Terjemah Nasoihul Ibad: Bab 3

 

Terjemah Nasoihul Ibad: Bab 3


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3

بَابُ الثُّلَاثِيِّ

وَفِيهِ خَمْسٌ وَخَمْسُونَ مَوْعِظَةً سَبْعَةٌ أَحْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ

Dalam bab ini ada 55 Nasihat, 7 akhbar dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (وَهُوَ يَشْكُوْ) إِلَى النَّاسِ (ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُوْ رَبَّهُ) وَالشِّكَايَةُ لَا تَلِيْقُ إلَّا إلَى اللّٰهِ، فَإِنَّهَا مِنْ جُمْلَةِ الدُّعَاءِ.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi  telah bersabda : Barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Dan ia mengeluh) Kepada manusia (Tentang kesempitan hidup maka seakan akan ia mengeluh kepada tuhannya) Sedangkan mengeluh tidaklah layak kecuali kepada Allah karena sesungguhnya mengeluh adalah sebagian dari jumlah doa.

 أَمَّا الشِّكَايَةُ إلَى النَّاسِ فَهِيَ مِنْ عَلَامَاتِ عَدَمِ الرِّضَا بِقِسْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى لَهُ، كَمَا رُوِيَ عَنْ عَبْدِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُعَلِّمُكُمُ الْكَلِمَاتِ الَّتِيْ تَكَلَّمَ بِهَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حِيْنَ جَاوَزَ الْبَحْرَ مَعَ بَنِيْ إسْرَائِيْلَ؟"، فَقُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللّٰهِ ، قَالَ : قُوْلُوْا اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ. قَالَ الْأَعْمَشُ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ شَقِيْقِيْ اَلْأَسَدِيِّ الْكُوْفِيِّ, وَهُوَ عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

Adapun mengeluh kepada manusia maka itu adalah tanda tidak adanya ridho terhadap bagian dari Allah Ta'ala untuknya. Sebagai mana telah diriwayatkan dari abdullah bin Mas'ud beliau berkata : Telah bersabda Rasulullahi :"Apakah tidak aku memberitahukan kepada kalian beberapa kalimat yang telah berkata dengan kalimat itu nabi musa alaihissalam ketika ia melintasi lautan bersama bani israil ?" Maka kami berkata tentu wahai Rasulullah, Rasulullah  bersabda : "Ucapkanlah oleh kalian Ya Allah hanya milikmu segala puji dan hanya kepadamulah tempat mengeluh dan kamu adalah yang dimintai pertolongan. Tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang maha luhur dan agung." Telah berkata A'mas maka aku tidak pernah meninggalkan doa itu sejak aku mendengar kalimat itu dari saudara kandungku Asadi bangsa kufi, dan A'mas menerimanya dari Abdullah Radhiallahu Anhu.

قَالَ الْأَعْمَشُ أَتَانِي آتٍ فِى الْمَنَامِ فَقَالَ: يَا سُلَيْمَانُ زِدْ فِى هٰذِهِ الْكَلِمَاتِ وَنَسْتَعِيْنُكَ عَلَى فَسَادٍ فِيْنَا، وَنَسْأَلُكَ صَلَاحَ أَمْرِنَا كُلِّهِ.

Telah berkata A'mas telah datang kepadaku orang yang datang dalam mimpi kemudian ia berkata : Wahai Sulaiman tambahkanlah pada kalimat ini. Aku meminta pertolongan kepadamu atas kerusakan dalam diri kami, dan kami meminta kepadamu atas keperluan urusan kami semua seluruhnya.

(وَمَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِى الصَّبَاحِ (لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِينًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللّٰهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ حَزِنَ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا فَقَدْ غَضِبَ عَلَى اللّٰهِ، لِأَنَّهُ لَمْ يَرْضَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِهِ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِقَدَرِهِ لِأَنَّ كُلَّ مَا وَقَعَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى وَقَدَرِهِ (وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ) أَيْ لِأَنَّ الشَّرِيْعَةَ أَنْ يَكُوْنَ تَعْظِيْمُ النَّاسِ لِأَجْلِ صَلَاحِهِ وَلِأَجْلِ عِلْمِهِ دُوْنَ التَّعْظِيْمِ لِأَجْلِ مَالِهِ، فَإِنَّ مَنْ أَكْرَمَ الْمَالَ أَهَانَ الْعِلْمَ وَالصَّلَاحَ.

(Dan barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Karena urusan dunia seraya mengeluh maka sungguh ia telah masuk waktu subuh seraya murka kepada Allah) Makna orang yang mengeluh atas urusan dunia maka sungguh ia telah murka kepada Allah, karena sesungguhnya ia tidak ridho atas qodho Allah dan ia tidak bersabar atas cobaannya dan ia tidak beriman atas kodarnya karena sesungguhnya setiap perkara yang terjadi di dunia maka setiap perkara yang terjadi itu sebab qodho dari Allah dan sebab qodar dari Allah (Dan barang siap merendah kepada orang kaya karena kekayaan orang itu maka sungguh telah hilang dua pertiga agamanya) Maksudnya karena sesungguhnya syariat itu mengagungkan manusia karena kesholehannya dan karena keilmuannya bukan mengagungkan karena hartanya. Sungguh orang yang memuliakan harta ia telah merendahkan ilmu dan kesholehan.

قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ: لَا بُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَمْرٍ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٍ يَجْتَنِبُهُ وَقَدَرٍ يَرْضَى بِهِ، فَأَقَلُّ حَالَاتِ الْمُؤْمِنِ لَا يَخْلُوْ فِيْهَا مِنْ أَحَدِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ، فَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يُلْزِمَ هَمَّهَا قَلْبَهُ وَيُحَدِّثَ بِهَا نَفْسَهُ وَيَأْخُذَ الْجَوَارِحَ بِهَا فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ اهْ.

Telah berkata tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasallahu Sirrohu: Tidak boleh tidak bagi setiap orang mu'min dalam setiap keadaannya dari tiga perkara: Yang pertama perintah yang ia melaksanakannya yang kedua larangan yang ia menjauhinya yang ketiga qodar yang ia ridho padanya. Maka paling sedikit keadaan orang mu'min adalah tidak kosong dalam keadaan itu salah satu dari tiga perkara ini, maka penting bagi orang mu'min mengharuskan dirinya mementingkan tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membisikkan tentang tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membawa anggota badan bersama tiga perkara ini dalam setiap keadaannya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَلَاثٌ لَا تُدْرَكُ بِثَلَاثٍ) أَيْ ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا تُطْلَبُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ (اَلْغِنَى بِالْمُنَى) بِضَمِّ الْمِيْمِ جَمْعُ مُنْيَةٍ، أَيْ فَلَا يَحْصُلُ الْغِنَى بِالْأَمَانِى بَلْ بِالْقِسْمَةِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالشَّبَابُ بِالْخِضَابِ) فَلَا يَحْصُلُ الشَّبَابُ بِخِضَابِ الشَّعْرِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ (وَالصِّحَّةُ بِالْأَدْوِيَةِ) فَلَا تَحْصُلُ الصِّحَّةُ بِنَفْسِ الْأَدْوِيَةِ بَلْ بِشِفَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua (Dari Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu: Tiga perkara yang tidak bisa dicapai dengan tiga perkara) Maksudnya tiga perkara yang tidak bisa dicari dengan tiga perkara (Yang pertama kaya dengan cara melamun) Dengan mendhommahkan huruf mim, lafad مُنَى adalah jamak dari lafad مُنْيَةٌ. Maksudnya maka tidak akan bisa hasil kekayaan dengan cara melamun akan tetapi bisa hasilnya kekayaan sebab ada bagian dari Allah ta'ala (Yang kedua muda dengan mewarnai rambut) Maka tidak akan bisa hasil muda dengan cara menyemir rambut menggunakan hena dan semisalnya (Yang ketiga sehat dengan obat-obatan) Maka tidak akan bisa hasil kesehatan dengan dzat obat-obatan akan tetapi bisa hasilnya kesehatan itu sebab kesembuhan dari Allah Ta'ala.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: حُسْنُ التَّوَدُّدِ) أَيْ الْمَحَبَّةِ (إِلَى النَّاسِ نِصْفُ الْعَقْلِ) كَمَا رَوَى ابْنُ حِبَّانَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقَىُّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مُدَارَاةُ النَّاسِ صَدَقَةٌ" أَيْ مُلَاطَفَةُ النَّاسِ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ يُثَابُ عَلَيْهَا ثَوَابَ الصَّدَقَةِ، وَكَانَ مِنْ مُدَارَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَا يَذُمُّ طَعَامًا وَلَا يَنْهَرُ خَادِمًا وَلَا يَضْرِبُ امْرَأَةً. وَالْمُدَارَاةُ هِيَ تَرْكُ الدُّنْيَا لِأَجْلِ الدِّينِ عَكْسُ الْمُدَاهَنَةِ (وَحُسْنُ السُّؤَالِ) أَيْ لِلْعُلَمَاءِ (نِصْفُ الْعِلْمِ) لِأَنَّ الْعِلْمَ يَحْصُلُ بِهِ (وَحُسْنُ التَّدْبِيرِ) أَيْ إِجْرَاءُ الْأُمُورِ عَلَى عِلْمِ الْعَوَاقِبِ (نِصْفُ الْمَعِيشَةِ) وَهِيَ مَكْسَبُ الْإِنْسَانِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ.

Maqolah yang ke tiga (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Baiknya rasa sayang) Maksudnya cinta (Kepada manusia adalah setengah dari aqal) Sebagaimana telah meriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan Imam Thobroni dan Imam Al-Baihaqi dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya Nabi telah bersabda: "lemah lembut kepada manusia adalah sodaqoh" Maksudnya lemah lembut kepada manusia dengan ucapan dan perbuatan akan diberipahala pada orang yang lemah lembut dengan pahala sodaqoh, dan ada dari sebagian sifat lemah lembutnya Nabi  sesungguhnya Nabi tidak pernah mencela pada makanan dan tidak pernah menyentak kepada pembantu dan tidak pernah memukul kepada istri. Mudaroh adalah meninggalkan dunia karena agama kebalikan dari mudahanah (Dan baiknya bertanya) Maksudnya kepada Ulama (Adalah setengah dari Ilmu) Karena sesungguhnya ilmu itu akan hasil sebab bertanya (Dan baiknya mengelola) Maksudnya mengelola setiap perkara karena mengetahui akibatnya (Adalah setengah dari ma'isyah) Ma'isyah adalah pekerjaan manusia yang ia bisa hidup sebab pekerjaannya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا) بِأَنَّ أَقَلَّ الشِّبَعَ وَالْأَكْلَ وَأَبْغَضَ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ (أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى) لِأَنَّهُ تَرَكَ الرِّيَاءَ وَالتَّفَاخُرَ (وَمَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ أَحَبَّهُ الْمَلَائِكَةُ) لِأَنَّهُ لَا يُتْعِبُ الْكَتَبَةَ الَّذِينَ يَكْتُبُونَ السَّيِّئَاتِ (وَمَنْ حَسَمَ الطَّمَعَ عَنِ الْمُسْلِمِينَ) أَيْ قَطَعَهُ عَنْهُمْ (أَحَبَّهُ الْمُسْلِمُونَ") لِأَنَّهُ لَا يُكَدِّرُ قُلُوبَهُمْ.

Maqolah yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: "Barang siapa meninggalkan dunia) Dengan cara menyedikitkan rasa kenyang dan makan dan membenci pujian dari manusia (Maka akan mencintainya Allah Subhanahu Wata'ala) Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan riya dan membangga-banggakan amal (Dan barang siapa meninggalkan dosa maka akan mencintainya para malaikat) Karena sesungguhnya ia tidak melelahkan malaikat katabah yang menulis amal-amal keburukan (Dan barang siapa meningglakna sifat rakus dari orang orang muslim) Maksudnya memutuskan sifat rakus dari orang orang muslim (Maka akan mencintainya orang orang muslim") Karena sesungguhnya ia tidak mengotori hati orang orang muslim. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْيَا يَكْفِيكَ الْإِسْلَامُ نِعْمَةً) فَإِنَّ أَعْظَمَ نِعَمِ اللَّهِ لِلْعَبْدِ إخْرَاجُهُ مِنَ الْعَدَمِ إلَى الْوُجُودِ، وَإِخْرَاجُهُ مِنْ ظُلُمَاتِ الْكُفْرِ إلَى نُورِ الْإِسْلَامِ (وَإِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلًا) فَطَاعَةُ اللَّهِ تَعَالَى أَعْظَمُ الْأَشْغَالِ (وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ) أَيْ الْعِظَةِ (يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً) فَإِنَّ الْمَوْتَ أَكْبَرُ الْمَوَاعِظِ لِلنَّاسِ.

Maqolah yang ke lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Dan Karroma wajhahu (Sesungguhnya sebagian dari kenikmatan dunia cukup bagimu islam sebagai kenikmatan) Karena sesungguhnya yang terbesar dari nikmat Allah untuk seorang hamba adalah keluarnya seorang hamba dari tidak ada menjadi ada, dan ia keluar dari kegelapan kafir menuju cahaya Islam (Dan sesungguhnya sebagian dari kesibukkan cukup bagimu ta'at sebagai kesibukan) Karena Taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah paling agungnya kesibukan (Dan sesungguhnya sebagian dari pelajaran) Maksudnya nasihat (Cukup bagimu mati sebagai pelajaran) Karena sesungguhnya mati adalah yang terbesar dari sebagian nasihat untuk manusia.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجٍ) أَيْ مَأْخُوذٍ قَلِيلًا قَلِيلًا (بِالنِّعْمَةِ) بِإِكْثَارِهَا (عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَفْتُونٍ) أَيْ مُمْتَحَنٍ بِالْبَلَاءِ (بِالثَّنَاءِ) أَيْ بِكَثْرَةِ ثَنَاءِ النَّاسِ (عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَغْرُورٍ) أَيْ مُطْمَئِنٍّ قَلْبُهُ فِي الدُّنْيَا وَغَافِلٌ عَنْ الْآخِرَةِ (بِالسَّتْرِ) أَيْ بِسَتْرِ اللَّهِ عُيُوبَهُ (عَلَيْهِ).

Maqolah yang ke enam (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu: Begitu banyak dari orang yang ditipu) Maksudnya orang yang diadzab sedikit demi sedikit (dengan kenikmatan) dengan memperbanyak nikmat (Kepadanya, Dan begitu banyak dari orang yang diberi ujian) Maksudnya orang yang diuji dengan musibah (Dengan pujian) Maksudnya dengan banyaknya pujian dari manusia (Kepadanya, Dan begitu banyak dari orang yang tertipu) Maksudnya ditenangkan hatinya di dunia dan lalai dari akhirat (Dengan ditutupnya aib) Maksudnya dengan cara Allah menutup aibnya (Kepadanya).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَهُ السَّابِعَهُ (عَنْ دَاوُدَ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (قَالَ: اُوْحِي فِي الزَّبُورِ) وَهُوَ كِتَابٌ اُنْزِلَ عَلَيْهِ (حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ) ايْ وَاجِبٌ عَلَيْهِ (أَنْ لَا يَشْتَغِلَ إِلَّا بِثَلَاثٍ) مِنْ الْخِصَالِ (تَزَوَّدٌ لِمَعَادٍ) ايْ لِآخِرَتِهِ بِأَدَاءِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (وَمُؤْنَةٌ لِمَعَاشٍ) ايْ قِيَامٌ بِأَمْرِ كِفَايَتِهِ وَصَوْنِهِ, وَفِي عِبَارَةٍ: وَمَرَمَّةٌ لِمَعَاشٍ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ وَتَشْدِيدِ الْمِيمِ أَيْ إِصْلَاحِهِ (وَطَلَبُ لَذَّةٍ بِحَلَالٍ) فَإِنَّ كَسْبَ الْحَلَالِ وَاجِبٌ.

Maqolah yang ke tujuh (Dari Daud seorang Nabi) Alaihis Salam (Ia bersabda: Telah diwahyukan dalam kitab Zabur) Kitab Zabur adalah kitab yang diwahyukan kepadanya (Hak atas orang yang berakal sehat) Maksudnya wajib atasnya (Tidak menyibukkan diri kecuali atas tiga) Perkara (Berbekal untuk tempat kembali) Maksudnya untuk Akhirat dengan cara menunaikan amal-amal sholeh (Dan usaha untuk kehidupan) Maksudnya mendirikan pekerjaan yang mencukupinya dan menjaganya, dan Dalam suatu ibarat: مَرَمَّةٌ لِمَعَاشٍ dengan memfathahkan huruf mim dan ra dan mentasydid mim maksudnya memperbaiki urusan untuk kehidupannya (Dan mencari kenikmatan dengan yang halal) Karena sesungguhnya pekerjaan halal adalah wajib.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَخْرٍ (أَنَّهُ قَالَ) قَالَ النَّبِيُّ : ("ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ) أَيْ مُخَلِّصَاتٌ لِصَاحِبِهَا مِنَ الْعَذَابِ (وَثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ) أَيْ مُوقِعَاتٌ لِفَاعِلِهَا فِي الْهَلَاكِ (وَثَلَاثُ دَرَجَاتٍ) أَيْ مَنَازِلُ فِي الْآخِرَةِ (وَثَلَاثُ كَفَّارَاتٍ) لِذُنُوبِ عَامِلِهَا (أَمَّا الْمُنْجِيَاتُ: فَخَشْيَةُ اللَّهِ تَعَالَى فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) قُدِّمَ السِّرُّ لِأَنَّ تَقْوَى اللَّهِ فِيهِ أَعْلَى دَرَجَةً (وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى) أَيْ التَّوَسُّطُ فِي الْمَعِيشَةِ بِأَنْ لَمْ يُجَاوِزْ فِيهَا الْحَدَّ وَرَضِيَ بِذَلِكَ (وَالْعَدْلُ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ) بِأَنْ يَغْضَبَ لِلَّهِ وَيَرْضَى لِرِضَاهُ.

