkan
di dalam bumi itu tumbuh-tumbuhan kemudian tumbuhan itu menghilang dari bumi
kemudian Allah mengembalikan tanah itu menjadi kering kemudian bumi itu tumbuh
sekali lagi setelah satu waktu, Maka dzat Allah yang kuasa atas itu semua
adalah dzat yang kuasa menghidupkan yang mati sesudah rusaknya di bumi, Maka
wajib atas seorang hamba memperbanyak berfikir tentang ciptaan Allah itu
sehingga menjadi kuat imannya sampai dibangkitkan lagi sesudah mati dan sampai
dia tahu bahwa Allah telah membangkitkan ia dan Allah akan membalas padanya
atas amal-amalnya. Maka atas ukuran kekuatan imannya tentang perkara itu ia
bersungguh sungguh dalam ketaatan dan ia menjauhi hal-hal yang bertentangan
dengan hukum syariat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 19 :
Dua Wahyu Allah kepada Nabinya
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (أُوحِيَ
إِلَى بَعْضِ الأَنْبِيَاءِ: "أَطِعْنِي فِيْمَا أَمَرْتُكَ وَلاَ تَعْصِنِيْ
فِيْمَا نَصَحْتُكَ") أَيْ
فِيْمَا دَعَوْتُكَ إِلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ وَنَهَيْتُكَ عَمَّا فِيْهِ
الْفَسَادُ.
Maqolah yang ke sembilan belas (Telah diwahyukeun kepada
sebagian dari para nabi : "Taatilah aku dalam hal yang telah aku
perintahkan ke padamu dan janganlah kamu bermaksiat ke padaku dalam hal yang
telah aku nasehatkan ke padamu) Maksudnya dalam hal yang telah aku
perintahkan kepadamu pada perkara yang di dalamnya ada kebaikan dan dalam hal
yang telah aku larang kepadamu dari perkara yang di dalamnya ada kerusakan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 20 :
Dua Kesempurnaan Akal
(و) الْمَقَالَةُ
الْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: "إِكْمَالُ
العَقْلِ اتَّبَاعُ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابُ سُخَطِهِ" ) أَيْ فَخِلَافُ ذَلِكَ جُنُوْنٌ.
Maqolah yang ke dua puluh (Dikatakan : Sempurnanya akal adalah
mengikuti ridho Allah Ta'ala dan menjauhi murka Allah) Maksudnya
menyelisihi semua itu adalah gila.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 21:
Dua Perbedaan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ:
"لَا غُرْبَةَ لِلْفَاضِلِ وَلَا وَطَنَ لِلْجَاهِلِ") أَيْ الْمُتَّصِفِ بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ كَانَ
مُكَرَّمًا مُعَظَّمًا عِنْدَ النَّاسِ فِي أَيِّ بَلَدٍ كَانَ، فَكَانَ كُلُّ
بَلَدٍ عِنْدَهُ وَطَنًا وَلَوْكَانَ غَرِيبًا وَالْجَاهِلُ بِخِلَافِ ذَلِكَ.
Maqolah yang ke dua puluh satu (Dikatakan : "Tidak ada
keterasingan bagi orang yang unggul dan tidak ada tempat tinggal bagi orang
yang bodoh") Maksudnya orang yang disifati dengan ilmu dan amal
jadilah ia dimulyakan dan diagungkan oleh manusia di daerah manapun ia berada,
maka jadila setiap negara baginya adalah tanah air walaupun keberadaannya
adalah sebagai orang asing, sedangkan orang bodoh bertentangan dengan itu
semua.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 22 :
Dua Ciri yang Taat Kepada Allah
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ
: مَنْ كَانَ بِالطَّاعَةِ عِنْدَ اللَّهِ قَرِيبًا كَانَ بَيْنَ النَّاسِ
غَرِيبًا) أَيْ مَنْ اسْتَأْنَسَ
بِاشْتِغَالِ طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى صَارَ مُسْتَوْحِشًا عَنْ النَّاسِ.
Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan : Barang siapa yang
melakukan ketaatan kepada Allah dengan merasa dekat maka jadilah ia di antara
manusia terasing) Maksudnya barang siapa yang menemukan kesenangan
dengan sibuk taat kepada Allah maka ia pasti akan menjadi terasing dari para
manusia.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 23 :
Dua Aktivitas Inti
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ:
حَرَكَةُ الطَّاعَةِ دَلِيلُ الْمَعْرِفَةِ، كَمَا أَنَّ حَرَكَةَ الْجِسْمِ
دَلِيلُ الْحَيَاةِ) وَالْمَعْنَى
أَنَّ إتْيَانَ الْعَبْدِ الطَّاعَةَ لِلَّهِ تَعَالَى عَلَامَةٌ عَلَى
مَعْرِفَتِهِ للَّهِ، فَإِذَا كَثُرَتْ الطَّاعَةُ كَثُرَتْ الْمَعْرِفَةُ،
وَإِذَا قَلَّتْ قَلَّتْ، لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِرْآةُ الْبَاطِنِ.
Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dikatakan : Gerakan ketaatan
adalah tanda adanya kemarifatan, sebagaimana bahwa sesungguhnya gerakan badan
adalah tanda adanya kehidupan) Ma'nanya sesungguhnya mendatangkannya
seorang hamba pada ketaatan karna Allah Ta'ala adalah tanda atas
kemarifatannya kepada Allah, ketika banyak ketaatan maka pasti akan banyak
kema'rifatan dan ketika sedikit ketaatan maka pasti akan sedikit kema'rifatan
karena sesungguhnya prilaku dzhohir adalah cermin bagi batin.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 24 :
Dua Sumber Dosa dan Fitnah
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَصْلُ جَمِيعِ الْخَطَايَا
حُبُّ الدُّنْيَا) وَهِيَ مَا
زَادَ عَنِ الْحَاجَةِ (وَأَصْلُ
جَمِيعِ الْفِتَنِ مَنْعُ الْعُشْرِ وَالزَّكَاةِ) وَهَذَا
مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ، لِأَنَّ الْعُشْرَ خَاصٌّ بِالزُّرُوعِ
وَالثِّمَارِ وَالزَّكَاةُ شَامِلَةٌ لِذَلِكَ, وَلِزَكَاةِ النَّقْدِ
وَالْأَنْعَامِ وَلِزَكَاةِ الْبَدَنِ.
Maqolah yang ke dua puluh empat (Telah bersabda Nabi Muhammad ﷺ : "Pangkal seluruh dosa adalah cinta dunia) Yaitu perkara yang melebihi dari kebutuhan
pokok (Dan pangkal seluruh fitnah adalah menahan dari membayar
sepersepuluh dan menahan zakat) Athof lafadz ini adalah dari
menathofkan lafadz umum pada lafadz yang lebih khusus, Karena sesungguhnya
zakat persepuluh itu khusus bagi hasil tani dan buah buahan. Sedangkan lafadz
zakat itu mencakup pada zakat hasil pertanian dan buah-buahan, dan mencapuk
zakat emas dan ternak dan zakat fitrah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 25 :
Dua Pengakuan Kelemahan Diri
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ
: الْمُقِرُّ بِالتَّقْصِيرِ) أَيْ
بِالْعَجْزِ عَنِ الطَّاعَةِ (أَبَدًا
مَحْمُودٌ، وَالْإِقْرَارُ بِالتَّقْصِيرِ عَلَامَةُ الْقَبُولِ) لِأَنَّهُ إِشَارَةٌ إِلَى عَدَمِ الْعُجْبِ
وَالْكِبْرِ.
Maqolah yang ke dua puluh lima (Dikatakan : Orang yang mengakui
kelalaian dirinya) Maksudnya ketidak mampuan dari ketaatan (Selamanya
terpuji dan mengakui kelalaian diri adalah tanda diterimanya amal) Karena
sesungguhnya mengakui kelalaian diri adalah isyarat tidak adanya sifat ujub dan
takabur.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 26 : Dua
Perbuatan Tercela
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ:
كُفْرَانُ النِّعْمَةِ لُؤْمٌ) أَيْ
عَدَمُ شُكْرِ لِلنِّعْمَةِ دَلِيلٌ عَلَى دَنَاءَةِ النَّفْسِ (وَصُحْبَةُ الْأَحْمَقِ) وَهُوَ
وَاضِعُ الشَّيْءِ فِي غَيْرِ مَحَلِّهِ مَعَ الْعِلْمِ بِقُبْحِهِ (شُؤمٌ) أَيْ
غَيْرُ مُبَارَكٍ، كَمَا رَوَى الطَّبَرَانِيُّ عَنْ بَشِيْرٍ أَنَّهُ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِصْرِمِ الْأَحْمَقَ" بِكَسْرِ
الْهَمْزَةِ وَالرَّاءِ أَيْ اِقْطَعْ وُدَّهُ، وَالْمَعْنَى لَا تُصَاحِبْهُ
لِقُبْحِ حَالَتِهِ وَلِأَنَّ الطِّبَاعَ سَرَّاقَةٌ وَقَدْ يَسْرِقُ طَبْعُكَ
مِنْهُ.