Maqolah yang ke delapan (Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu) Namanya Abu Huroiroh adalah Abdul Rahman bin Sokhr (Sesungguhnya Abu Huroiroh berkata) Telah bersabda Nabi ("Tiga perkara yang menyelamatkan) Maksudnya menyelamatkan bagi ornag yang membawanya dari adzab (Dan tiga perkara yang membinasakan) Maksudnya terjadi bagi orang yang melakukannya dalam kebinasaan (Dan tiga derajat) Maksudnya tempat-tempat di akhirat (Dan tiga penghapus) Untuk menhapus dosa dosa dari orang yang melakukannya (Adapun perkara yang menyelamatkan adalah: Takut kepada Allah dalam kerahasiaan dan dalam keramaian) Didahulukan lafadz السِّرُّ karena sesungguhnya bertakwa kepada Allah dalam kerahasiaan itu adalah setinggi tingginya derajat (Dan bercita cita dalam keadaan faqir dan dalam keadaan kaya) Maksudnya pertengahan dalam masalah kehidupan dengan cara tidak melewati dalam masalah kehidupan pada batasan dan ia ridho terhadap kehidupan. (Dan adil dalam keridhoan dan dalam kemarahan) Dengan cara ia mara karena Allah dan ia ridho karena ridhonya Allah.

(وَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ فَشُحٌ شَدِيدٌ) أَيْ بُخْلٌ شَدِيدٌ فَلَا يُؤَدِّي مَا عَلَيْهِ مِنْ حَقِّ اللَّهِ وَحَقِّ الْخَلْقِ. وَفِي رِوَايَةٍ: فَشُحٌّ مُطَاعٌ أَيْ بُخْلٌ يُطِيعُهُ الْإِنْسَانُ أَمَّا لَوْ كَانَ الْبُخْلُ مَوْجُودًا فِي النَّفْسِ غَيْرَ مُطَاعٍ فَلَا يَكُونُ مُهْلِكًا لِأَنَّهُ مِنَ الصِّفَاتِ اللَّازِمَةِ لِلنَّفْسِ (وَهَوًى مُتَّبَعٌ) بِأَنْ يَتْبَعَ مَا يَأْمُرُهُ بِهِ هَوَاهُ (وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ) أَيْ نَظْرُهُ إِلَيْهَا بِعَيْنِ الْكَمَالِ مَعَ نِسْيَانِ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَمَعَ الْأَمْنِ مِنْ زَوَالِهَا .

(Adapun perkara yang membinasakan adalah pelit yang keterlaluan) Maksudnya pelit yang keterlaluan ia tidak menunaikan suatu perkara yang wajib atasnya dari hak Allah dan hak makhluk. Dalam suatu riwayat: Pelit yang diikuti maksudnya pelit yang mengikuti padanya para manusia. Adapaun jika terbukti sifat pelit yang ada dalam dirinya tidak diikuti maka sifat pelit itu tidak akan menjadi hal yang membinasakan karena sesungguhnya sifat pelit adalah sebagian dari sifat yang lazim bagi diri (Dan keinginan yang diikuti) Dengan cara ia mengikuti perkara yang memerintah kepada dirinya atas perkara itu keinginannya (Dan ujubnya seseorang pada dirinya sendiri) Maksudnya melihatnya ia pada dirinya sendiri dengan pandangan kesempurnaan sambil melupakan nikmat dari Allah dan sambil merasa aman dari hilangnya nikmat itu.

(وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ فَإِفْشَاءُ السَّلَامِ) أَيْ إِظْهَارُ السَّلَامِ بَيْنَ النَّاسِ بِأَنْ تُسَلِّمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَهُ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْهُ (وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ) لِلضَّيْفِ وَالْجَائِعِ (وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) أَيْ التَّهَجُّدُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ حَالَ غَفْلَةِ النَّاسِ فِي لَذَّةِ النَّوْمِ.

(Adapun derajat adalah menyebarkan salam) Maksudnya menampakkan salam di antara manusia dengan cara mengucapkan salam kepada orang yang ia kenal dan kepada orang yang tidak ia kenal (Dan memberi makanan) Kepada tamu dan kepada orang yang lapar (Dan Sholat di waktu malam sedangkan manusia tertidur) Maksudnya sholat tahajud di tengah malam dalam keadaan lengahnya manusia sebab nikmatnya tidur.

(وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ) أَيْ الَّتِي عَادَتُهَا أَنْ تَمْحُوَ الْخَطِيئَةَ (فَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ) بِفَتْحَتَيْنِ جَمْعُ سَبْرَةٍ بِفَتْحٍ فَسُكُونٍ أَيْ إِتْمَامُ الْوُضُوءِ فِي وَقْتِ شِدَّةِ الْبَرْدِ بِأَنْ يَأْتِيَ بِسُنَنِهِ (وَنَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ) أَيْ إِلَى الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ) لِيُصَلِّيَهَا فِى الْمَسْجِدِ وَمِثْلُهُ انْتِظَارُ كُلِّ خَيْرٍ.

(Adapun perkara yang menghapus dosa) Maksudnya yang kebiasaannya menghapus pada kesalahan (Menyempurnakan wudhu disaat dingin) Dengan memfathahkan keduanya Jamak dari lafadz سَبْرَةٍ dengan membaca fathah kemudian sukun. Maksudnya menyempurnakan wudhu di waktu yang sangat dingin dengan mendatangkan sunah-sunah wudhu (Dan melangkahkan kaki untuk berjamaah) Maksudnya untuk melaksanakan sholat sambil berjamaah (Dan menunggu sholat sesudah sholat) sehingga ia bisa melaksanakan sholat berjamaah di masjid dan yang seumpama dari menggu sholat sesudah sholat adalah menunggu setiap kebaikan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ) لِأَنَّ آخِرَ الْحَيِّ مَيِّتٌ (وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّك مُفَارِقُهُ) أَيْ مُفَارِقُ مَنْ شِئْتَ بِالْمَوْتِ (وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّك مَجْزِيٌّ بِهِ) لِأَنَّ الْعِبَادَ مَجْزِيُّونَ بِأَعْمَالِهِمْ إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ .

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata Malaikat Jibril Alaihis salam: Wahai Muhammad hiduplah semaumu karena sesungguhnya engkau akan mati) Karena sesungguhnya akhir dari kehidupan adalah mati (Dan cintailah orang yang engkau kehendaki karena sesungguhnya engkau akan berpisah darinya) Maksudnya berpisah dari orang yang engkau kehendaki sebab kematian (Dan beramallah kamu atas apa yang engkau kehendaki Karena sesungguhnya engkau akan dibalas sebab amal mu) Karena sesungguhnhya para hamba akan dibalas sebab amal-amal mereka jika amal mereka baik maka balasannya baik jika amal mereka jelek maka balasannya jelek.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: ثَلَاثَةُ نَفَرٍ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ) أَيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (اَلْمُتَوَضِّئُ فِي الْمَكَارِهِ) جَمْعُ مُكْرَهٍ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ  أَيْ فِي أَوْقَاتِ الْمَشَقَّةِ وَهِيَ أَوْقَاتُ الْبَرْدِ الشَّدِيدِ (وَالْمَاشِي إِلَى الْمَسَاجِدِ فِي الظُّلَمِ) لِأَجْلِ الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (وَمُظْعِمُ الْجَائِعِ).

Maqolah yang ke sepuluh (Telah bersabda Nabi : Tiga golongan yang akan menaungi merekak Allah Subhanahu Wata'ala di bawah naungan arsyinya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah) Maksudnya di hari kiamat (Orang yang berwudhu di waktu waktu yang dibenci) lafadz الْمَكَارِهُ adalah jamak dari lafadz مُكْرَهٌ dengan memfathahkan mim dan ro. Maksudnya di waktu-waktu sulit yaitu waktu-waktu dingin yang sangat (Dan orang yang berjalan menuju masjid di waktu gelap) Untuk melaksanakan sholat berjamaah (Dan orang yang memberi makan kepada orang yang lapar).



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لِأَيِّ شَيْءٍ اتَّخَذَكَ اللَّهُ خَلِيلًاً؟ قَالَ: بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: اِخْتَرْتُ أَمْرَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَى أَمْرِ غَيْرِهِ) وَفِي نُسْخَةٍ: مَا اخْتَرْتُ أَمْرَ الْغَيْرِ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَا اهْتَمَمْتُ بِمَا تَكَفَّلَ اللَّهُ لِي) أَيْ مَا قُمْتُ بِأَمْرِ مَا تَحَمَّلَ اللَّهُ لِي مِنَ الرِّزْقِ (وَمَا تَعَشَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ وَقْتَ الْمَسَاءِ (وَمَا تَغَدَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ وَقْتَ الْغَدَاةِ (إلَّا مَعَ الضَّيْفِ) رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَمْشِي مِيلًاً أَوْ مِيلَيْنِ لِطَلَبِ مَنْ يَأْكُلُ مَعَهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ.

Maqolah yang ke sebelas (Dikatakan pada Nabi Ibrohim Alaihis Salam: Karena sebab apa Allah Subhanahu Wataalah menjadikan kamu sebagai kekasih? Nabi Ibrahim bersabda: Sebab tiga perkara: Aku lebih memilih perintah Allah di atas perintah selain Allah) Dan dalam satu tulisan: Aku tidak mengutamakan perintah orang lain di atas perintah Allah Ta'ala (Dan aku tidak pernah meresahkan perkara yang telah Allah jamin untukku) Maksudnya aku tidak berdiri atas perkara yang Allah telah menjamin untukku daru urusan rizqi (Aku tidak makan malam) Maksudnya Aku tidak makan di waktu sore (Dan aku tidak makan siang) Maksudnya aku tidak makan di waktu siang (Kecuali bersama tamu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Ibrohim Alaihissalam berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang akan makan bersama Nabi Ibrohim Alaihissalam.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 12

(وَالْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِأَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ (ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ تُفَرِّجُ الْغُصَصَ) بِضَمِّ الْغَيْنِ أَيْ تَكْشِفُ الْغُمُومَ (ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى) بِأَيِّ صِيغَةٍ كَانَتْ كَأَنْ يَقُولَ كَثِيرًا: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاللَّهِ"، أَوْ بِالْمُنَاجَاةِ كَأَنْ يَقُولَ: "يَا مُغِيثَ كُلِّ مَلْهُوفٍ" نَادَاهُ "وَيَا مُجِيبَ كُلِّ مُضْطَرٍّ" دَعَاهُ، وَ"يَا حَلِيمًا عَلَى كُلِّ ذِي هَفْوَةٍ" عَصَاهُ، وَ"يَا قَائِمًا بِالْكِفَايَةِ" لِمَنْ آثَرَهُ عَلَى دُنْيَاهُ "أَسْأَلُكَ الْوُصُولَ إلَى مَا لَا أَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بِمَعُونَتِكَ وَدَفْعَ مَا لَا أُطِيقُ دَفْعَهُ إلَّا بِقُوَّتِكَ وَأَسْأَلُكَ خَيْرَةً فِيهَا عَافِيَةٌ وَعَافِيَةً فِيهَا خَيْرَةٌ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ".

Maqolah yang ke dua belas (Dari sebagian ahli hikmah) Maksudnya dokter hati (Tiga perkara yang akan membuka lebar-lebar kesempitan) Lafadz الْغُصَصَ dengan mendhommahkan huruf gin. Maksudnya akan menghilangkan kesumpekan (Dzikir kepada Allah Ta'ala) Dengan redaksi manapun yang ada seperti seseorang berkata sebanyak-banyaknya: "Tiada tuhan selain Allah tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah", atau dengan bermunajat seperti seseorang berkata: "Wahai dzat yang selalu menolong setiap orang yang dilanda kesedihan" ia memanggil kepada Allah dan "Wahai dzat yang selalu mengijabah setiap orang yang terdesak" ia berdoa kepada Allah dan "Wahai dzat yang selalu lemah lembut kepada setiap orang yang memiliki kesalahan" yang ia bermaksiat kepada Allah dan "Wahai dzat yang mendirikan kecukupan" untuk orang yang lebih mengutamakan kepada Allah di atas keduniaannya "Aku memohon kepadamu untuk mencapai apa yang tidak bisa aku raih kecuali dengan pertolonganmu dan aku memohon kepadamu untuk mencegah perkara yang aku tidak kuasa untuk mencegahnya kecuali dengan kekuatanmu dan aku memohon kepadamu kebaikan yang di dalamnya ada keselamatan dan keselamatan yang di dalamnya ada kebaikan dengan rahmatmu wahai dzat yang maha penyayang dari yang penyayang".

(وَلِقَاءُ أَوْلِيَائِهِ) مِنْ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَكَلَامُ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى خَيْرَيْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

(Dan bertemu kekasih Allah) Dari golongan para ulama yang sholeh (Dan kalam ahli hikmah) Maksudnya orang yang menunjukkan pada dua kebaikan dunia dan akhirat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ التَّابِعِينَ (مَنْ لَا أَدَبَ لَهُ) مَعَ اللَّهِ تَعَالَى وَمَعَ الْخَلْقِ (لَا عِلْمَ لَهُ) يُعْتَدُّ بِهِ (وَمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ) عَلَى تَحَمُّلِ الْبَلَايَا وَأَذَى الْخَلْقِ وَعَلَى مَشَقَّةِ اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي وَعَلَى أَدَاءِ الْفَرَائِضِ (لَا دِينَ لَهُ) يُعْتَدُّ بِهِ (وَمَنْ لَا وَرَعَ لَهُ) عَنِ الْمَحَارِمِ وَالشُّبُهَاتِ (لَا زُلْفَى لَهُ) أَيْ لَا مَرْتَبَةَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا قُرْبَةَ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke tiga belas (Dari Hasan Al-Basri Radhiallahu Anhu) Beliau termasuk dari sebagian para pembesar tabiin (Barang siapa yang tidak ada adab pada dirinya) Bersama Allah dan bersama makhluk (Maka tidak ada ilmu baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang siapa tidak ada kesabaran pada dirinya)  Atas tanggungan berbagai musibah dan atas gangguan dari sesama makhluk dan atas beratnya menjauhi kemaksiatan dan atas beratnya melaksanakan kewajiban (Maka tidak ada agama baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang siapa tidak ada kehati-hatian pada dirinya) Dari perkara haram dan syubhat (Maka tidak ada kedekatan pada allah baginya) Maksudnya tidak ada pangkat baginya di sisi Allah dan tidak ada kedekatan baginya dari Allah Ta'ala.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ خَرَجَ إِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ فَبَلَغَ ذَلِكَ نَبِيَّهُمْ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَأَتَاهُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (لَهُ) أَيْ لِذَلِكَ الرَّجُلِ (يَا فَتَى إنِّي أَعِظُكَ بِثَلَاثِ خِصَالٍ فِيهَا عِلْمُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ) أَيْ يَكْفِيكَ ذَلِكَ (خَفِ اللَّهَ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) أَيْ فِي حَالِ الْخَفَاءِ عَنِ النَّاسِ وَفِي حَالِ الظُّهُورِ عِنْدَهُمْ (وَأَمْسِكْ لِسَانَكَ عَنِ الْخَلْقِ لَا تَذْكُرْهُمْ إلَّا بِخَيْرٍ) كَمَا قَالُوا: مَنْ غَرْبَلَ النَّاسَ نَخْلُوهُ (وَانْظُرْ خُبْزَكَ الَّذِي تَأْكُلُهُ حَتَّى يَكُونَ) أَيْ ذَلِكَ الْخُبْزُ (مِنَ الْحَلَالِ) فَحِينَئِذٍ تَأْكُلُهُ وَإِلَّا فَلَا تَأْكُلْهُ (فَامْتَنَعَ الْفَتَى عَنِ الْخُرُوجِ) إِلَى بَلَدٍ آخَرَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ.

Maqolah yang ke empat belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari Bani Israil yang keluar untuk mencari ilmu kemudian sampailah cerita itu kepada Nabi Bani Israil) Alaihimus Salam (Kemudian nabi mengutus kepadanya kemudian pemuda itu mendatangi Nabi) Alaihis Salam (Kemudian berkata) Alaihis Salam (Kepadanya) Maksudnya kepada pemuda itu (Wahai pemuda sesungguhnya aku akan memberikan pepatah kepadamu dengan tiga perkara yang didalamnya ada ilmu awal dan akhir) Maksudnya cukup untukmu ilmu itu (Takutlah kamu kepada Allah dalam keadaan rahasia maupun dalam keadaan ramai) Maksudnya dalam keadaan sepi dari manusia dan dalam keadaan nampak di sisi orang lain (Tahan lisanmu dari para manusai jangan menyebut-nyebut manusia kecuali dengan perkataan yang baik) Sebagaimana telah para ulama telah berkata : Barang siapa mencari-cari kesalahan manusia maka manusia akan mencari kesalahannya (Dan perhatikanlah tentang rotimu yang akan kamu makan sehingga terbukti) roti (Dari yang halal) ketika itu halal silahkan kamu memakannya dan jika tidak maka jangan kamu makan roti itu (Kemudian pemuda itu tercegah dari keluar) Menuju Negara lain untuk mencari ilmu. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 15

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَمَعَ ثَمَانِينَ تَابُوتًا مِنَ الْعِلْمِ وَ) الْحَالُ أَنَّهُ (لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ، فَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إلَى نَبِيِّهِمْ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (أَنْ) تَفْسِيرِيَّةٌ (قُلْ لِهَذَا الْجَامِعِ) لِتِلْكَ الْكُتُبِ (لَوْ جَمَعْتَ كَثِيرًا مِنَ الْعِلْمِ لَمْ يَنْفَعْكَ إلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: لَا تُحِبَّ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعَهَا وَزُخْرُفَهَا (فَلَيْسَتْ بِدَارِ الْمُؤْمِنِينَ) الْفَاءُ لِلتَّعْلِيلِ، أَيْ لِأَنَّهَا لَيْسَتْ دَارَ جَزَاءٍ لِلْمُؤْمِنِينَ فَإِنَّ دَارَ ثَوَابِهِمْ الْجَنَّةُ (وَلَا تُصَاحِبِ الشَّيْطَانَ) بِأَنْ تُطِيعَ أَمْرَهُ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ (فَلَيْسَ بِرَفِيقِ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الشَّيْطَانَ لَيْسَ رَفِيقًا لَهُمْ (وَلَا تُؤْذِ أَحَدًا) مِنْ عِبَادِ اللَّهِ (فَلَيْسَ بِحِرْفَةِ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الْإِيذَاءَ لَيْسَ صَنْعَتَهُمْ.

Maqolah yang ke lima belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari Bani Israil yang mengumpulkan 80 peti dari ilmu dan) keadaan lelaki itu sesungguhnya ia (Tidak menerima manfaat dengan ilmunya, kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Bani Israil) Alaihis Salam (Yakni) lafadz أَنْ pada kalimat ini bermakna tafsiriyah / penjelasan (Katakanlah kepada orang yang mengumpulkan ilmu ini) tentang buku-buku itu (Walaupun kamu mengumpulkan begitu banyak sebagian dari ilmu tidak akan bermanfaat ilmu itu kecuali kamu megamalkan tiga perkara: Kamu tidak mencintai dunia) Maksudnya pada kesenangan dunia dan hiasan dunia (Karena sesungguhnya dunia bukanlah tempat tinggal orang-orang mu'min) Huruf ف pada kalimat فَلَيْسَتْ itu bermakna litta'lil, Maksudnya karena sesungguhnya dunia bukanlah tempat balasan untuk orang orang mu'min karena sesungguhnya balasan orang-orang mu'min adalah Surga (Dan janganlah kamu bersahabat dengan Syaiton) Dengan mengikuti perintah Syaiton dan menyelisihi perintah dari Allah dan dari Rasulullah (Karena Syaitan itu bukanlah sahabat orang-orang mu'min) Maksudnya karena sesungguhnya Syaiton bukanlah sahabat bagi orang-orang mu'min (Dan janganlah kamu menyakiti satu orangpun) Dari hamba-hamba Allah (Karena menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min) Maksudnya karena sesungguhnya menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min.



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيِّ) عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَدَارَانِ قَرْيَةٌ مِنْ قُرَى دِمَشْقَ، مَاتَ سَنَةَ خَمْسَ عَشْرَةَ وَمِائَتَيْنِ (أَنَّهُ قَالَ فِي الْمُنَاجَاةِ:) مَعَ اللَّهِ تَعَالَى (إلَهِيْ لَئِنْ طَالَبْتَنِيْ بِذَنْبِيْ لَأَطْلُبَنَّكَ بِعَفْوِكَ) لِأَنَّ مَغْفِرَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوبِيْ (وَلَئِنْ طَالَبْتَنِيْ بِبُخْلِيْ) بِمَنْعِ الْوَاجِبِ أَوْ مَنْعِ السَّائِلِ مِمَّا فَضَلَ عِنْدِيْ (لَأَطْلُبَنَّكَ بِسَخَائِكَ) أَيْ بِكَرَمِكَ (وَلَئِنْ أَدْخَلْتَنِيْ النَّارَ لَأَخْبَرْتُ أَهْلَ النَّارِ بِأَنِّيْ أُحِبُّكَ).

Maqolah yang ke enam belas (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni) Abdur Rahman bin Atiyyah Radhiallahu Anhu, Istilah daroni adalah satu desa dari sebagian desa desa damasqus, beliau wafat pada tahun  215 H (Sesungguhnya ia telah berkata dalam munajatnya:) Bersama Allah Ta'ala (Wahai tuhanku jika engkau menuntut padaku atas dosaku pasti aku akan menuntut padamu  atas ampunanmu) Karena sesunguhnya ampunanmu lebih luas dibandingkan dengan dosa-dosaku (Dan jika engkau menuntut padaku atas sifat pelitku)  Dengan menahan kewajiban atau mencegah dari orang yang meminta-minta dari apa yang telah engkau anugrahkan kepadaku (Pasti aku akan menuntut padamu atas sifat kedermawananmu) Maksudnya atas sifat pemurahmu (Dan jika engkau memasukkanku ke dalam neraka pasti aku akan mengabarkan pada penduduk neraka bahwa sungguh aku cinta padamu).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 17

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: أَسْعَدُ النَّاسِ مَنْ لَهُ قَلْبٌ عَالِمٌ) بِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى مَعَهُ فِي أَيِّ مَوْضِعٍ كَانَ (وَبَدَنٌ صَابِرٌ) عَلَى الطَّاعَاتِ وَالْمَرَازِي (وَقَنَاعَةٌ) أَيْ رِضًا (بِمَا فِي الْيَدِ) مِنْ قِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ.

Maqolah yang ke tujuh belas (Dikatakan: Paling bahagianya manusia adalah orang yang memiliki hati yang alim) Karena sesungguhnya Allah Ta'ala bersamanya di tempat manapun ia berada (Dan badan yang sabar) Atas ketaatan dan kebaktian (Dan qona'ah) Maksudnya ridho (Atas perkara yang ada pada tangan) Yakni bagian dari Allah Ta'ala dan tenangnya hati ketika tidak ada orang yang dikenal.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ هَلَكَ قَبْلَكُمْ) مِنَ الْأُمَمِ (بِثَلَاثِ خِصَالٍ: بِفُضُولِ الْكَلَامِ) وَهُوَ مَا لَا خَيْرَ فِيهِ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا (وَفُضُولِ الطَّعَامِ) وَهُوَ مَا لَا يُعِينُهُ عَلَى الدِّينِ (وَفُضُولِ الْمَنَامِ) وَهُوَ مَا لَا يَنْفَعُهُ فِي الدِّينِ.

Maqolah yang ke delapan belas (Dari Ibrohim An-Nakho'i) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya celaka pada orang yang celaka sebelum kalian) Dari umat-umat (Hanya sebab tiga perkara: Sebab berlebihan berbicara) Yaitu ucapan yang tidak ada kebaikan di dalamnya tentang agama dan dunia (Dan berlebihan makan) Yaitu makanan yang tidak menolongnya pada agama (Dan berlebihan tidur) Yaitu tidur yang tidak memberi manfaat untuk agama.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيّ) الْوَاعِظُ لَهُ لِسَانٌ فِي الرَّجَاءِ خُصُوصًا وَكَلَامٌ فِي الْمَعْرِفَةِ، خَرَجَ إِلَى بَلْخٍ وَأَقَامَ بِهَا مُدَّةً وَرَجَعَ إِلَى نَيْسَابُورَ وَمَاتَ بِهَا سَنَةَ ثَمَانٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ (طُوبَى لِمَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ تَتْرُكَهُ) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ لِمَنْ صَرَفَ أَمْوَالَهُ فِي أَنْوَاعِ الْبِرِّ قَبْلَ ذَهَابِهَا عَنْهُ (وَبَنَى قَبْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَهُ) بِأَنْ عَمِلَ مَا فِيهِ تَوْنِيْسٌ فِي الْقَبْرِ (وَأَرْضَى رَبَّهُ) بِامْتِثَالِ أَمْرِهِ وَاجْتِنَابِ نَهْيِهِ (قَبْلَ أَنْ يَلْقَاهُ) بِالْمَوْتِ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Yahya bin Mu'ad Ar-Razi) Seorang pepatah yang memiliki bahasa pasih dalam masalah roja khususnya dan perkataan dalam masalah kema'rifatan. Beliau keluar menuju daerah Balkh dan bermukim di daerah Balkh pada satu masa dan kembali ke daerah Naisabur dan mati di daerah Naisabur pada tahun 258 H (Kebahagiaan bagi orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya) Maksudnya kebaikan yang banyak bagi orang yang mentasorufkan hartanya dalam warna kebaikan sebelum hilang harta itu darinya (Dan membangun kuburannya sebelum ia masuk ke dalam kubur) Dengan mengamalkan perkara yang didalamnya ada kesenangan di alam qubur (Dan ridho kepada Rabbnya) Dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya (Sebelum ia bertemu dengannya) Sebab mati.  

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ سُنَّةُ اللَّهِ) أَيْ عَادَتُهُ (وَسُنَّةُ رَسُولِهِ) أَيْ شَأْنُهُ (وَسُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ) أَيْ أَمْرُهُمْ (فَلَيْسَ فِي يَدِهِ شَيْءٌ) أَيْ فَلَيْسَ لَهُ شَيْءٌ يُعْتَدُّ بِهِ (قِيلَ لَهُ - أَيْ لِعَلِيٍّ - مَا سُنَّةُ اللَّهِ؟ قَالَ:) أَيْ عَلَيٌّ (كِتْمَانُ السِّرِّ) وَهُوَ مَا أَخْفَاهُ النَّاسُ مِنَ الْحَدِيثِ عِنْدَ شَخْصٍ فَكِتْمَانُ السِّرِّ وَاجِبٌ (وَقِيلَ: مَا سُنَّةُ الرَّسُولِ؟ قَالَ: الْمُدَارَاةُ بَيْنَ النَّاسِ) كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ:

Maqolah yang ke dua puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhahu (Barang siapa yang tidak ada padanya sunnatullah)  Maksudnya kebiasaan Allah (Dan sunnah Rasulnya) Maksudnya urusan rasulullah (Dan sunnah wali-wali Allah) Maksudnya urusan wali-wali Allah (Maka tidak ada pada tangannya apapun) Maksudnya tidak ada baginya sesuatu yang dianggap atasnya (Dikatakan padanya - Maksudnya pada Ali - Apa Sunnatullah ? Ia berkata) Maksudnya Ali (Menyimpan rahasia) Rahasia adalah perkara yang telah menyembunyikan padanya manusia dari perakara yang datang dari seseorang maka menyembunyikan rahasia adalah wajib (Dan dikatakan: Apa sunnah Rasul ? Ia berkata: Beradaptasi di antara manusisa) Sebagaimana telah berkata sebagian ulama:

وَأَرْضِهِمْ مَا دُمْتْ فِي أَرْضِهِمْ

*

وَدَارِهِمْ مَا دُمْتَ فِي دَارِهِمْ

 

Dan kamu harus beradaptasi dengan manusia selama kamu masih berada di kampung halaman mereka

*

Dan kamu harus ridho kepada manusia selama kamu masi berada di tanah mereka

(وَقِيلَ: مَا سُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ؟ قَالَ: اِحْتِمَالُ الْأَذَى مِنَ النَّاسِ، وَكَانُوا مَنْ قَبْلَنَا) مِنَ الْأُمَمِ (يَتَوَاصَوْنَ) أَيْ يُوصِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا (بِثَلَاثِ خِصَالٍ وَيَتَكَاتَبُونَ بِهَا) أَيْ يُرْسِلُ بَعْضُهُمُ الْكِتَابَةَ بِتِلْكَ الثَّلَاثِ إِلَى بَعْضٍ، فَمَنْ بَدَلٌ مِنْ اِسْمِ كَانَ (مَنْ عَمِلَ) شَيْئًا مِنَ الْأَعْمَالِ (لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ) أَيْ فَهُوَ فِي حِفْظِ اللَّهِ تَعَالَى فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِ (وَمَنْ أَحْسَنَ سَرِيرَتَهُ) أَيْ ضَمِيرَ قَلْبِهِ (أَحْسَنَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ) فَالظَّاهِرُ يَدُلُّ عَلَى الْبَاطِنِ (وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ) بِأَنْ عَمِلَ عَمَلًا خَالِصًا مِنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ وَالتَّسْمِيعِ (أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ) فَمَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّهُ الْخَلْقُ.

(Dan dikatakan: Apa sunnah wali-wali Allah ? Ia berkata: Menanggung rasa sakit dari manusia, Dan ada wali wali Allah itu yaitu orang sebelum kita semua) Dari berbagai umat (Mereka saling memberikan wasiat) Maksudnya memberikan wasiat sebagian dari mereka kepada sebagian yang lainnya (Dengan tiga perkara dan mereka saling berkirim surat dengan tiga perkara itu) Maksudnya mengirim sebagian dari mereka sebuah tulisan dengan tiga perkara kepada sebagian yang lain. Lafadz مَنْ قَبْلَنَا adalah badal dari isim كَانَ (Barang siapa beramal) suatu perkara dari berbagai amal (Untuk akhiratnya maka Allah akan mencukupi urusan agama dan urusan dunianya) Maksudnya ia dalam penjeagaan Allah di dalam semua keadaan (Dan barang siapa yang membaguskan rahasianya) Maksudnya hati nuraninya (Maka pasti Allah akan membaguskan lahiriyahnya) Dzohir itu menunjukkan pada hal yang batin (Dan barang siapa yang memperbaiki perkara antara dirinya dan antara Allah) Dengan cara mengamalkan amalan yang murni dari sifat riya dan ujub dan sum'ah (Maka pasti Allah akan memperbaiki perkara antara dirinya dan manusia) Barang siapa yang cinta padanya Allah maka akan cinta kepadanya makhluk.



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (كُنْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ) وَذَلِكَ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قُدَّسَ سِرَّهُ: إذَا لَقِيتَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ رَأَيْتَ الْفَضْلَ لَهُ عَلَيْكَ وَتَقُولُ عَسَى أَنْ يَكُونَ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا مِنِّي وَأَرْفَعَ دَرَجَةً فَإِنْ كَانَ صَغِيرًا قُلْتَ: هَذَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ وَأَنَا قَدْ عَصَيْتُ فَلَا شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنًى، وَإِنْ كَانَ كَبِيرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللَّهَ قَبْلِیْ، وَإِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا أُعْطِيَ مَا لَمْ أَبْلُغْ وَنَالَ مَا لَمْ أَنَلْ وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ وَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ، وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا قُلْتَ: هَذَا عَصَى اللَّهَ بِجَهْلٍ وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ وَلَا أَدْرِي بِمَ يَخْتَمُ لِي أَوْ بِمَ يُخْتَمُ لَهُ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي عَسَى أَنْ يُسْلِمَ فَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ وَعَسَى أَنْ أَكْفُرَ فَيُخْتَمَ لِي بِسُوءِ الْعَمَلِ اهْ.

Maqolah yang ke dua puluh satu (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Jadilah kamu di hadapan Allah  sebaik-baiknya manusia dan jadilah kamu di hadapan dirimu sejelek-jeleknya manusia) Dan hal itu sebagaimana telah berkata tentangnya tuanku syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa sirrohu : Ketika kamu berjumpa dengan salah seorang dari manusia kamu melihat keistimewaan padanya di atas dirimu kemudian kamu berkata bisa jadi ia terbukti di sisi Allah lebih baik dari pada aku dan lebih tinggi derajatnya. Jika terbukti orang itu masih keci kamu berkata anak ini tidak bermaksiat kepada Allah sedangkan aku sungguh telah bermaksiat maka tidak diragukan lagi dia lebih baik daripada aku. Jika terbukti orang itu lebih tua kamu berkata orang ini sungguh telah beribadah kepada Allah sebelum diriku. Jika terbukti orang itu berilmu kamu berkata orang ini telah diberikan ilmu yang tidak bisa aku capai dan ia memperoleh perkara yang tidak aku peroleh dan ia mengetahui perkara yang tidak aku ketahui dan ia beramal dengan ilmunya. Jika terbukti orang itu bodoh kamu berkata orang ini bermaksiat kepada Allah bersama kebodohannya sedangkan aku bermaksiat kepada Allah bersama ilmu dan aku tidak tau pada perkara yang mengakhiriku dan mengakhirinya. Jika terbukti orang itu kafir kamu berkata aku tidak tahu bisa jadi ia masuk islam kemudian mengakhiri padanya dengan kebaikan amal dan bisa jadi aku kafir kemudian mengakhiri padaku dengan keburukan amal. Sampai sini perkataan syikh Abdul Qodir Al-Jaelani berakhir.

(وَکُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ) فَإِنَّ اللَّهَ يَكْرَهُ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ مُتَمَيِّزًا عَنْ غَيْرِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ. وَكَانَ بَعْضُهُمْ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَبُورًا وَاجْعَلْنِي شَكُورًا وَاجْعَلْنِيْ فِي عَيْنِيْ صَغِيرًا وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيرًا.

(Dan jadilah kamu di sisi manusia menjadi seseorang di antara manusia) Karena sesungguhnya Allah benci melihat seorang hamba berbeda dari yang lain sebagaimana keterangan dalam suatu hadits. Ada sebagian dari para ulama beroda dengan doa ini : Ya Allah semoga engkau menjadikan aku orang yang sabar dan semoga engkau menjadikan aku orang yang bersyukur dan semoga engkau menjadikan aku di mataku kecil dan di mata manusia besar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى عُزَيْرٍ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ:) عَزَّ وَجَلَّ (يَا عُزَيْرُ إِذَا أَذْنَبْتَ ذَنْبًا صَغِيرًا فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الذَّنْبِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ أَذْنَبْتَ لَهُ، وَإِذَا أَصَابَكَ خَيْرٌ يَسِيرٌ فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الْخَيْرِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ رَزَقَكَ) أَيْ مَنْ سَاقَ ذَلِكَ الْخَيْرَ إِلَيْكَ (وَإِذَا أَصَابَكَ بَلِيَّةٌ فَلَا تَشْكُنِي إِلَى خَلْقِي كَمَا لَا أَشْكُوكَ إِلَى مَلَائِكَتِي إِذَا صَعِدَتْ إِلَيَّ مَسَاوِيكَ) أَيْ عُيُوبُكَ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan: Allah Ta'ala memberikan wahyu kepada Uzair yang menjadi seorang nabi) Alaihis Salam (Telah berfirman Allah) Azza wajalla (Wahai Uzair jika kamu melakukan dosa dengan dosa yang kecil maka janganlah kamu lihat pada kecilnya dosa itu) Maksudnya dosa itu (Dan lihatlah kepada dzat yang engkau telah berbuat dosa padanya, Dan ketika menimpa kepadamu kebaikan yang ringan maka kamu jangan melihat pada kecilnya kebaikan itu) Maksudnya kebaikan itu (Dan lihatlah pada dzat yang telah memberikan rizqi padamu) Maksudnya dzat yang telah menyampaikan kebaikan itu kepadamu (Dan ketika menimpa kepadamu suatu musibah maka janganlah kamu mengadukan ku pada makhluk ku sebagaimana aku tidak pernah mengadukanmu pada malaikatku ketika datang kepadaku aib-aib dirimu) Maksudnya aib-aib dirimu.

قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ عُيَيْنَةَ: مَنْ شَكَا لِلنَّاسِ وَقَلْبُهُ صَابِرٌ رَاضٍ بِالْقَضَاءِ لَمْ يَكُنْ جَزَعًا فَإِنَّ النَّبِيَّ قَالَ: ((أَجِدُنِي يَا جِبْرِيلُ مَغْمُومًا وَأَجِدُنِي مَكْرُوبًا)) جَوَابًا لِسُؤَالِ جِبْرِيلَ عَنْهُ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ "كَيْفَ تَجِدُكَ".

Telah berkata Imam Uyainah: Barang siapa mengadu pada manusia dan hatinya sabar, ridho atas qhodo maka tidak termasuk resah karena sesungguhnya nabi telah bersabda ((Aku menemukan diriku wahai Jibril bersedih dan aku menemukan diriku susah)) Sebagai jawaban dari pertanyaan Malaikat Jibril kepada nabi tentang penyakit yang menyebabkan ia mati. "bagaimana kamu mendapati dirimu?".

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَاتِمُ بْنُ عُلْوَانَ، وَيُقَالُ: حَاتِمُ بْنُ يُوسُفَ، وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ مَشَايِخِ خُرَاسَانَ وَكَانَ تِلْمِيذَ شَقِيقٍ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dari Hatim Al-Asom) Radhiallahu Anhu Ia adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Ulwan dan Dikatakan : Hatim Bin Yusuf, Beliau adalah sebagian dari para pembesars syaik khurasan dan Ia adalah muridnya Syaqiq.

رُوِيَ أَنَّهُ جَاءَتْ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا عَنْ مَسْأَلَةٍ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا فِي تِلْكَ الْحَالَةِ صَوْتٌ، فَخَجِلَتْ فَقَالَ حَاتِمٌ: اِرْفَعِي صَوْتَكِ، فَأَرَى مِنْ نَفْسِهِ أَنَّهُ أَصَمُّ فَسَرَتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ وَقَالَتْ: إنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ الصَّوْتَ، فَغَلَبَ عَلَيْهِ اِسْمُ الْأَصَمِّ (مَا مِنْ صَبَاحٍ إلَّا وَيَقُولُ الشَّيْطَانُ لِي: مَا تَأْكُلُ، وَمَا تَلْبَسُ، وَأَيْنَ تَسْكُنُ، فَأَقُولُ لَهُ: آكُلُ الْمَوْتَ) أَيْ أَذُوقُ مَرَارَةَ الْمَوْتِ (وَأَلْبَسُ الْكَفَنَ، وَأَسْكُنُ الْقَبْرَ، فَيَهْرُبُ) أَيْ الشَّيْطَانُ بِضَمِّ الرَّاءِ (مِنِّي).

Diriwayatkan sesungguhnya telah datang seorang perempuan kemudian ia bertanya kepada Hatim tentang satu masalah kemudian secara tidak sengaja telah keluar dari wanita itu suara kentut, kemudian wanita itu merasa malu, maka Hatim berkata : Keraskan suaramu kemuadian Hatim Al-Asom memperlihatkan pada dirinya bahwa sesungguhnya ia tuli maka menjadi bahagia wanita itu atas ketulian Hatim Al-Asom dan wanita itu berkata sesungguhnya Hatim tidak mendengar suara kentut kemudian menjadi terkenal kepada Hatim Al-Asom gelar Asom/tuli (Tidaklah di waktu pagi kecuali setan berkata kepadaku: Apa yang akan engkau makan, dan apa yang akan engkau pakai, dimana engkau akan berdiam kemudian aku berkata kepadanya: Aku akan memakan kematian) Maksudnya aku akan mencicipi pahitnya kematian (Dan aku akan memakai kain kafan, dan aku akan mendiami quburan kemudian ia melarikan diri) Maksudnya setan, ladafz يَهْرُبُ dengan mendhommahkan huruf ra (Dariku)

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 24

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إِلَى عِزِّ الطَّاعَةِ) وَهَذَا مِنْ إضَافَةِ الصِّفَةِ لِلْمَوْصُوفِ أَيْ مَنْ تَرَكَ الْمَعْصِيَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ ذَلِيلًا وَعَمِلَ الطَّاعَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ عَزِيزًا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَلَاثَ صِفَاتٍ مَحْمُودَةٍ (أَغْنَاهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مَالٍ) يُنْفِقُهُ بَلْ بِسُكُونِ قَلْبِهِ (وَأَيَّدَهُ) أَيْ قَوَّاهُ (مِنْ غَيْرِ جُنْدٍ) أَيْ عَسَاكِرَ يُعِينُونَهُ بَلْ بِقُوَّةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَأَعَزَّهُ) أَيْ غَلَبَهُ عَلَى عَدُوِّهِ (مِنْ غَيْرِ عَشِيرَةٍ) أَيْ جَمَاعَةٍ يُعَاشِرُونَهُ بَلْ بِنَصْرِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari Nabi : Barang siapa yang keluar dari kemaksiatan yang hina menuju ketaatan yang mulia) Lafadz ini dari sebagian idhopatnya sifat kepada yang disifti. Maksudnya barang siapa meninggalkan kemaksiatan yang menjadikan ia hina dan ia melakukan keta'atan yang menjadikan ia mulia maka pasti Allah akan memberikan kepadanya tiga sifat yang terpuji (Akan menjadikan kaya kepadanya Allah Ta'ala tanpa harta) Yang ia membelanjakannya tetapi dengan ketenangan hatinya (Dan Allah akan memberikan ia kekuatan) Maksudnya meberikan ia kekuatan (Tanpa pasukan) Maksudnya tanpa tentara yang membantunya tetapi dengan kekuatan Allah Ta'ala (Dan Allah akan memuliakannya) Maksudnya Allah akan memberikan ia kemenangan atas musuhnya (Tanpa kelompok) Maksudnya kelompok yang bergabung dengannya tetapi dengan pertolongan Allah Ta'ala.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ خَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتُمْ) أَيْ دَخَلْتُمْ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (فَقَالُوا: أَصْبَحْنَا) أَيْ صِرْنَا فِي الصَّبَاحِ (مُؤْمِنِينَ بِاللَّهِ) جَلَّ وَعَلَا (فَقَالَ)  (وَمَا عَلَامَةُ إيمَانِكُمْ؟ قَالُوا: نَصْبِرُ عَلَى الْبَلَاءِ) أَيْ الِامْتِحَانِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَنَشْكُرُ عَلَى الرَّخَاءِ) أَيْ الِاتِّسَاعِ فِي الْمَعِيشَةِ (وَنَرْضَى بِالْقَضَاءِ) أَيْ الْحُكْمِ الْإِلَهِيِّ فِي أَعْيَانِ الْمَوْجُودَاتِ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ مِنْ الْأَحْوَالِ فِي الْأَزَلِ إِلَى الْأَبَدِ (فَقَالَ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ: أَنْتُمْ الْمُؤْمِنُونَ حَقًا) أَيْ إِيمَانًا مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ (وَرَبِّ الْكَعْبَةِ) الْوَاوُ لِلْقَسَمِ .

Maqolah yang ke dua puluh lima (Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Alaihis) Sholatu (Wassalam keluar pada suatu hari menuju sahabat-sahabatnya kemudian Nabi bersabda: Bagaimana keadaan kalian di waktu subuh) Maksudnya kalian masuk di waktu subuh (Kemudian mereka berkata: Kami masuk di waktu subuh) Maksudnya kami menjadi di waktu subuh (Sebagai orang-orang yang iman kepada Allah) Jalla Wa'ala (Kemudian bersabda Nabi) ﷺ (Apa tanda keimanan kalian ? Kemudain mereka menjawab: Kami bersabar atas balai) Maksudnya atas ujian dari Allah Ta'ala (Dan kami bersyukur atas kemakmuran) Maksudnya keluasan dalam ekonomi (Dan kami ridho atas Qodho) Maksudnya hukum Allah mengenai pengkhususan segala sesuatu yang diadakan atas perkara yang itu atas hukum Allah dari keadaan-keadaan di zaman azali sampai seterusnya (Kemudian bersabda Nabi Alaihis) Sholatuwwa (Salam: Kalian adalah orang-orang mu'min yang sebenarnya) Maksudnya Keimanan yang sesuai dengan fakta (Demi dzat yang menguasai Ka'bah) Huruf wau pada lafadz وَرَبِّ adalah wau qosam/sumpah.

قَالَ بَعْضُ الْعَارِفِينَ: الصَّبْرُ ثَلَاثُ مَقَامَاتٍ: تَرْكُ الشَّكْوَى وَهِيَ دَرَجَةُ التَّابِعِينَ، وَالرِّضَا بِالْمَقْدُورِ وَهِيَ دَرَجَةُ الزَّاهِدِينَ، وَالْمَحَبَّةُ لِلِابْتِلَاءِ وَهِيَ دَرَجَةُ الصِّدِّيقِينَ، فَفِي الْحَدِيثِ: ((اُعْبُدِ اللَّهَ عَلَى الرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَگرَہُ خَیْرٌ گَثِیْرٌ)).

Telah berkata sebagian dari orang-orang yang ma'rifat billah: Sabar itu ada tiga maqom: Meninggalkan keluh kesah itu adalah derajatnya tabiin, dan ridho atas perkara yang ditaqdirkan itu adalah derajat orang-orang zuhud, dan senang atas cobaan itu adalah derajatnya orang-orang yang benar. Dalam satu hadits ((Beribadahlah kamu kepada Allah dengan ridho jika kamu tidak mampu maka dalam keadaan sabar atas perkara yang engkau benci padanya ada kebaikan yang banyak)).



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 26

(وَالْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى بَعْضِ الْأَنْبِيَاءِ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (مَنْ لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَهُوَ يُحِبُّنِي) أَيْ يَشْتَاقُ إِلَيَّ وَيَرْغَبُ فِيمَا عِنْدِي مِنَ الثَّوَابِ (أَدْخَلْتُهُ جَنَّتِي) مَعَ السَّابِقِينَ (وَمَنْ لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَ) الْحَالُ (هُوَ يَخَافُنِي) أَيْ يَخَافُ عَذَابِي (أَجْنَبْتُهُ نَارِي، وَمَنْ لَقِيَنِي بِالْمَوْتِ وَهُوَ يَسْتَحْيِي مِنِّي) بِأَنْ تَنْقَبِضَ نَفْسُهُ مِنْ شَيْءٍ خَوْفًا مِنْ عِقَابِ اللَّهِ تَعَالَى لَهُ فِيْهِ (أُنْسَيتُ الْحَفَظَةَ) أَيْ الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ كَتَبُوا أَعْمَالَهُ (ذُنُوبَهُ) فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.

Maqolah yang ke dua pulu enam (Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada para Nabi) Alaihimus Salam (Barang siapa bertemu denganku) Sebab mati (Dan ia mencintai aku) Maksudnya ia rindu padaku dan senang atas apa yang ada padaku dari pahala (Maka pasti aku akan memasukkannya ke dalam surgaku) Bersama orang-orang terdahulu (Dan Barang siapa bertemu denganku) Sebab mati (Dan) huruf wau pada kalimat ini adalah wau haliah (Ia takut padaku) Maksudnya takut atas adzabku (Maka pasti aku akan menjauhkan ia dari nerakaku, dan barang siapa bertemu denganku sebab mati dan ia malu padaku) Dengan cara ia menahan dirinya dari suatu perkara karna takut dari siksaan Allah Ta'ala padanya sebab perkara itu (Maka pasti aku akan menjadikan lupa malaikat hafadhoh) Maksudnya malaikat yang menulis amal-amalnya (Pada dosanya) Sebagai anugrah dari Allah Ta'ala padanya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 27

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكَ) بِالتَّمَامِ (تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ عِبَادَةً (وَاجْتَنِبْ مَحَارِمَ اللَّهِ تَكُنْ أَزْهَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ بُغْضًا لِلدُّنْيَا وَإِعْرَاضًا عَنْهَا (وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ) مِنَ الرِّزْقِ (تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ مَالًا.٠

Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Dari Abdullah Bin Mas'ud) Radhiallahu Anhu (Tunaikanlah perkara yang telah memfardhukan Allah Ta'ala kepadamu) Dengan sempurna (Maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling ahli beribadah) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak beribadah (Dan jauhilah laranngan-larangan Allah maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling zuhud) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak membenci dunia dan berpaling dari dunia (Dan kamu harus ridho atas perkara yang telah Allah bagikan ke padamu) Dari rizqi (Maka pasti kamu akan menjadi manusia paling kaya) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak hartanya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 28

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ صَالِحٍ الْمَرْقَدِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ مَرَّ بِبَعْضِ الدِّيَارِ فَقَالَ: يَا دِيَارُ أَيْنَ أَهْلُكِ) أَيْ أَيْنَ مُؤَنِّسُكِ (الْأَوَّلُوْنَ وَأَيْنَ عُمَّارُكِ) أَيْ بَانُوكِ (الْمَاضُونَ، وَأَینَ سُكَانُْكِ الْأَقْدَمُونَ، فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ) أَيْ صَاحَ بِهِ صَائِحٌ فَسَمِعَ صَوْتَهُ وَلَمْ يَرَ شَخْصَهُ (انْقَطَعَتْ آثَارُهُمْ) أَيْ عَلَامَتُهُمْ (وَبَلِيَتْ) أَيْ فَنِيَتْ (تَحْتَ التُّرَابِ أَجْسَامُهُمْ وَبَقِيَتْ أَعْمَالُهُمْ قَلَائِدَ) أَيْ أَطْوَاقًا فِي أَعْنَاقِهِمْ.

Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Solih Al-Marqodi) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia melewati sebagian kampung-kampung kemudian ia berkata: Wahai kampung-kampung di mana para pendudukmu) Maksudnya dimana orang yang menempatimu (Yang awal dan dimana orang yang telah memakmurkan kamu) Maksudnya orang yang membangunmu (Yang terdahulu, dan dimana pendudukmu yang terdahulu, kemudian menjerit kepadanya orang yang menjerit) Maksudnya menangis sambil berteriak kepadanya orang yang menangis sambil berteriak kemudian Solih mendengar suaranya sedangkan Solih tidak melihat orangnya (Telah terputus jejak-jejak mereka) Maksudnya tanda-tanda mereka (Dan telah membusuk) Maksudnya binasa (Di bawah tanah jasad mereka dan telah menetap amal mereka menjadi kalung) Maksudnya menjadi kalung di leher-leher mereka. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 29

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (تَفَضَّلْ عَلَى مَنْ شِئْتَ) أَيْ أَحْسِنْ إِلَيْهِ وَأَنْعِمْ عَلَيْهِ (فَأَنْتَ أَمِيرُهُ) أَيْ إِنْ أَحْسَنْتَ إِلَى شَخْصٍ بِالْعَطَاءِ صِرْتَ أَمِيرًا لَهُ (وَاسْأَلْ مَنْ شِئْتَ فَأَنْتَ أَسِيرُهُ) أَيْ وَاسْأَلْ النَّاسَ مَا تَحْتَاجُهُ مِنَ الْمَالِ وَالْعِلْمِ فَإِنِ احْتَجْتَ إِلَى شَخْصٍ فِي ذَلِكَ صِرْتَ عَبْدًا لَهُ لِأَنَّ النُّفُوسَ جُبِلَتْ بِحُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا كَمَا فِي الْحَدِيثِ: ((وَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ أَسِيرٌ لَهُ))، وَلِقَوْلِ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا فَإِنْ شَاءَ بَاعَنِي وَإِنْ شَاءَ أَعْتَقَنِي (وَاسْتَغْنِ عَمَّنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ نَظِيرُهُ) أَيْ اِكْتَفِ بِمَا عِنْدَكَ مِنَ الرِّزْقِ وَلَا تَفْتَقِرْ فِي الْمَالِ لِشَخْصٍ غَنِيٍّ كَثِيرِ الْمَالِ فَإِنْ لَمْ تَفْتَقِرْ إِلَيْهِ صِرْتَ غَنِيًّا مِثْلَهُ .

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Dari Alii Radhialllahu Anhu) Wakarroma Wajhahu (Berikanlah anugrah kepada siapapun yang kamu kehendaki) Maksudnya berbuat baiklah kamu kepada siapapun yang kamu kehendaki dan berikanlah kenikmatan kepada siapapun yang kamu kehendaki (Maka kamu adalah pemimpinnya) Maksudnya jika kamu berbuat baik kepada seseorang dengan cara memberi maka kamu pasti akan menjadi pemimpin baginya (Dan mengemislah kamu kepada orang yang kamu kehendaki maka kamu adalah budaknya) Maksudnya mengemislah kamu kepada manusia atas apapun yang engkau membutuhkannya dari harta dan ilmu jika kamu butuh pada seseorang dalam hal itu maka pasti kamu akan menjadi budak baginya karena sesungguhnya jiwa jiwa manusia diciptakan dengan mencintai seseorang yang telah berbuat baik kepadanya sebagaimana keterangan dalam hadits: ((Barang siapa mencintai sesuatu maka ia menjadi tawanan baginya)), Dan karena perkataan Ali Karramallahu Wajhahu : Aku adalah budaknya seorang guru yang telah mengajarkan padaku walaupun hanya satu huruf. Jika ia mau maka ia menjual ku dan jika ia mau maka ia memerdekakanku. (Dan jadilah kamu mandiri dari orang yang kamu kehendaki maka sesungguhnya kamu menjadi orang yang sebanding dengannya) Maksudnya kamu harus merasa cukup atas apa yang ada padamu dari rizqi dan janganlah kamu merasa butuh dalam masalah harta pada orang kaya yang banyak hartanya. Jika kamu tidak butuh pada orang kaya maka pasti kamu akan menjadi kaya sepertinya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 30

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ) أَبِي زَكَرِيَّا (يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ: تَرْكُ الدُّنْيَا كُلِّهَا أَخْذُ الْآخِرَةِ كُلِّهَا) لِأَنَّهُمَا كَالضَّرَّتَيْنِ (فَمَنْ تَرَكَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا أَخَذَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ أَعْرَضَ عَنِ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَحَبَّ الْآخِرَةَ حُبًّا كَثِيرًا (وَمَنْ أَخَذَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا تَرَكَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ أَحَبَّ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَعْرَضَ عَنِ الْآخِرَةِ بِالْكُلِّيَّةِ (فَأَخْذُهَا فِي تَرْكِهَا) أَيْ فَحُبُّ الْآخِرَةِ سَبَبُ الْإِعْرَاضِ عَنِ الدُّنْيَا (وَتَرْكُهَا فِي أَخْذِهَا) أَيْ وَبُغْضُ الدُّنْيَا بِسَبَبِ حُبِّ الْآخِرَةِ.