Maqolah yang ke dua puluh enam (Dikatakan : Mengkufuri nikmat
adalah kehinaan) Maksudnya tidak adanya rasa mensyukuri nikmat menjadi
tanda atas kehinaan diri (Dan menemani orang bodoh) Ahmak
adalah orang yang menempatkan satu perkara pada selain tempatnya bersamaan
dengan pengetahuan tentang jeleknya perkara itu (Adalah kesialan) Maksudnya
tidak diberkahi, Sebagai mana telah meriwayatkan Imam At-Thobroni dari Basyir
Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : "Putuskanlah hubunganmu dengan orang yang
bodoh" Lafadz اِصْرِمْ dengan mengkasroh hamzah dan ro Maksudnya putuskanlah
rasa suka padanya. Ma'nanya adalah kamu jangan menemaninya sebab jelek tingkah
lakunya dan karena sesungguhnya karakter itu gampang mencuri dan terkadang
mencuri tabiatmu darinya.
وَرَوَى
التِّرْمِذِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "خَصْلَتَانِ
مَنْ كَانَتَا فِيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُوْنَا
فِيْهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا: مَنْ نَظَرَ فِى
دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى
مَنْ هُوَ دُوْنَهُ فَحَمِدَ اللّٰهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ
اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ
وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ لَمْ
يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا" اهْ.
هَذَا الْحَدِيْثُ جَامِعٌ لِجَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَيْرِ.
Telah meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ telah
bersabda : "Dua perkara barang siapa yang ada dua perkara itu
dalam dirinya maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur
dan orang yang sabar. Barang siapa yang tidak ada dua perkara itu dalam dirinya
maka Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula
sebagai orang yang sabar : Barang siapa yang melihat dalam agamanya kepada
orang yang lebih tinggi darinya maka ia mengikutinya dan ia melihat dalam
masalah dunianya kepada orang yang lebih rendah darinya kemudian ia memuji
kepada Allah atas perkara yang Allah telah melebihkan kepadanya dengan dunia di
atas orang itu maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur
dan sebagai orang yang sabar. Barang siapa melihat dalam urusan agamanya kepada
orang yang lebih rendah darinya dan melihat dalam urusan dunia kepada orang
yang di atasnya kemudian ia menyesal atas perkara yang telah luput darinya maka
Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak juga
sebagai orang yang bersabar". Hadist ini merangkum pada seluruh
macam kebaikan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 27 : Dua
Kerugian
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ الشَّاعِرُ:) مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوِّ :
قَدْ
غَرَّهُ طُوْلُ الْأَمَلِ |
* |
(يَا
مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْتَغَلْ |
حَتّى
دَنَا مِنْهُ الْأَجَلُ |
* |
أَوْ
لَمْ يَزَلْ فِى غَفْلَةٍ |
وَالْقَبْرُ
صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ |
* |
الْمَوْتُ
يَأْتِي بَغْتَةً |
لَا
مَوْتَ إِلَّا بِالْأَجَلِ) |
* |
إِصْبِرْ
عَلَى أَهْوَالِهَا |
Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Telah berkata seorang penyair
:) Dari bahar kamil yang dikurangi satu wazan.
(Wahai
orang yang sibuk dengan urusuan dunia |
* |
Telah
menipu kepadanya panjang angan angan |
Atau
orang yang tidak henti hentinya lalai |
* |
Sampai
dekat kepadanya ajal |
Maut
akan datang secara serentak |
* |
Dan
qubur adalah petinya amal |
Engkau
harus bersabar atas kengerian mati |
* |
Tidak
ada kematian kecuali sebab adanya ajal |
وَرَوَى الدَّيْلَمِيُّ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَرْكُ الدُّنْيَا أَمَرُّ مِنَ الصَّبْرِ وَأَشَدُّ مِنْ حَطْمِ السُّيُوْفِ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ، وَلَا يَتْرُكُهَا أَحَدٌ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ مِثْلَ مَا يُعْطِي الشُّهَدَاءَ، وَتَرْكُهَا قِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشَّبْعِ وَبُغْضُ الثَّنَاءِ مِنْ النَّاسِ، فَإِنَّهُ مَنْ أَحَبُّ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ أَحَبَّ الدُّنْيَا وَنَعِيْمَهَا وَمَنْ سَرَّهُ النَّعِيْمُ كُلَّ النَّعِيْمِ فَلْيَدَعِ الدُّنْيَا وَالثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ".