Maqolah yang ke tiga puluh (Dari) Abu zakariya (Yahya Bin Mu'adz Rahmatullahi Alaihi: Meninggalkan dunia seluruhnya itu adalah mengambil akhirat seluruhnya) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat itu seperti dua kebutuhan (Maka barang siapa meninggalkannya) Maksudnya dunia (Seluruhnya maka ia telah mengambil akhirat) Maksudnya akhirat (Seluruhnya) Maksudnya barang siapa berpaling dari dunia secara keseluruhan maka ia pasti mencintai akhirat dengan cinta yang banyak (Dan barang siapa mengambilnya) Maksudnya dunia (Seluruhnya maka ia telah meninggalkan akhirat) Maksudnya akhirat (Seluruhnya) Maksudnya barang siapa mencintai dunia secara keseluruhan maka ia pasti berpalinng dari akhirat secara keseluruhan. (Mengambil akhirat itu adalah sebab meninggalkan dunia) Maksudnya Mencintai akhirat itu adalah sebab berpaling dari dunia (Dan meninggalkan akhirat itu adalah sebab mengambil dunia) Maksudnya membenci dunia itu adalah sebab mencintai akhirat.



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 31

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ: بِمَ وَجَدْتَ الزُّهْدَ) أَيْ بِأَيِّ شَيْءٍ أَحْبَبْتَ تَرْكَ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ ؟. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ سُلْطَانًا فِي بَلَدِهِ فَتَرَكَ السَّلْطَنَةَ وَاجْتَهَدَ فِي الْعِبَادَةِ فِي مَكَّةَ وَغَيْرِهَا. 

Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Ibrahim Bin Adham Rahimahullah sesungguhnya dikatakan kepadanya: Sebab apa kamu menemukan sifat juhud) Maksudnya sebab hal apa kamu suka meninggalkan kesenangan dunia karena mencari kesenangan akhirat ?. Diriwayatkan sesungguhnya Ibrahim bin Adham menjadi sultan di negaranya kemudian ia meninggalkan kekuasaan kemudian dia bersungguh-sungguh dalam peribadahan di kota Mekkah dan selain kota Mekkah.

وَفِي الرِّسَالَةِ الْقُشَيْرِيَّةِ هُوَ أَبُو إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ كَورَةِ بَلْخٍ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْمُلُوكِ فَخَرَجَ يَوْمًا مُتَصَيِّدًا فَأَثَارَ ثَعْلَبًا أَوْ أَرْنَبًا وَهُوَ فِي طَلَبِهِ فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ: يَا إبْرَاهِيمُ أَلِهَذَا خُلِقْتَ أَمْ بِهَذَا أُمِرْتَ؟ ثُمَّ هَتَفَ بِهِ أَيْضًا مِنْ قَرْبُوسِ سَرْجِهِ: وَاللَّهِ مَا لِهَذَا خُلِقْتَ وَلَا بِهَذَا أُمِرْتَ، فَنَزَلَ عَنْ دَابَّتِهِ وَصَادَفَ رَاعِيًا لِأَبِيهِ فَأَخَذَ جُبَّةً لِلرَّاعِي مِنْ صُوفٍ وَلَبِسَهَا وَأَعْطَاهُ فَرَسَهُ وَمَا مَعَهُ ثُمَّ إنَّهُ دَخَلَ الْبَادِيَةَ ثُمَّ دَخَلَ مَكَّةَ وَصَحِبَ بِهَا سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالْفُضَيْلَ بْنُ عِيَاضٍ وَدَخَلَ الشَّامَ وَمَاتَ بِهَا وَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ مِثْلَ الْحَصَادِ وَحِفْظِ الْبَسَاتِينِ وَغَيْرِ ذَلِكَ اهْ.

Dalam kitab Risalah Qusyairiyah Ibrahim bin Adham adalah Abu Ishaq Ibrahim Bin Mansur dari kauroh Balkh ia adalah anak dari raja. Ia keluar pada suatu hari sambil berburu kemudian ia menyerbu musang atau kelinci. Saat dia dalam penyerbuan kemudian berteriak kepadanya orang yang berteriak : Wahai Ibrahim apakah untuk ini engkau diciptakan ? atau apakah dengan ini engkau diperintah ? kemudian berteriak kepadanya juga dari arah bagian pelananya : Demi Allah bukan untuk ini engkau diciptakan dan bukan dengan ini engkau diperintah. Kemudian Ibrahim bin Adham turun dari kendaraanya kemudian secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang pengembala milik ayahnya kemudian ia mengambil sebuah jubah milik si pengembala yang terbuat dari woll kemudian ia mengenakan jubah itu kemudian Ibrahim bin Adham memberikan kepadanya kudanya dan apa yang ada padanya kemudian sesungguhnya ia masuk ke suatu lembah kemudian ia masuk ke Mekkah dan Ibrahim Bin Adham menemani Supyan Ats-tsauri dan Fudhoil bin Iyadh di Mekkah kemudian ia masuk ke negri Syam dan meninggal di negri Syam. Ia adalah orang yang makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri seperti panen dan  menjaga kebun-kebun dan selain hal itu.

(قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: رَأَيْتُ الْقَبْرَ مُوحِشًا) أَيْ قَاطِعًا لِلْقُلُوبِ عَنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَلَيْسَ مَعِيْ مُؤْنِسٌ) أَيْ مَنْ يُسْكِنُ قَلْبِيْ (وَرَأَيْتُ طَرِيقًا طَوِيلًا) أَيْ مَسَافَةً بَعِيدَةً فِي اَلْآخِرَةِ (وَلَيْسَ مَعِيْ زَادٌ) يُعِينُنِي عَلَى تِلْكَ الْمَسَافَةِ (وَرَأَيْتُ الْجَبَّارَ) أَيْ الَّذِي يَقْهَرُ الْعِبَادَ عَلَى كُلِّ مَا أَرَادَ (قَاضِيًا وَلَيْسَ لِيْ حُجَّةٌ) أَيْ مَا يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ دَعْوَايَ.

(Telah berkata) Maksudnya Tuanku Ibrahim (Aku menemukan sifat juhud dengan tiga perkara: Aku melihat quburan sepi) Yang memutuskan hati dari yang dicintainya (Dan tidak ada bersamaku orang yang menghibur) Maksudnhya orang yang menenangkan hatiku (Dan aku melihat jalan yang panjang) Maksudnya jarak yang jauh di akhirat (Dan tidak ada bersamaku perbekalan) Yang akan menolongku atas jarak itu (Dan aku melihat Allah yang maha perkasa) Maksudnya dzat yang bisa memaksa kepada para hamba atas setiap perkata yang ia kehendaki (Sebagai hakim dan tidak ada bagiku hujjah) Maksudnya hal yang menunjukkan atas kebenaran pengakuan ku.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 32

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْأُنْسِ بِاللَّهِ تَعَالَى مَا هُوَ؟ فَقَالَ:) أَيْ سُفْيَانُ (أَنْ لَا تَسْتَأْنِسَ بِكُلِّ وَجْهٍ صَبِيحٍ) أَيْ مُشْرِقٍ (وَلَا بِصَوْتٍ طَيِّبٍ) أَيْ لَذِيذٍ فِي السَّمَاعِ وَشَارِحٍ فِي الْقَلْبِ وَ(لَا بِلِسَانٍ فَصِيحٍ) أَيْ جَیِّدٍ.

Maqolah yang ke tiga puluh dua (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullah : Sesungguhnya ia ditanya tentang ketenangan bersama Allah apakah itu? Kemudian ia menjawab) Maksudnya Supyan (Janganlah kamu merasa senang dengan setiap wajah yang ceria) Wajah yang bersih (Dan janganlah kamu senang dengan suara yang merdu) Maksudnya suara yang enak di dengar dan yang melapangkan hati dan (Janganlah kamu senang dengan lisan yang pasih) Maksudnya yang bagus.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 33

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ: زَايٌ وَهَاءٌ وَدَالٌ، فَالزَّايُ زَادٌ لِلْمَعَادِ) أَيْ لِلْآخِرَةِ وَهُوَ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى (وَالْهَاءُ هُدًى لِلدِّينِ) أَيْ سُلُوكُ طَرِيقٍ يُوصِلُ إِلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَالدَّالُّ دَوَامٌ عَلَى الطَّاعَةِ).

Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma sesungguhnya ia berkata: zuhud ada tiga huruf: ز dan ه dan د maka ز adalah زاد للمعاد bekal untuk akhirat) Maksudnya untuk akhirat yaitu takwa kepada Allah Ta'ala (Dan ه adalah هدى للدين petunjuk agama) maksudnya menelusuri jalan yang bisa menyampaikan menuju jalan Nabi Muhammad (Dan د adalah دوام على الطاعة istiqomah dalam ketaatan).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 34

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ) أَيْ ابْنُ عَبَّاسٍ (فِي مَوْضِعٍ آخَرَ:) الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ (الزَّايُ تَرْكُ الزِّينَةِ، وَالْهَاءُ تَرْكُ الْهَوَى) أَيْ مَحْبُوبَاتِ النَّفْسِ (وَالدَّالُ تَرْكُ الدُّنْيَا) مِنْ ثَنَاءِ الْخَلْقِ وَمِنْ التَّنَعُّمِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.

Maqolah yang ke tiga puluh empat (Telah berkata) Maksudnya Ibnu Abbas (Di tempat yang lain:) Zuhud ada tiga huruf (ز adalah ترك الزينة meninggalkan zinah, dan ه adalah ترك الهوى meninggalkan hawa nafsu) Maksudnya hal-hal yang dicintai nafsu (Dan د adalah ترك الدنيا meninggalkan dunia) Dari pujian makhluq dan dari kenikmatan dan dari kemewahan pada makanan dan minuman dan pakaian dan tempat tinggal.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 35

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَامِدِ اللَّقَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ: أَوْصِنِيْ) أَيْ بِمَا يَنْفَعُنِيْ فِي الدِّيْنِ (فَقَالَ: اِجْعَلْ لِدِينِكَ غِلَافًا كَغِلَافِ الْمُصْحَفِ) وَهُوَ مَا يَصُوْنُهُ عَنِ الدَّنَسِ (قِيلَ لَهُ: مَا غِلَافُ الدِّينِ) فَالشَّرِيعَةُ مِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُطَاعُ تُسَمَّى دِينًا وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُجْمَعُ تُسَمَّى مِلَّةً وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا يُرْجَعُ إلَيْهَا تُسَمَّى مَذْهَبًا (قَالَ لَهُ:) غِلَافُ الدِّينِ (تَرْكُ الْكَلَامِ إلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يُحْصُلُ الْمَقْصُودُ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا إلَّا بِهِ. قَالَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوْ لُقْمَانُ: إذَا كَانَ الْكَلَامُ مِنْ فِضَّةٍ كَانَ السُّكُوتُ مِنْ ذَهَبٍ. وَالْمَعْنَى إذَا كَانَ الْكَلَامُ فِي الْخَيْرِ كَالْفِضَّةِ حَسَنًا كَانَ السُّكُوتُ عَنِ الشَّرِّ كَالذَّهَبِ فِي الْحُسْنِ اهْ.

Maqolah yang ke tiga puluh lima (Dari Hamid Al-Laqof Rahimahullah Sesungguhnya datang kepadanya seorang lelaki kemudian berkata kepada Hamid Al-Laqof: Berikanlah aku wasiat) Maksudnya atas perkara yang bermanfaat padaku dalam agama (Kemudian Hamdi Al-Laqof berkata: Jadikanlah unuk agamamu bungkus seperti bungkus mushaf) Maksudnya yang bisa menjaga dari kotoran (Dikatakan kepadanya: Apa bungkus agama ?) Syariat dari sekiranya sesungguhnya syariat itu diikuti maka dinamakan agama dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikumpulkan maka dinamakan millah dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikembalikan agama padanya maka dinamakan madzhab (Hamid Al-Laqof berkata kepadanya:) Bungkus agama (Adalah meninggalkan percakapan kecuali percakapan yang tidak boleh tidak darinya) yaitu percakapan yang tidak akan hasil pada yang dimaksud dari urusan dunia kecuali dengannya. Telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam atau Luqman : Jika berbicara itu adalah perak maka pasti diam itu adalah emas. Maknanya Jika berbicara tentang kebaikan seperti perak itu bagus maka pasti diam dari perkataan buruk itu seperti emas dalam hal bagusnya.

وَالسَّاكِتُ فِي الْحَقِّ كَالنَّاطِقِ فِي الْبَاطِلِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا) مِنَ الْأَمْتِعَةِ (إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا تَحْصُلُ الْحَاجَةُ إِلَّا بِهِ (وَتَرْكُ مُخَالَطَةِ النَّاسِ إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يَحْصُلُ الْمَطْلُوبُ إلَّا بِهِ.

Dan orang yang diam tentang kebenaran itu seperti orang yang berbicara dalam kebatilan. (Dan meninggalkan dunia) Dari benda-benda (Kecuali dunia yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu perkara yang tidak akan hasil suatu kebutuhan kecualing dengannya (Dan meninggalkan bergaul dengan manusia kecuali bergaul yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu pergaulan yang tidak akan hasil yang dicari kecuali dengan bergaul.

وَالنَّاسُ تَنْقَسِمُ إِلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: رَجُلٌ لَا لِسَانَ لَهُ وَلَا قَلْبَ وَهُوَ الْعَاصِي الْغَرُّ الْغَبِيُّ، فَاحْذَرْ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ وَلَا تَقُمْ فِيهِمْ فَإِنَّهُمْ أَهْلُ الْعَذَابِ، وَرَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلَا قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَا يَعْمَلُ بِهَا، يَدْعُو النَّاسَ إلَى اللَّهِ تَعَالَى وَهُوَ يَفِرُّ مِنْهُ فَابْعُدْ مِنْهُ لِئَلَّا يَخْطَفَكَ بِلَذِيذِ لِسَانِهِ فَتُحْرِقَكَ نَارُ مَعَاصِيْهِ وَيَقْتُلَكَ نَتْنُ قَلْبِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهُوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ وَنَوَّرَ قَلْبَهُ وَعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمَ الْكَلَامِ فَهَذَا رَجُلٌ وَلِيُّ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظٌ فِي سَتْرِ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْخَيْرُ كُلُّ الْخَيْرِ عِنْدَهُ فَدُوْنَكَ وَمُخَالَطَتَهُ وَخِدْمَتَهُ فَيُحِبَّكَ اللَّهُ تَعَالَى، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَآيَاتِهِ اِسْتَوْدَعَ اللَّهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرَحَ صَدْرَهُ لِقَبُولِ الْعُلُومِ فَاحْذَرْ أَنْ تُخَالِفَهُ وَتُجَانِبَهُ وَتَتْرُكَ الرُّجُوعَ إِلَى نَصِيحَتِهِ.

Manusia itu terbagi pada empat kelompok sebagaimana telah berkata tentang hal itu tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa Sirrohu: Lelaki yang tidak mempunya lisan dan tidak mempunyai hati dan dia adalah orang yang bermaksiat yang menipu dan bodoh, Maka berhati hatilah kamu menjadi bagian dari mereka dan janganlah kamu berdiri diantara mereka karena mereka adalah orang yang pantas mendapat siksaan. Lelaki yang mempunyai lisan dan tidak mempunyai hati kemudian ia berbicara dengan kalimat kalimat hikmah dan ia tidak mengamalkan pada hikmah, dia mengajak kepada manusia menyembah Allah Ta'ala sedangkan ia kabur dari Allah maka menjauhlah kamu darinya supaya ia tidak menyambarmu dengan kenikmatan lisannya kemudian akan membakarmu api kemaksiatannya dan akan membunuhmu kebusukan hatinya. Lelaki yang mempunyai hati tanpa mempunyai lisan dia adalah orang mu'min yang menutup kepadanya Allah Ta'ala dari makhluk Allah dan Allah memperlihatkan padanya atas aib-aib dirinya Dan Allah menerangi hatinya dan Allah memberi tahu padanya tentang bahayanya bergaul dengan manusia dan bahayanya kesialan obrolan Maka lelaki ini adalah kekasih Allah yang dijaga dalam perlindungan Allah Ta'ala. Kebaikan seluruh kebaikan ada pada lelaki itu maka wajib atasmu bergaul dengannya dan berkhidmah padanya maka pasti akan cinta padamu Allah Ta'ala. Lelaki yang mengaji dan mengajar dan mengamalkan ilmunya dan ia tahu pada Allah dan pada ayat Allah. Allah menitipkan kedalam hatinya keindahan-keindahan ilmunya dan Allah melapangkan hatinya untuk menerima ilmu maka berhati hatilah kamu menyelisihinya dan menjauhinya dan meninggalkan merujuk pada nasihatnya.

(ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الِاجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ، كَبِيرِهَا وَصَغِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ الزُّهْدُ (وَأَدَاءُ جَمِيعِ الْفَرَائِضِ يَسِيرِهَا وَعَسِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ لَا تَصِحُّ لَهُ الْإِنَابَةُ فَالتَّوْبَةُ هُوَ الْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوقِ الرَّبِّ وَالْإِنَابَةُ هُوَ إخْرَاجُ الْقَلْبِ مِنْ ظُلُمَاتِ الشُّبُهَاتِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلَى أَهْلِهَا قَلِيلِهَا وَكَثِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا قَنَاعَةَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّوَكُّلُ وَمَنْ لَا تَوَكُّلَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّسْلِيمُ اهٍ.

(Kemudian ketahuilah sesungguhnya asal zuhud itu adalah menjauhi dari yang diharamkan, besarnya yang diharamkan itu atau kecilnya yang diharamkan itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak wara' itu tidak sah baginya zuhud (Dan menunaikan seluruh kefardhuan mudahnya kewajiban itu atau susahnya kewajiban itu) Karena sesunggunya orang yang tidak bertaubat  untuk dirinya itu tidak sah baginya kembali kepada Allah. Taubat adalah mendirikan setiap hak-hak Allah. Inabah adalah mengeluarkan hati dari kegelapan-kegelapan syubhat (Dan meninggalkan dunia pada Ahlinya sedikitnya dunia itu dan banyaknya dunia itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak qonaah untuk dirinya itu tidak sah baginya tawakkal dan barang siapa yang tidak bertawakal kepada Allah maka tidak sah baginya taslim.

فَالتَّوَكُّلُ هُوَ الثِّقَةُ بِمَا عِنْدَ اللَّهِ وَالْيَأْسُ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ، فَالتَّسْلِيمُ هُوَ الِانْقِيَادُ لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَتَرْكُ الْإِعْرَاضِ فِيمَا لَا يُلَائِمُ.

Tawakkal adalah percaya atas perkara yang ada pada Allah dan memutuskan harapan dari perkara yang ada pada tangan manusia, Taslim adalah patuh pada perintah Allah dan meninggalkan protes dalam perkara yang tidak sesuai keinginan.



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 36

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ لُقْمَانَ الْحَكِيمِ: أَنَّهُ قَالَ لِابْنِهِ: يَا بُنَيَّ إِنَّ النَّاسَ ثَلَاثَةُ أَثْلَاثٍ: ثُلُثٌ لِلَّهِ، وَثُلُثٌ لِنَفْسِهِ، وَثُلُثٌ لِلدُّودِ، فَأَمَّا مَا هُوَ لِلَّهِ فَرُوحُهُ) فَهُوَ رَاجِعٌ لِلَّهِ تَعَالَى (وَأَمَّا مَا هُوَ لِنَفْسِهِ فَعَمَلُهُ) فَهُوَ رَاجِعٌ لِنَفْسِهِ بِالنَّفْعِ وَالْإِضْرَارِ (وَأَمَّا مَا هُوَ لِلدُّودِ فَجِسْمُهُ) فَهُوَ مَأْكُولُ الدُّودِ.

Maqolah yang ke tiga puluh enam (Dari Luqman Al-Hakim: Sesungguhnya ia berkata kepada anaknya: Wahai anakku sesungguhnya manusia itu terbagi tiga pertiga: Sepertiga untuk Allah dan sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk cacing. Adapun sepertiga yaitu yang untuk Allah adalah ruh manusia) Maka ruh manusia itu kembali kepada Allah Ta'ala (Dan adapun sepertiga yaitu untuk manusia adalah amalnya) Maka amal manusia itu kembali kepada dirinya sendiri dengan manfaat dan madharat (Dan adapun sepertiga yaitu untuk cacing adalah jasad manusia)  Maka jasad manusia itu menjadi makanan cacing.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 37

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ) وَرَضِيَ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ يَزِدْنَ فِي الْحِفْظِ) فِي الذِّهْنِ (وَيُذْهِبْنَ الْبُلْغَمَ) وَهُوَ أَحَدُ الطَّبَائِعِ الْأَرْبَعَةِ وَهِيَ الْبُلْغَمُ وَالدَّمُ وَالسَّوْدَاءُ وَالصَّفْرَاءُ (السِّوَاكُ وَالصَّوْمُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ).

Maqolah yang ke tiga puluh tujuh (Dari Ali Karromallahu Wajhah) Waradhia Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Tiga perkara yang bisa menambah hafalan) Dalam hati (Dan menghilangkan dahak) Dahak adalah salah satu dari tabiat yang empat yaitu dahak, darah, empedu hitam dan empedu kuning (Yaitu siwak dan berpuasa dan membaca Al-Qur'an).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 38

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ كَعْبِ الْأَحْبَارِ) أَيْ مَلْجَأِ الْعُلَمَاءِ مِنَ الْيَهُودِ أَسْلَمَ فِي زَمَنِ سَيِّدِنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (الْحُصُونُ لِلْمُؤْمِنِينَ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ) مِنَ الْخِصَالِ: أَيْ الَّتِي تَمْنَعُ الْمُؤْمِنِينَ وَتَحْفَظُهُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ، وَالْحِصْنُ هُوَ الْمَكَانُ الْمُرْتَفِعُ الَّذِي يَمْنَعُ الْعَدُوَّ وَالْحِصْنُ أَيْضًا السِّلَاحُ كَمَا فِي الْأَسَاسِ (الْمَسْجِدُ حِصْنٌ) لِأَنَّهُ مَحَلُّ الذَّاكِرِينَ وَالْمَلَائِكَةِ (وَذِكْرُ اللَّهِ حِصْنٌ) لَا سِيَّمَا لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْقَبِضُ أَيْ يَخْتَفِي وَيَتَأَخَّرُ إِذَا سَمِعَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى (وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ حِصْنٌ) لَا سِيَّمَا آيَةُ الْكُرْسِيِّ كَمَا هُوَ مُجَرَّبٌ.

Maqolah yang ke tiga puluh delapan (Dari Ka'b Al-Ahbar) Maksudnya rujukan para ulama dari kalangan yahudi ia masuk Islam di zaman Sayyidina Umar bin Khottob Radhiallahu Anhu (Benteng-benteng untuk orang-orang yang beriman dari godaan syaiton itu ada tiga) perkara: Maksudnya yang mencegah kepada orang orang yang beriman dan melindungi dari syaitan itu ada tiga, الْحِصْنُ yaitu tempat yang tinggi yang mencegah kepada musuh الْحِصْنُ juga bermakna pedang sebagaimana dalam kamus Al-Asas (Masjid itu adalah benteng) Karena sesungguhnya masjid adalah tempat orang-orang yang berdzikir dan tempat para malaikat (Dan dzikir kepada Allah itu adalah benteng) Apalagi bacaan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ, Karena sesungguhnya setan itu menyusut dan sembunyi dan mundur ketika ia mendengar dzikrullahi Ta'ala (Dan membaca Al-Quran adalah benteng) apalagi ayat kursi sebagaimana ia telah dibuktikan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 39

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ مِنْ كَنْزِ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ مِمَّا يَدَّخِرُهُ اللَّهُ تَعَالَى لَا يُعْطِيهَا اللَّهُ إِلَّا مَنْ أَحَبَّهُ (الْفَقْرُ) وَهُوَ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالْمَرَضُ) وَهُوَ يَعْرِضُ لِلْبَدَنِ فَيُخْرِجُهُ عَنِ الِاعْتِدَالِ الْخَاصِّ (وَالصَّبْرِ) وَهُوَ تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ لَا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى، وَالرِّضَا بِالْقَضَاءِ لَا يَقْدَحُ فِيهِ الشَّكْوَى إِلَى اللَّهِ وَلَا إِلَى غَيْرِهِ وَإِنَّمَا يَقْدَحُ بِالرِّضَا فِي الْمَقْضِيِّ وَإِنَّمَا لَزِمَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ لِأَنَّ الْعَبْدَ لَا بُدَّ أَنْ يَرْضَى بِحُكْمِ سَيِّدِهِ، كَذَا فِي التَّعْرِيفَاتِ لِلسَّيِّدِ عَلِيٍّ الْجُرْجَانِي.

Maqolah yang ke tiga puluh sembilan (Dari sebagian orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Tiga perkara dari sebagian gudangnya Allah) Maksudnya dari perkara yang Allah Ta'ala simpan pada perkara itu yang tidak akan Allah berikan perkara itu kecuali kepada orang yang Allah cintai (Kefaqiran) Kefaqiran adalah tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan sakit) Sakit adalah yang menimpa pada badan kemudian mengeluarkan pada badan dari kenormalan yang khusus (Dan kesabaran) Sabar adalah meninggalkan prilaku mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah tidak kepada Allah Ta'ala, dan ridho atas qodhonya tidak menjelek-jelekan dalam qodho mengeluh kepada Allah dan tidak kepada selain Allah dan sesungguhnya menjelek-jelekan atas ridho hanya dalam perkara yang dipastikan dan sesungguhnya wajib ridho pada qodho karena sesungguhnya seorang hamba tidak boleh tidak harus ridho pada hukum tuannya, seperti keterangan dalam kitab At-Ta'rifat milik sayyid Al-jurjani.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 40

(وَ) الْمَقَالَةُ الْأَرْبَعُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حِينَ سُئِلَ: مَا خَيْرُ الْأَيَّامِ وَمَا خَيْرُ الشُّهُورِ وَمَا خَيْرُ الْأَعْمَالِ؟ فَقَالَ) أَيْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ (خَيْرُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ) لِأَنَّهُ سَيِّدُ الْأَيَّامِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَخَيْرُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ) لِأَنَّهُ أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ وَفِيهِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَفِيهِ الصِّيَامُ الْوَاجِبُ وَلِأَنَّ ثَوَابَ النَّفْلِ فِيهِ كَثَوَابِ الْفَرْضِ.

Maqolah yang ke empat puluh (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma ketika ia ditanya: Apa sebaik-baiknya hari dan apa sebaik-baiknya bulan dan apa sebaik-baiknya amal? Maka ia berkata) Maksudnya Abdullah Bin Abbas (Sebaik-baiknya hari adalah hari Jum'at) Karena sesungguhnya hari Jum'at adalah tuannya hari Allah telah memberikan hari jumat untuk umat Nabi Muhammad ini (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan Ramadhan) Karena sesungguhnya diturunkan di bulan Ramadhan Al-Qur'an dan di turunkan di bulan Ramadhan Lailatul Qodar dan di bulan Ramadhan diturunkan Puasa yang wajib dan karena sesungguhnya pahala amalan sunah di bulan Ramadhan itu seperti pahala amalan fardhu.

قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْوَرَّاقُ: شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ ذَلِكَ الزَّرْعِ.

Telah berkata Abu Bakar Al-Warroq: Bulan Rajab adalah bulan bercocok tanam dan bulan Sya'ban adalah bulan mengairi tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman itu.

(وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ لِوَقْتِهَا) فَإِنَّهَا أَبْوَابُ الْأَعْمَالِ فَإِذَا فُتِحَتْ الصَّلَوَاتُ فُتِحَتْ سَائِرُ الْأَعْمَالِ وَإِذَا سُدَّتْ سُدَّتْ.

(Dan sebaik-baiknya amal adalah sholat yang lima waktu pada waktunya) Karena sesungguhnya sholat yang lima waktu adalah pintu-pintu berbagai amal. Ketika dibuka sholat lima waktu maka pasti terbuka sesisanya dari berbagai amal dan ketika dikunci maka pasti terkunci.

(فَمَاتَ ابْنُ عَبَّاسٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا (فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ) أَيْ وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ (فَمَضَى عَلَى ذَلِكَ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ، فَبَلَغَ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا سُئِلَ عَنْ ذَلِكَ) أَيْ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (فَأَجَابَ بِكَذَا) أَيْ بِذَلِكَ الْجَوَابِ الْمَذْكُورِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ: (لَوْ سُئِلَ الْعُلَمَاءُ وَالْحُكَمَاءُ وَالْفُقَهَاءُ مِنَ الْمَشْرِقِ إلَى الْمَغْرِبِ) عَنْ تِلْكَ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (لَأَجَابُوا بِمِثْلِ مَا أَجَابَ بِهِ ابْنُ عَبَّاسٍ، إلَّا أَنِّي أَقُولُ) فِي جَوَابِ ذَلِكَ (إنَّ خَيْرَ الْأَعْمَالِ مَا يَقْبَلُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْكَ) سَوَاءٌ كَانَتْ قَلِيلَةً أَوْ كَثِيرَةً (وَخَيْرُ الشُّهُورِ مَا تَتُوبُ فِيهِ إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا).   

(Kemudian Ibnu Abbas mati) Radhiallahu Anhuma (Di hari itu) Maksudnya yaitu hari Jumat (Kemudian berlalu atas kematian Ibnu Abbas tiga hari, kemudian sampailah kepada Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Sesungguhnya Ibnu Abbas telah ditanya tentang hal itu) Maksudnya pertanyaan yang tiga (Kemudian Ibnu Abbas menjawab begitu) Maksudnya dengan jawaban itu yang telah disebutkan (Kemudian berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Jika ditanya para Ulama dan Hukama dan Fuqoha dari timur sampai ke barat) Tentang pertanyaan itu yang tiga (Pasti mereka akan menjawab dengan semisal jawaban yang telah menjawab atas hal itu Ibnu Abbas, Kecuali sesungguhnya aku akan berkata) Dalam menjawab pertanyaan itu (Sesungguhnya sebaik-baiknya amal adalah amalan yang telah menerima pada amalan itu Allah Ta'ala darimu) Sama saja adanya amalan itu sedikit atau banyak (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan engkau bertaubat di bulan itu kepada Allah dengan taubat nasuha).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ النَّدَمُ بِالْقَلْبِ وَالِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ وَالْإِقْلَاعُ بِالْبَدَنِ وَالْإِضْمَارُ عَلَى أَنْ لَا يَعُودَ إلَى مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ. وَقِيلَ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ أَنْ لَا يَبْقَى عَلَى عَمَلِهِ أَثَرٌ مِنَ الْمَعْصِيَةِ سِرًّا وَجَهْرًا. وَقِيلَ: هِيَ الَّتِي تُورِثُ صَاحِبَهَا الْفَلَاحَ عَاجِلًا وَآجِلًا. (وَخَيْرُ الْأَيَّامِ مَا تَخْرُجُ فِيهِ مِنَ الدَّنِّیا إلْی اللَّهُ) تَعَالَی بِالْمَوْتِ (مُؤْمِنًا بِاللَّهِ، وَقَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْبَسِيطِ]

Telah berkata Ibnu Abbas: Taubat Nasuha adalah penyesalan dalam hati dan memohon ampun dengan lisan dan menahan dengan badan dan bertekad tidak akan mengulangi pada perkara yang telah melarangnya Allah dari hal itu. dan dikatakan: Taubatan Nasuha adalah tidak tersisa dari amalnya orang itu bekas dari kemaksiatan baik secara tersembunyi atau terang-terangan. Dan dikatakan: Taubatan Nasuha adalah taubat yang mewariskan pada orang yang memilikinya sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Dan sebaik-baiknya hari adalah hari engkau keluar di hari itu dari dunia menuju Allah) Ta'ala sebab mati (Dalam keadaan iman kepada Allah. Telah berkata seorang penyair dari [Bahar Basit] 

وَنَحْنُ نَلْعَبُ فِي سِرٍّ وَإِعْلَانٍ

*

مَا تَرَى كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ

فَإِنَّ أَوْطَانَهَا لَيْسَتْ بِأَوْطَانٍ

*

لَا تَرْكَنَنَّ إِلَى الدُّنْيَا وَزُخْرُفِهَا

تَغْرُرْكَ كَثْرَةُ أَصْحَابٍ وَإِخْوَانٍ)

*

وَاعْمَلْ لِنَفْسِكَ مِنْ قَبْلِ الْمَمَاتِ فَلَا

 

Apakah kamu melihat bagaimana menghancurkan kita siang dan malam

*

Sedangkan kita masih bermain-main dalam rahasia maupun terang-terangan

Jangan sekali-kali kamu condong pada kesenangan dunia dan perhiasan dunia

*

Karena sesungguhnya tanah air dunia bukanlah tanah air yang sebenarnya

Dan beramallah kamu untuk kepentingan dirimu sebelum mati maka jangan

*

sampai menipu kepadamu banyaknya sahabat dan banyaknya saudara

قَوْلُهُ: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ أَيْ يُفْنِيْنَا اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَهَذِهِ الْأَبْيَاتُ السَّبْعَةُ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ تُنْسَبُ لِلْإِمَامِ الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:

Ucapan lafadz: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ Maksudnya bagaimana menghancurkan kita waktu siang dan malam, dan tujuh bait berikut ini dari bahar wafir yang dinisbatkan kepada Imam Al-Ghozali Rahimahullahu Ta'ala:

وَيُسْمَعُ مِنْكَ قَوْلُكَ فِى الْمَقَالِ

*

أَتَطْلُبُ أَنْ تَكُونَ كَثِيرَ مَالٍ

تُسَرُّ بِهِ وَمِنْ كُلِّ الرِّجَالِ

*

وَمِنْ كُلِّ النِّسَاءِ تُرَى وِدَادًا

مُهَابًا مُكْرَمًا وَكَثِيْرَ مَالٍ

*

وَيَأْتِيْكَ الْغِنَا وَتُرَى سَعِيدًا

مِنَ الْأَعْدَاءِ وَمِمَّنْ كَانَ وَالِيًّ

*

وَتُكْفَى كُلَّ حَادِثَةٍ وَمَکْرٍ

مُكَمَّلَةً عَلَى مَرِّ اللَّيَالِي

*

فَقُلْ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ أَلْفًا

أَشَرْتُ إِلَيْهِ مُرَخِّصَ كُلِّ غَالٍّ

*

بِلَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِنَّ فِي مَا

فَفِيهِ تَبْلُغُ الرُّتَبَ الْعَوَالِيَ

*

فَلَازِمْ مَا ذَكَرْتُ وَلَا تَدَعْهُ

 

Apakah kamu mencari supaya kamu menjadi orang yang banyak harta

*

Dan didengar darikamu ucapan ucapanmu dalam berkata

Dan dari setiap kaum wanita kamu terlihat disenangi

*

Kamu dibahagiakan oleh kaum wanita dan dari setiap kaum lelaki

Dan didatangkan kepadamu kekayaan dan kamu terlihat bahagia

*

berwibawa dan dimulyakan dan banyak hartanya

Dan dihindarkan dari setiap bencana dan tipuan

*

Dari musuh-musuh dan dari orang yang menjadi penguasa

Maka bacalah Yaa Hayyu Yaa Qoyyum seribu kali

*

Disempurnakan atas berlalunya setiap malam

Di waktu malam atau diwaktu siang. Sesungguhnya di dalam amalan-amalan

*

Yang telah aku tunjukkan pada amalan itu bisa membuat murah segala yang mahal

Maka kamu harus membiasakan pada amalan yang telah aku sebutkan dan janganlah kamu meninggalkannya

*

Maka sebab amalan itu kamu akan sampai pada derajat yang tinggi



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 41

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (قِيلَ: إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا) كَامِلًا (فَقَّهَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ فِي أُصُولِهِ وَفُرُوعِهِ (وَزَهَّدَهُ فِي الدُّنْيَا) أَيْ جَعَلَ قَلْبَهُ خَالِيًا مِمَّا خَلَتْ مِنْهُ يَدُهُ (وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ).