Telah meriwayatkan Imam Ad-dailimi sesungguhnya Nabi ﷺ telah
bersabda :"Meninggalkan dunia itu lebih pahit dibandingkan dengan sabar
dan lebih berat dibandingkan dengan goresan pedang dalam berperang di jalan
Allah, Tidak ada yang meninggalkan dunia seorangpun kecuali Allah akan memberi
kepadanya pada semisal perkara yang telah diberikan kepada orang-orang yang
mati syahid. Meninggalkan dunia adalah sedikit makan dan kenyang dan membenci
pujian dari manusia. Sesungguhnya orang yang mencintai pujian dari manusia
adalah orang yang mencintai dunia dan kenikmatannya dan orang yang telah
menyenangkannya sebuah kenikmatan atas segala kenikmatan maka ia harus
meninggalkan dunia dan pujian dari manusia".
وَرَوَى
ابْنُ مَاجَهْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ
اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً،
وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللّٰهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ
لَهُ".
Telah meriwayatkan Ibnu Majah Sesungguhnya Nabi ﷺ telah
bersabda : "Barang siapa yang ada niatnya pada akhirat maka pasti
Allah akan mengumpulkan urusannya dan Allah akan menjadikan rasa cukup dalam
hatinya dan datang kepadanya dengan hina, dan barang siapa yang ada niatnya
pada dunia maka pasti Allah akan memecah kepadanya segala urusannya dan pasti
Allah akan menjadikan kefakirannya berada di antara dua matanya dan tidak akan
datang kepadanya dari dunia kecuali perkara yang telah ditetapkan
untuknya".
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 28 : Dua
Kidung Penawar Qolbu
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ
أَبِي بَكْرٍ) دَلْفِ بْنِ جَحْدَرٍ (الشِّبْلِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى) بَغْدَادِيِّ الْمَوْلِدِ وَالْمَنْشَأِ, صَحِبَ
الْجُنَيْدَ وَمَنْ فِي عَصْرِهِ مَالِكِيِّ الْمَذْهَبِ عَاشَ سَبْعًا
وَثَمَانِيْنَ سَنَةً وَمَاتَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَثَلَاثِينَ وَثَلَاثِمِائَةٍ
وَقَبْرُهُ بِبَغْدَادٍ (وَهُوَ
مِنْ عُظَمَاءِ الْعَارِفِيْنَ) بِاللّٰهِ
تَعَالَى (قَالَ) فِى
مُنَاجَاتِهِ (إلَهِيْ إنِّي
أُحِبُّ أَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِيْ مَعَ فَقْرِيْ) أَيْ احْتِيَاجِيْ لِلْحَسَنَاتِ (وَضُعْفِيْ) أَيْ
عَجْزِيْ عَنْ إِكْثَارِ الْعِبَادَاتِ (فَكَيْفَ
لَا تُحِبُّ سَيِّدِيْ) بِحَذْفِ
حَرْفِ النِّدَاءِ (أَنْ تَهَبَ
لِيْ) أَيْ تَسْمَحَ لِيْ (جَمِيْعَ سَيِّئَاتِيْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ
عَنِّيْ) أَيْ عَذَابِيْ فَإِنَّ
سَيِّئَاتِيْ لَا تَضُرُّكَ وَحَسَنَاتِيْ لَا تَنْفَعُكَ،
Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Abu bakar) dalf
bin jahdar (As-Syibli rahimahullahu Ta'ala) Bagdad
kelahirannya dan tempat ia dibesarkan, Imam Syibli bersahabat dengan Imam
junaid dan ulama di zamannya, maliki madhabnya. Imam Syibli hidup selama 87
tahun dan beliau mati di tahun 334 H dan kuburannya ada di bagdad (Dia
adalah pembesar dari kalangan orang orang yang ma'rifat) kepada Allah
Ta'ala (Telah berkata Abu Bakar As-Syibli) Dalam
munajatnya (Wahai tuhanku Sesungguhnya aku ingin menghadiahkan kepadamu
semua kebaikan-kebaikan saya meskipun saya fakir) Maksunya meskipun
saya butuh pada kebaikan-kebaikan (Meskipun saya lemah) Maksudnya
lemahnya saya dari memperbanyak ibadah (Maka bagaimana kau tidak suka
wahai tuanku) Lafadz سَيِّدِيْ dengan membuang huruf nida (Menghibahkan
kepadaku) Maksudnya engkau memaafkan kepadaku (Pada semua
dosa-dosaku meskipun engkau tidak butuh wahai tuanku kepadaku)
Maksudnya tidak butuh mengadabku, Karena sesungguhnya dosa-dosaku tidak akan
membahayakanmu dan kebaikan-kebaikanku tidak bermanfaat padamu.