Maqolah yang ke empat puluh satu (Dikatakan: Ketika Allah menginginkan pada seorang hamba kebaikan) Yang sempurna (Maka Allah akan memberikan ia pemahaman dalam beragama) Maksudnya dalam pokok agama dan cabangnya (Dan Allah menjadikan ia zuhud di dunia) Maksudnya Allah menjadikan hatinya kosong dari perkara yang kosong dari perkara itu tangannya (Dan Allah akan memperlihatkan kepada hamba itu tentang aib-aib dirinya sendiri).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 42

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ رَسُولِ اللَّهِ  أَنَّهُ قَالَ: [حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ) أَيْ مَحْبُوبَاتِكُمْ مِمَّا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ: الطِّيبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِى الصَّلَاةِ]) وَهَذِهِ الْخِصَالُ الَّتِي وَقَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَيْسَتْ مِنَ الدُّنْيَا فِي شَيْءٍ لِأَنَّ كُلَّ مَا كَانَ لِلَّهِ تَعَالَى لَيْسَ مِنَ الدُّنْيَا كَالَّذِي لَا بُدَّ مِنْهُ مِنَ الْقُوْتِ وَالْمَسْكَنِ وَالْمَلْبَسِ كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ خَلِيلُ الرَّشِيْدِيُّ فِي الْمَجَالِسِ الرَّائِقَةِ (وَكَانَ مَعَهُ)  (أَصْحَابُهُ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (جُلُوسًا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا) أَيْ مِمَّا كَانَ بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ: النَّظْرُ إِلَى وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ)  (وَإِنْفَاقُ مَالِي عَلَى رَسُولِ اللَّهِ)  (وَأَنْ تَكُونَ اِبْنَتِيْ تَحْتَ رَسُولِ اللَّهِ)  (فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالثَّوْبُ الْخَلَقُ) بِفَتْحَتَيْنِ أَيْ الْبَالِي. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ فِي جُبَّتِهِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ رُقْعَةً (فَقَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا عُمَرُ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: إِشْبَاعُ الْجِيْعَانِ وَكِسْوَةُ الْعُرْيَانِ وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ) رُوِيَ أَنَّهُ خَتَمَ الْقُرْآنَ فِي رَكْعَتَيْنِ فِي اللَّيْلِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (صَدَقْتَ يَا عُثْمَانُ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: الْخِدْمَةُ لِلضَّيْفِ، وَالصَّوْمُ فِي الصَّيْفِ) أَيْ فِي وَقْتِ شِدَّةِ الْحَرِّ (وَالضَّرْبُ) أَيْ لِلْأَعْدَاءِ (بِالسَّيْفِ).

Maqolah yang ke empat puluh dua (Dari Rasulullah sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Telah dicintai oleh ku dari dunia kalian) Maksudnya yang dicintai oleh kalian dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga perkara: Wewangian dan wanita dan telah dijadikan kebahagiaan hatiku didalam sholat]) Tiga perkara yang datang kepada Rasulullah bukan termasuk dari dunia sedikitpun karena sesungguhnya setiap perkara yang terbukti karena Allah ta'ala itu tidak termasuk dari dunia seperti perkara yang tidak bisa tidak darinya dari makanan pokok dan tempat tinggal dan pakaian sebagaimana telah berkata tentang hal itu Syaikh Kholil Al-Rasyid dalam kitab Al-Majalis Ar-Roiqoh (Dan ada bersama Rasulullah) ﷺ (Sahabat-sahabatnya) Radhiallahu Anhum (Sambil duduk kemudian berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Ta'ala Anhu: Anda benar wahai Rasulullah, dan telah dicintai olehku dari dunia) Maksudnya dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga: Melihat wajah Rasulullah) ﷺ (Dan menginfaqkan hartaku kepada Rasulullah) ﷺ (Dan ada putriku itu menjadi istri Rasulullah) ﷺ (Kemudian berkata Umar Radhiallahu Anhu: Kamu benar wahai Abu Bakar. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Amar ma'ruf dan nahi munkar dan memakai baju yang rusak) lafadz الخلق dengan memfathahkan keduanya maksudnya rusak. Diriwayatkan sesungguhnya Umar bin Khottob ada pada jubahnya empat belas tambalan (Kemudian berkata Utsman Radhiallahu Anhu: kamu benar wahai Umar. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Mengenyangkan orang yang lapar dan memberi pakaian pada orang yang telanjang dan membaca Al-Quran) Diriwayatkan sesungguhnya Utsman bin Affan mengkhatamkan Al-Quran dalam dua rakaat di waktu malam (Kemudian berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhah (Kamu benar wahai Utsman. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Melayani orang lemah dan puasa di musim kemarau) Maksudnya di waktu yang sangat panas (Dan memenggal) Kepada musuh-musuh (Dengan pedang).

(فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ لِلنَّبِيِّ ﷺ (وَقَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا جِبْرِيلُ (أَرْسَلَنِي اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَمَّا سَمِعَ مَقَالَتَكُمْ وَأَمَرَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ تَسْأَلَنِي عَمَّا أُحِبُّ أَنْ كُنْتُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، فَقَالَ) أَيْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ (مَا تُحِبُّ) يَا جِبْرِيلُ (أَنْ كُنْتَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، فَقَالَ: إِرْشَادُ الضَّالِّينَ) إِلَى الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمِ (وَمُؤَانَسَةُ الْغَرَبَاءُ الْقَانِتِينَ) أَيْ الْمُطِيعِينَ لِلَّهِ تَعَالَى الْخَاشِعِينَ لَهُ تَعَالَى (وَمُعَاوَنَةُ أَهْلِ الْعِيَالِ الْمُعْسِرِينَ) أَيْ الْفُقَرَاءِ. (قَالَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (يُحِبُّ رَبُّ الْعِزَّةِ جَلَّ جَلَالُهُ مِنْ عَبِيْدِهِ ثَلَاثَ خِصَالٍ: بَذْلَ الْاِسْتِطَاعَةِ) أَيْ إِعْطَاءَ الْقُدْرَةِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْبُكَاءَ عِنْدَ النَّدَامَةِ) أَيْ عَلَى فِعْلِ الْمَعَاصِي (وَالصَّبْرَ عِنْدَ الْفَاقَةِ) أَيْ وُجُودِ الْحَاجَةِ.

(Maka tatkala mereka seperti itu ketika datang malaikat Jibril) Alaihis Salam kepada Nabi ﷺ (Dan ia berkata) Maksudnya tuan kita Jibril (Telah mengutus kepadaku Allah Tabaraka Wata'ala ketika Allah mendengar perkataan kalian dan Allah memerintahkanmu wahai Rasulullah supaya engkau bertanya kepadaku tentang apa yang aku cintai jika aku terbukti termasuk dari penduduk dunia, Kemudian bersabda) Maksudnya Rasulullah ﷺ (Apa yang engkau cintai) Wahai Jibril (Jika engkau terbukti termasuk dari penduduk dunia, maka malaikat Jibril berkara: Memberikan petunjuk pada orang yang tersesat) Menuju jalan yang lurus (Dan bersikap ramah kepada orang asing yang taat) Maksudnya Yang taat kepada Allah yang khusyu kepada Allah Ta'ala (Dan menolong keluarga yang kesusahan) Maksudnya orang-orang faqir. (Telah berkata Malaikat Jibril) Alaihis Salam (Rabbul Izzati Jalla Jalaaluh mencintai dari hambanya pada tiga perkara: Mengerahkan segala kemampuan untuk taat) Maksudnya mengerahkan segala kemampuan dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala (Menangis ketika menyesal) Maksudnya atas perbuatan maksiat (Sabar ketika melarat) Maksudnya ketika ada kebutuhan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 43

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنْ اِعْتَصَمَ بِعَقْلِهِ ضَلَّ) أَيْ مَنْ اِعْتَمَدَ عَلَى عَقْلِهِ فِي أُمُورِهِ وَلَمْ يَعْتَمِدْ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي ذَلِكَ لَمْ يَهْتَدِ إِلَى الصَّوَابِ (وَمَنْ اسْتَغْنَى بِمَالِهِ قَلَّ) أَيْ مَنْ اكْتَفَى بِمَالِهِ لَمْ يَكْفِهِ ذَلِكَ، وَفِي الْحَدِيثِ: مَنْ اِسْتَغْنَى بِاللَّهِ أَغْنَاهُ (وَمَنْ عَزَّ بِمَخْلُوقٍ ذَلَّ) أَيْ وَمَنْ كَانَتْ قُوَّتُهُ بِمَخْلُوقٍ صَارَ ذَلِيلًا.

Maqolah yang ke empat puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Barang siapa yang berpegang teguh pada akalnya maka pasti tersesat) Maksudnya barang siapa yang bergantung pada akalnya di dalam urusannya dan ia tidak bergantung kepada Allah dalam hal itu maka ia tidak akan menerima petunjuk menuju kebenaran (Dan barang siapa yang merasa kaya dengan hartanya maka pasti sedikit) Maksudnya barang siapa yang merasa cukup dengan hartanya maka tidak akan mencukupinya harta itu, dan dalam satu hadits: Barang siapa yang merasa kaya sebab Allah maka Allah akan menjadikan ia kaya (Dan barang siapa yang merasa mulia sebab makhluq maka pasti hina) Maksudnya barang siapa yang terbukti kekuatanynya sebab makhluq maka pasti ia akan menjadi orang yang hina.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 44

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) وَهُمُ الَّذِينَ يَكُونُ قَوْلُهُمْ وَفِعْلُهُمْ مُوَافِقًا لِلسُّنَّةِ (ثَمْرَةُ الْمَعْرِفَةِ) أَيْ إِدْرَاكِ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى (ثَلَاثُ خِصَالٍ: الْحَيَاءُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى) أَيْ اِنْقِبَاضُ الْقَلْبِ عَنْ مَعَاصِي اللَّهِ تَعَالَى (وَالْحُبُّ فِي اللَّهِ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِيمَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الثَّوَابِ وَحُصُولِ رِضَاهُ تَعَالَى (وَالْأُنْسُ بِاللَّهِ) وَهُوَ الصَّحْوُ بِاللَّهِ تَعَالَى فَكُلُّ مُسْتَأْنِسٍ صَالِحٌ وَهُوَ أَثَرُ مُشَاهَدَةِ جَمَالِ حَضْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى فِي الْقَلْبِ.

Maqolah yang ke empat puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Mereka adalah orang yang terbukti ucapannya dan prilakunya sesuai dengan sunnah (Buah kema'rifatan) Maksudnya memahami sifat-sifat Allah Ta'ala (Itu tiga perkara: Malu kepada Allah) Maksudnya menyusutnya hati dari berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala (Dan cinta karena Allah) Maksudnya suka pada perkara yang ada di sisi Allah dari pahala-pahala dan hasilnya ridho Allah Ta'ala (Dan gembira karena Allah) Yaitu merasa tenang dengan Allah Ta'ala maka setiap yang menjadikan hati tenang itu baik yaitu tanda menyaksikan keindahan Allah dalam hati.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 45

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمَحَبَّةُ) فِي اللَّهِ تَعَالَى وَهِيَ أَنْ تَعْبُدَهُ (أَسَاسُ الْمَعْرِفَةِ) فَإِنَّ لِلصُّوْفِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَاتِبَ: شَرِيْعَةً وَهِيَ عِنْدَهُمْ عِبَادَةُ اللَّهِ تَعَالَى لِأَنَّهَا الْمَقْصُودَةُ مِنَ الشَّرِيعَةِ الَّتِي هِيَ عِنْدَ الْفُقَهَاءِ الْأَحْكَامُ الَّتِي بَيَّنَهَا اللَّهُ تَعَالَى لَنَا وَطَرِيقَةً لَنَا وَهِيَ قَصْدُ اللَّهِ تَعَالَى بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ وَمَعْرِفَةً وَهِيَ الْعِلْمُ بِبَوَاطِنِ الْأُمُورِ وَهِيَ ثَمْرَتُهَا (وَالْعِفَّةُ) أَيْ الْاِمْتِنَاعُ عَنِ السُّؤَالِ مِنَ الْخَلْقِ (عَلَامَةُ الْيَقِينِ) وَهُوَ اعْتِقَادُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَادِرٌ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَرَازِقٌ كُلَّ حَيَوَانٍ مَعَ اعْتِقَادِ أَنَّ الرِّزْقَ لَا يَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بِسَوْقِ اللَّهِ تَعَالَى إِلَيْهِ (وَرَأْسُ الْيَقِينِ التَّقْوَى) أَيْ أَصْلُ الْيَقِينِ اِمْتِثَالُ أَمْرِ اللَّهِ وَاجْتِنَابُ نَهْيِهِ (وَالرِّضَا بِتَقْدِيرِ اللَّهِ) وَهُوَ سُرُورُ الْقَلْبِ بِمَا قَدَّرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ مِنَ الْمُرِّ وَالْحُلْوِ وَبِمَا قَضَاهُ.

Maqolah yang ke empat puluh lima (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Cinta) Di jalan Allah yaitu kamu beribadah kepada Allah (Adalah pondasi kemarifatan) Karena sesungguhnya untuk para ahli tasawuf ada tiga martabat : Syariat yaitu menurut para ahli tasawuf adalah beribadah kepada Allah Ta'ala karena sesungguhnya beribadah kepada Allah adalah yang dituju dari syariat yang syariat itu menurut ahli fiqih adalah hukum-hukum yang telah menjelaskan pada hukum-hukum itu Allah Ta'ala kepada kita. Dan Toriqoh untuk kita yaitu bermaksud kepada Allah Ta'ala dengan ilmu dan amal. Dan marifat yaitu mengetahui esensi setiap perkara yaitu buahnya cinta (Menahan diri) Maksudnya menahan diri dari meminta-minta dari makhluq (Adalah tandanya keyakinan) Yaitu bertekad sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan Allah memberi rizki kepada setiap makhluk dengan bertekad sesungguhnya rizki itu tidak akan hasil kecuali dengan kiriman dari Allah Ta'ala kepadanya (Dan pokok dari keyakinan adalah takwa) Maksudnya asal dari keyakinan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya (Dan Ridho atas taqdir dari Allah) Yaitu bahagianya hati pada perkara yang telah mentakdirkan atas perkara itu Allah Ta'ala kepadanya dari takdir yang pahit dan yang manis dan atas perkara yang Allah telah menentukan atas perkara itu.



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 46

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ تَعَالَى) مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَمَنْ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى) مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ (وَمَنْ أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى أَحَبَّ أَنْ لَا يَعْرِفَهُ النَّاسُ) بَلْ يَشْتَغِلُ الْأَعْمَالَ فِي الْخَلْوَةِ.

Maqolahh yang ke empat puluh enam (Dari Supyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu ia berkata: Barang siapa mencintai Allah maka pasti ia akan mencintai orang yang mencintai Allah Ta'ala) Dari golongan ulama dan dari golongan orang orang yang sholeh (Dan barang siapa yang mencintai orang yang telah cinta kepadanya Allah Ta'ala maka pasti ia akan mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala) Dari Amal-amal sholeh (Dan barang siapa mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala maka pasti ia akan menyenangi supaya tidak mengenal kepadanya para manusia) Bahkan ia sibuk beramal di waktu sendirian.

وَنَقَلَ الْعَسْقَلَانِيُّ: أَنَّ مَحَبَّةَ اللَّهِ قِسْمَانِ: فَرْضٌ وَهِيَ الْبَاعِثَةُ عَلَى اِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيهِ وَالرِّضَا بِقَدَرِهِ، وَنَدْبٌ وَهِيَ أَنْ يُوَاظِبَ عَلَى النَّوَافِلِ وَيَجْتَنِبَ الشُّبُهَاتِ اهُ. وَقَالَ الصِّدِّيقُ: مَنْ ذَاقَ مِنْ خَالِصِ مَحَبَّةِ اللَّهِ شَغَلَهُ ذَلِكَ عَنْ طَلَبِ الدُّنْيَا وَأَوْحَشَهُ عَنْ جَمِيعِ الْبَشَرِ.

Dan telah menuqil Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqollani: Sesunggunya cinta kepada Allah terbagi dua: Fardhu yaitu yang memotifasi pada melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dan ridho dengan takdirnya. Dan sunnah yaitu menekuni pada ibadah sunnah dan menjauhi perkara syubhat. Sampai sini nuqilan Syekh Ibnu Hajar berakhir. Berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu : Barang siapa yang mencicipi dari kemurnian cinta kepada Allah maka pastii akan mengsibukkan kepadanya kemurnian cinta itu dari dunia dan Allh pasti akan menjauhkan ia dari seluruh manusia.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 47

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [صِدْقُ الْمَحَبَّةِ فِي ثَلَاثِ خِصَالٍ: أَنْ يَخْتَارَ كَلَامَ حَبِيبِهِ عَلَى كَلَامِ غَيْرِهِ، وَيَخْتَارَ مُجَالَسَةَ حَبِيْبِهِ عَلَى مُجَالَسَةِ غَيْرِهِ وَيَخْتَارَ رِضَا حَيِّيَيْهِ عَلَى رِضَا غَيْرِهِ]) فَإِنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ. وَقَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: وَمِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ حُبِّ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عِبَادَةِ سَبْعِينَ سَنَةً.

Maqolah yang ke empat puluh tujuh (Dari Nabi Alaihis Sholatu Wassalam sesungguhnya Nabi bersabda: [Benarnya cinta ada pada tiga perkara: Orang yang mencintai memilih perkataan kekasihnya di atas perkataan orang lain, dan ia memilih majelis kekasihnya diatas majelis orang lain, dan ia memilih ridho kekasihnya diatas ridho orang lain]) Karena sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu maka ia adalah hamba sahayanya. Dan telah berkata Yahya bin Mu'adz: Seberat biji sawi dari cinta Allah lebih dicintai olehku daripada ibadah tujuh puluh tahun.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 48

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ الْيَمَانِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: الْحَرِيصُ فَقِيرٌ) أَيْ الطَّالِبُ لِشَيْءٍ بِاجْتِهَادٍ فِي إِصَابَتِهِ فَاقِدٌ لِمَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَإِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّنْيَا) أَيْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ مِنَ الْأَمْتِعَةِ وَالْجَوَاهِرِ (وَالْمُطِيعُ لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّاسِ وَإِنْ كَانَ) أَيْ الْمُطِيعُ (مَمْلُوكًا) أَيْ عَبْدًا لِلنَّاسِ (وَالْقَانِعُ) أَيْ السَّاكِنُ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ وَالرَّاضِي بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى (غَنِيٌّ وَإِنْ كَانَ جَائِعًا) وَهَرَبَتْ اِمْرَأَةٌ أَسِيرَةٌ مِنْ بِلَادِ الْكُفْرِ وَمَشَتْ مِائَتَيْ فَرْسَخٍ لَمْ تَأْكُلْ شَيْئًا فَسُئِلَتْ: كَيْفَ قَوِيتِ عَلَى الْمَشْيِ بِلَا أَكْلٍ؟ فَقَالَتْ: كُلَّمَا جِعْتُ قَرَأْتُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَشْبَعُ.

Maqolah yang ke empat puluh delapan (Dari Wahab Bin Munabbih Al-Yamani Radhiallahu Anhu: Termaktub dalam kitab Taurat: Orang yang ambisius itu adalah orang fakir) Maksudnya Orang yang mencai sesuatu dengan bersungguh-sungguh dalam memperoleh sesuatu itu adalah yang tidak mempunyai perkara yang ia mebutuhkan pada perkara itu (Walaupun terbukti ia memiliki dunia) Maksudnya perkara di antara langit dan bumi dari berbagai kenikmatan dan perhiasan (Dan orang yang taat kepada Allah Ta'ala itu adalah orang yang akan ditaati oleh manusia walaupun terbukti) Maksudnya orang yang mentaati Allah (Adalah seorang budak) Maksudnya budak milik manusia (Dan orang yang qonaah) Maksudnya yang tenang hatinya ketika tidak ada perkara yang menjadi kebiasaanya dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala (Adalah orang kaya walaupun terbukti ia adalah orang yang lapar) Telah kabur seorang wanita yang ditawan dari negaranya orang kafir dan ia berjalan sejauh dua ratus parsah ia tidak makan apapun kemudian ia ditanya: Bagaimana kamu bisa kuat berjalan tanpa makan, kemudian ia berkata setiap kali aku lapar maka aku membaca قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ tiga kali kemudian aku kenyang.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 49

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (مَنْ عَرَفَ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَعَ الْخَلْقِ لَذَّةٌ) لِأَنَّهُ لَمْ يُحِبَّ غَيْرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ (لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهَا رَغْبَةٌ) بَلْ اخْتَارَ الدَّارَ الْبَاقِيَةَ وَعَمِلَ لَهَا (وَمَنْ عَرَفَ عَدْلَ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يَتَقَدَّمْ إلَيْهِ الْخُصَمَاءُ) أَيْ لَمْ يُقْبِلُوا عَلَيْهِ لِأَنَّهُ قَدْ تَرَكَ الْخُصُومَةَ كَمَا قَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ اللَّهُ: مَنْ عَرَفَ اللَّهَ أَحَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا كَرِهَهَا.

Maqolah yang ke empat puluh sembilan (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu Anhu (Barang siapa yang kenal kepada Allah maka tidak akan ada baginya bersama makhluk suatu kenikmatan) Karena sesungguhnya ia tidak mencintai kepada selain Allah Ta'ala (Dan barang siapa kenal kepada dunia) Karena sesungguhnya dunia akan sirna (Maka tidak akan ada baginya di dalam dunia suatu kesenangan) Bahkan ia akan memilih tempat tinggal yang kekal dan beramal untuknya (Dan barang siapa mengenal pada keadilan Allah Ta'ala maka tidak akan menantang kepadanya musuh-musuh) Maksudnya mereka tidak akan datang kepadanya karena sesungguhnya ia telah meninggalkan permusuhan sebagaimana telah berkata Imam Hasan Rahimahullah: Barang siapa kenal kepada Allah maka pasti ia akan cinta kepada Allah dan barang siapa kenal pada dunia pasti ia akan membenci dunia.

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :

عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ اجْتِذَابُهَا

*

فَمَا هِيَ إِلَّا جِيفَةٌ مُسْتَحِيلَةٌ

وَإِنْ تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا

*

فَإِنْ تَجْتَنِبْهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا

Telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu:

Tiadalah keduniaan itu melainkan bangkai yang busuk

*

berkerumun diatas bangkai itu anjing mereka ingin menarik bangkai itu

Jika engkau menjauhi dunia itu maka kamu pasti akan menjadi aman dari ahli dunia

*

Dan jika engkau menarik dunia itu maka pasti akan merebut kepadamu anjing-anjing dunia

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 50

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَمْسُونَ (عَنْ) أَبِي الْفَيْضِ (ذِي النُّونِ الْمِصْرِيِّ) وَاسْمُهُ ثَوْبَانُ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَقِيلَ الْفَيْضُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُوهُ كَانَ نَوْبِيًّا وَهُوَ أَوْحَدَ وَقْتِهِ عِلْمًا وَوَرَعًا وَحَالًا وَأَدَبًا وَكَانَ رَجُلًا نَحِيفًا تَعْلُوهُ حُمْرَةٌ لَيْسَ بِأَبْيَضِ اللِّحْيَةِ تُوُفِّيَ سَنَةَ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ (كُلُّ خَائِفٍ) مِنْ شَيْءٍ (هَارِبٌ) مِنْهُ أَيْ فَمَنْ خَافَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ عَمِلَ عَمَلًا يُبْعِدُهُ مِنْهَا (وَكُلُّ رَاغِبٍ) فِي شَيْءٍ (طَالِبٌ) لَهُ، أَيْ فَمَنْ رَغِبَ فِي الْجَنَّةِ عَمِلَ عَمَلًا يُقَرِّبُهُ إِلَيْهَا (وَكُلُّ آنِسٍ بِاللَّهِ مُسْتَوْحِشٌ بِالْخَلْقِ، وَفِي نُسْخَةٍ: مُسْتَوْحِشٌ عَنْ نَفْسِهِ).

Maqolah yang ke lima puluh (Dari) Abu Faidh (Dzun nun Al-Misri) Namanya adalah Tsauban bin Ibrohim, dan dikatakan Faidh bin Ibrohim dan ayahnya adalah seorang na'ib. Dzun nun Al-Misri adalah satu-satunya orang di zamannya yang paling alim dan wara dan tingkah lakunya dan tatakramanya dan terbukti Dzun nun Al-Misri adalah seorang lelaki yang ramping bagian atasnya merah dan tidak ada yang putih jenggotnya ia wafat pada tahun 245 H (Setiap orang yang takut) Dari sesuatu (Adalah yang melarikan diri) Darinya maksudnya barang siapa yang takut dari siksa neraka maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan menjauhkan ia dari siksa neraka (Dan setiap orang yang senang) pada sesuatu (Adalah yang mencari) padanya. Maksudnya barang siapa yang senang pada surga maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan mendekatkan ia kepada surga (Dan setiap orang yang merasa dekat bersama Allah adalah orang yang merasa asing dengan makhluq. Dalam salinan matan: Adalah orang yang merasa asing dari dirinya sendiri).



Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 51

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (اَلْعَارِفُ بِاللَّهِ تَعَالَى أَسِيرٌ) أَيْ مَرْبُوطٌ بِحُبِّهِ (وَقَلْبُهُ بَصِيرٌ) أَيْ مُزَيِّنٌ لِبَاطِنِهِ بِالْمُرَاقَبَةِ وَلِظَاهِرِهِ بِالْمُحَاسَبَةِ (وَعَمَلُهُ لِلَّهِ كَثِيرٌ).

Maqolah yang ke lima puluh satu (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun Al-Misri Radhiallahu Anhu (Orang yang kenal kepada Allah Ta'ala itu tertawan) Maksudnya terikat dengan cintanya kepada Allah (Dan hatinya itu melihat) Maksudnya menghiasai untuk hatinya dengan sifat merasa terus diawasi Allah dan pada jasmaninya dengan berevaluasi diri (Dan amalnya kepada Allah itu banyak).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 52

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ (اَلْعَارِفُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَفِيٌّ) أَيْ بِعَهْدِ اللَّهِ تَعَالَى بِأَنْ أَدَّى أَوَامِرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَقَلْبُهُ ذَكِيٌّ) أَيْ سَرِيعٌ (وَعَمَلُهُ لِلَّهِ زَكِيٌّ) أَيْ صَالِحٌ زَائِدٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ.

Maqolah yang ke lima puluh dua (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun Al-Misri (Orang yang kenal kepada Allah itu menepati janji) Maksudnya atas janji kepada Allah Ta'ala dengan menunaikan perintah-perintah Allah Ta'ala (Dan hatinya itu cerdas) Maksudnya cepat tanggap (Dan amalnya kepada Allah itu murni) Maksudnya yang lurus dan bertambah di setiap waktu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 53

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْخَمْسُونَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّرَانِيِّ أَنَّهُ قَالَ: أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ الْخَوْفُ مِنَ اللَّهِ) فَإِنَّ الْخَوْفَ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى مُحَوِّلُ الصَّحِيفَةِ فَيَجْعَلُهَا فِي الْيَمِينِ بَعْدَ أَنْ هَوَتْ إلَى الشِّمَالِ فَلِلْعَبْدِ فِي حَالِ سَلَامَتِهِ مِنَ الْمَرَضِ أَنْ يَكُونَ خَائِفًا رَاجِيًا لِيَزْجُرَهُ الْخَوْفُ مِنْ الْمَعَاصِي وَيَبْعَثَهُ الرَّجَاءُ عَلَى اكْتِسَابِ الْعَمَلِ الصَّالِحِ، وَعِبَادَةُ الرَّاجِي أَفْضَلُ لِغَلَبَةِ مَحَبَّةِ اللَّهِ فِيهِ فَوْقَ الْخَائِفِ وَالْمَلِكُ يُفَرِّقُ بَيْنَ مَنْ يَخْدُمُهُ اتِّقَاءَ عِقَابِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ رَجَاءَ كَرَمِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ لَا لِشَيْءٍ (وَمِفْتَاحُ الدُّنْيَا الشَّبَعُ) فَتُفْتَحُ أُمُورُ الدُّنْيَا بِالشَّبَعِ (وَمِفْتَاحُ الْآخِرَةِ الْجُوعُ) فَتُفْتَحُ أُمُورُ الْآخِرَةِ بِالْجُوعِ.

Maqolah yang ke lima puluh tiga (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni ia berkata : Pangkal dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takut karena Allah) Karena sesungguhnya takut karena Allah Ta'ala itu bisa merubah lembaran amal maka rasa takut akan menjadikan lembaran amal di tangan kanan sesudah jatuhnya lembaran amal itu di tangan kiri maka untuk seorang hamba dalam keadaan selamatannya hamba itu dari penyakit supaya ada rasa takut lagi berharap supaya mencegah kepadanya oleh rasa takut dari melaksanakan maksiat dan supaya membangkitkan padanya oleh rasa berharap melakukan amalah sholeh. Ibadah orang yang berharap itu lebih utama karena lebih kuatnya cinta kepada Allah karena berharap diatas orang yang takut. Seorang raja itu bisa membedakan antara orang yang berkhidmah kepada raja karena takut dari siksaan raja dan orang yang berkhidmah kepada raja karena berharap dari kemurahannya dan orang yang berkhidmah kepada raja bukan karena apa-apa (Kunci dunia adalah kenyang) Maka terbuka urusan dunia dengan kenyang (Sedangkan kunci akhirat adalah lapar) Maka terbuka urusan-urusan akhirat dengan lapar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 54

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْخَمْسُونَ (قِيلَ: الْعِبَادَةُ) لِلَّهِ تَعَالَى (حِرْفَةٌ) أَيْ مَكْسَبٌ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ (وَحَانُوتُهَا الْخَلْوَةُ) أَيْ دُكَّانُهَا مُحَادَثَةُ السِّرِّ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى حَيْثُ لَا أَحَدَ (وَرَأْسُ مَالِهَا التَّقْوَى) أَيْ أَصْلُ حَالِ الْعِبَادَةِ صِيَانَةُ النَّفْسِ عَمَّا تَسْتَحِقُّ بِهِ الْعُقُوبَةُ مِنْ فِعْلٍ أَوْ تَرْكٍ (وَرِبْحُهَا الْجَنَّةُ) أَيْ دَارُ الثَّوَابِ وَمَا فِيهَا.

Maqolah yang ke lima puluh empat (Dikatakan: Beribadah) Kepada Allah (Adalah pekerjaan) Maksudnya pekerjaan dari setiap arah (Dan warung ibadah adalah sepi) Maksudnya toko ibadah adalah membisikan hati bersama Allah Ta'ala sekiranya tak ada seorangpun (Dan modal utamanya adalah taqwa) Maksudnya modal utama beribadah adalah menjaga diri dari perkara yang berhak sebab perkara itu siksaan dari melakukan maksiat atau meninggalkan kewajiban (Dan untung dari ibadah adalah surga) Maksudnya tempat ganjaran dan berbagai kenikmatan di dalam surga.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 55

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (اِحْبِسْ) أَيْ امْنَعْ (ثَلَاثًا) مِنَ الْخِصَالِ الْمَذْمُومَةِ (بِثَلَاثٍ) مِنَ الْخِصَالِ الْمَحْمُودَةِ (حَتَّى تَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ كَيْ تَتَّصِفَ بِحَقَائِقِ الْإِيمَانِ كَالْمُؤْمِنِينَ الصَّادِقِينَ فِي إيْمَانِهِمْ (اَلْكِبْرَ بِالتَّوَاضُعِ) وَالْكِبْرُ هُوَ رُؤْيَةُ النَّفْسِ بِعَيْنِ الْعِزِّ وَرُؤْيَةُ الْغَيْرِ بِعَيْنِ الْحَقَارَةِ عَكْسُ التَّوَاضُعِ وَالْكِبْرُ يَكُونُ بِالْمَنْزِلَةِ وَالْعُجْبُ يَكُونُ بِالْفَضِيلَةِ، فَالْمُتَكَبِّرُ يُجِلُّ نَفْسَهُ عَنْ رُتْبَةِ الْمُتَعَلِّمِينَ وَالْمُعْجِبُ مُسْتَكْثِرٌ فَضْلَهُ عَنْ اسْتِزَادَةِ الْمُتَأَدِّبِينَ (وَالْحِرْصَ بِالْقَنَاعَةِ) فَالْحِرْصُ هُوَ الِاجْتِهَادُ فِي شَيْءٍ يَطْلُبُهُ وَالْقَنَاعَةُ هِيَ الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ (وَالْحَسَدَ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ الْمَحْسُودِ إلَى الْحَاسِدِ (بِالنَّصِيحَةِ) وَهِيَ الدُّعَاءُ إلَى مَا فِيهِ  الصَّلَاحُ وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ الْفَسَادُ. وَفِي الْحَدِيثِ: [لَا يَجْتَمِعُ فِي جَوْفِ عَبْدٍ الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ] اهْ أَيْ الْإِيمَانُ بِالْقَدَرِ.

Maqolah yang ke lima puluh lima (Telah berkata Malik bin Dinar) Radhiallahu Anhu (Cegahlah oleh mu) Maksudnya cegahlah olehmu (Tiga) Perkara yang tercela (Dengan tiga) perkara yang terpuji (Sehingga kamu ada dari golongan orang-orang beriman) Maksudnya supaya kamu bersifat dengan hakikat keimanan seperti orang-orang beriman yang benar dalam keimanannya (Kesombongan dengan tawadu) Sombong adalah memandang diri sendiri dengan pandangan mulya dan memandang orang lain dengan pandangan hina kebalikan dari tawadu. Sombong itu ada sebab martabat dan ujub itu ada sebab kelebihan. Maka orang yang sombong itu mengagung-agungkan dirinya dari pangkat orang-orang yang mengaji dan orang yang ujub itu menganggap lebih banyak nilai keutamaannya dari kelebihan orang yang disiplin (Dan sifat keserakahan dengan sifat qona'ah) Maka sifat rakus yaitu bersungguh sungguh dalam sesuatu yang ia cari dan qona'ah yaitu ridho atas bagian (Dan dengki) Yaitu mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki kepada orang yang dengki (Dengan nasihat) Yaitu mengajak pada perkara yang di dalamnya kemaslahatan dan melarang dari perkara yang di dalamnya kerusakan. Dalam sebuah hadits : [Tidak mungkin mengumpul dalam hati seorang hamba keimanan dan kedengkian].  Maksudnya Iman pada takdir.

وَعَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كُلُّ النَّاسِ أَقْدِرُ عَلَى رِضَاهُ إِلَّا حَاسِدَ نِعْمَتِي فَإِنَّهُ لَا يُرْضِيهِ إِلَّا زَوَالُهَا، كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيلِ:

مُدَارَاتُهُ شَقَّتْ وَعَزَّ نَوَالُهَا

*

وَدَارَيْتُ كُلَّ النَّاسِ لَكِنَّ حَاسِدِي

إِذَا كَانَ لَا يُرْضِيهِ إِلَّا زَوَالُهَا

*

وَكَيْفَ يُدَارِي الْمَرْءُ حَاسِدَ نِعْمَةٍ

Dari Mu'awiyah Radhiallahu Anhu ia berkata: Setiap manusia aku mampu atas ridhonya kecuali pada orang yang dengki kepada nikmatku karena sesungguhnya tidak akan membuat puas orang yang dengki itu kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu. Sebagaimana telah berkata sebagian ulama dari bahar towil:

Aku berusaha berbaur dengan semua manusia akan tetapi orang yang dengki kepadaku

*

Berbaur dengannya itu sulit dan menyakitkan untuk meraihnya

Dan bagaimana mungkin bisa berbaur seseorang kepada orang yang dengki akan kenikmatan

*

Sementara tidak akan memuaskan kepada orang yang dengki kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu

Comments

Popular posts from this blog

Terjemah Tausyeh Ibnu Qosim

Bisikan di Kamar Mandi

Petunjuk dari Mimpi