وَقَدْ
أَجَازَنِيْ بَعْضُ الْفُضَلَاءِ أَنْ أَقْرَأَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سَبْعَ
مَرَّاتٍ هَذِهِ الْأَبْيَاتِ الثَّلَاثَةَ [مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ] :
وَلَا
أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ |
* |
إِلَهِيْ
لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا |
فَإِنّكَ
غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيمِ |
* |
ْفَهَبْ
لِي زَلَّتِيْ وَاغْفِرْ ذُنُوبِي |
وَثَبِّتْنِيْ
عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ |
* |
وَعَامِلْنِي
مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ |
Telah mengijazahkan kepadaku sebagian dari para ulama supaya saya
membaca sesudah sholat jum'at tujuh kali tiga bait ini [dari bahar wafir]
Wahai
tuhanku tidaklah aku untuk surga firdaus sebagai orang yang layak |
* |
Dan
aku tidak kuat pada neraka jahim |
Semoga
engkau membebaskan untukku kesalahanku dan semoga engkau mengampuni
dosa-dosaku |
* |
Maka
sesungguhnya engkau adalah dzat yang mengampuni dosa yang besar. |
Semoga
engkau memperlakukan aku dengan amalan-amalan yang mulia |
* |
Dan
semoga engkau menetapkanku pada manhaj yang lurus |
(حِكَايَةٌ) قَدِمَ
الشِّبْلِيُّ عَلَى ابْنِ مُجَاهِدٍ فَعَانَقَهُ ابْنُ مُجَاهِدٍ وَقَبَّلَ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ فَسُئِلَ عَنْ ذٰلِكَ، فَقَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى النَّوْمِ وَقَدْ أَقْبَلَ الشِّبْلِيُّ، فَقَامَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَيْهِ وَقَبَّلَ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ أَتَفْعَلُ هَذَا بِالشِّبْلِيِّ؟
قَالَ نَعَمْ إنَّهُ لَمْ يُصَلِّ فَرِيْضَةً إلَّا وَهُوَ يَقْرَأُ خَلْفَهَا
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ} إِلَى آخِرِ الْآيَتَيْنِ,
وَيَقُوْلُ: صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ، فَسَأَلْتُ الشِّبْلِيَّ
عَمَّا يَقُوْلُهُ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَكَرَ مِثْلَهُ.
(Kisah) Telah menghadap Imam Syibli kepada Ibnu Mujahid kemudian
Ibnu mujahid merangkul Imam syibli kemudian ia mengecup di antara dua matanya
Imam Syibli kemudian Ibnu Mujahid ditanya tentang perbuatannya maka Ibnu
mujahid menjawab : Aku melihat Nabi dalam mimpi. Sungguh telah menghadap Imam
Syibli kemudian berdiri Nabi di hadapan Imam Syibli kemudian Nabi mengecup di
antara dua mata Imam Syibli, kemudian saya berkata : Wahai Rasulullah kenapa
engkau melakukan ini kepada Imam Syibli ? maka Nabi bersabda ya sesungguhnya
Abu bakar As-Syibli tidaklah ia menunaikan sholat yang fardhu kecuali ia
membaca sesudah sholat {لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ} sampai akhir dua ayat,kemudian ia membaca : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. Kemudian aku bertanya kepada Imam Syibli tentang
perkara yang selalu ia baca sesudah sholat maka bercerita Imam Syibli tentang
hal semisal itu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 29 :
Dua Nasihat Asy-Syilbi (Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah)
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (إِذَا
أَرَدْتَ أَنْ تَسْتَأْنِسَ بِاللّٰهِ) أَيْ
يَسْكُنَ قَلْبُكَ مَعَ اللّٰهِ وَلَا يَنْفِرَ مِنْهُ (فَاسْتَوْحِشْ
مِنْ نَفْسِكَ) أَيْ فَاقْطَعْ مَوَدَّاتِ
نَفْسِكَ.
Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Telah berkata) Maksudnya
Imam Syibli (Ketika kamu ingin menjadi tenang bersama Allah) Maksudnya
menjadi tenang hatimu bersama Allah dan tidak kabur hatimu dari Allah (Maka
bercerailah kamu dari nafsumu) Maksudnya kamu harus memutuskan yang
menjadi kesenangan nafsumu.
سُئِلَ
الشِّبْلِيُّ بَعْدَ مَوْتِهِ عَنْ حَالِهِ فِى الْمَنَامِ، فَقَالَ: قَالَ
اللّٰهُ لِيْ:يَا أَبَا بَكْرٍ أَتَدْرِى بِمَ غَفَرْتُ لَكَ؟، قُلْتُ بِصَالِحِ
عَمَلِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ: بِإِخْلَاصِ عُبُودِيَّتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ
بِحَجِّيْ وَصَوْمِيْ وَصَلَاتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِهِجْرَتِيْ
لِلصَّالِحِيْنَ وَلِطَلَبِ الْعِلْمِ قَالَ : لَا . قُلْتُ: إلَهِي فَبِمَ؟،
فَقَالَ تَعَالَى: أَتَذْكُرُ حِيْنَ كُنْتَ تَمْشِى فِي دَرْبِ بَغْدَادَ
فَوَجَدْتَ هِرَّةً صَغِيرَةً قَدْ أَضْعَفَهَا الْبَرْدُ وَهِيَ تَنْزَوِيْ مِنْ
شِدَّتِهِ فَأَخَذْتَهَا رَحْمَةً لَهَا وَأَدْخَلْتَهَا فِى فَرْوٍ كَانَ
عَلَيْكَ وِقَايَةً لَهَا، فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَالَ تَعَالَى بِرَحْمَتِك
لِتِلْكَ الْهِرَّةِ رَحِمْتُكَ.
Ditanya Imam Syibli sesudah beliau meninggal tentang keadaannya dalam
mimpi, Kemudian Imam Syibli berkata : Telah berfirman Allah kepadaku
:"Wahai Abu bakar apakah kamu tau sebab apa aku mengampunimu ?" Aku
menjawab : "Sebab kesholehan amalku", Allah menjawab :
"Bukan". Aku berkata : "Sebab ikhlasnya ibadahku", Allah
menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab Ibadah hajiku ibadah
puasaku dan sholatku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata :
"Karna hijrahnya aku untuk mengunjungi orang-orang sholeh dan untuk mencari
ilmu", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Wahai
tuhanku sebab apa ?" Maka berfirman Allah Ta'ala : "Apakah kamu tidak
ingat pada saat kamu berjalan di jalan kota baghdad kemudian kamu menemukan
seekor kucing yang masih kecil benar-benar telah melemahkannya rasa dingin dan
kucing itu menggigil sebab sangat kedinginan maka engkau mengambilnya karena
kasihan padanya dan kamu memasukkannya ke dalam kain woll yang ada padamu
karena menjaganya dari kedinginan". Kemudian aku menjawab :
"Iya", kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Sebab rasa sayangmu
pada kucing maka aku menyayangimu".
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 30 :
Dua Kenikmatan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّلَاثُوْنَ (قَالَ) أَيْ
الشِّبْلِيُّ (لَوْ ذُقْتُمْ حَلَاوَةَ
الْوُصْلَةِ) أَيْ الْقُرْبِ مَعَ اللّٰهِ
تَعَالَى (لَعَرَفْتُمْ مَرَارَةَ
الْقَطِيْعَةِ) أَيْ الْبُعْدِ عَنْهُ تَعَالَى،
فَإِنَّهُ عَذَابٌ عَظِيْمٌ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى. وَكَانَ مِنْ
دُعَائِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللّٰهُمَّ
اُرْزُقْنِيْ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَالشَّوْقِ إِلَى
لِقَائِكَ".
Maqolah yang ke tiga puluh (Telah berkata) Maksudnya
Imam As-Syibli (Jika kalian mencicipi manisnya wushul) Maksudnya
dekat dengan Allah (Pasti kalian akan mengetahui pahitnya terputus) Maksudnya
jauh dari Allah Ta'ala, Karena sesungguhnya terputus dari Allah adalah adab
yang sangat besar menurut wali-wali Allah Ta'ala. Ada dari sebagian doa-doa
Nabi ﷺ : "Ya Allah semoga Engkau memberikan rizqi
kepadaku nikmatnya memandang pada dzatmu yang mulia dan nikmatnya rindu untuk
bertemu kepadamu".
Comments