Terjemah Tausyeh Ibnu Qosim: Fasal Hal yang Mewajibkan Mandi

 


فَصْلٌ فِى مُوجِبِ الغُسْلِ

FASAL: HAL YANG MEWAJIBKAN MANDI

  

Fasal: Tentang Wajibnya Mandi, yaitu dengan kasrah pada huruf 'jiim', mencakup keadaan yang mewajibkan mandi, seperti hadats besar (janabah), melahirkan, dan sejenisnya, dan dengan pemakaian fathah pada keduanya mencakup apa yang menimbulkan kewajiban mandi, seperti melakukan sesuatu yang tercegah melakukannya sebelum mandi, seperti shalat dan sejenisnya.

(فَصْلٌ: فِي مُوجِبِ الْغُسْلِ)، هُوَ بِكَسْرِ الْجِيمِ، مَا يَقْتَضِيهِ مِنْ جَنَابَةٍ وَوِلَادَةٍ وَنَحْوِهِمَا، وَبِفَتْحِهِمَا مَا يَتَسَبَّبُ عَلَى الْغَسْلِ مِنْ اسْتِبَاحَةِ مَا كَانَ مُمْتَنِعًا قَبْلَهُ كَالصَّلَاةِ وَنَحْوِهَا.

غسل secara bahasa berarti aliran air ke suatu benda, baik itu tubuh atau yang lainnya, secara mutlak, artinya tanpa memandang ada atau tidaknya niat. Sedang secara syara’, غسل adalah mengalirnya air ke seluruh tubuh dengan niat tertentu, bahkan jika niatnya adalah mandub (disunahkan), seperti dalam mandi jenazah.

 غِسل dengan menggunakan kasrah pada huruf 'ghain' adalah sesuatu yang disandarkan pada air, seperti menggunakan dedaunan sidr.

(وَالْغُسْلُ لُغَةً سَيَلَانُ الْمَاءِ عَلَى الشَّيْءِ) أَيْ سَوَاءٌ كَانَ بَدَنًا أَوْ غَيْرَهُ، (مُطْلَقًا) أَيْ سَوَاءٌ كَانَ بِنِيَّةٍ أَمْ لَا. (وَشَرْعًا سَيَلَانُهُ عَلَى جَمِيعِ الْبَدَنِ بِنِيَّةٍ مَخْصُوصَةٍ) أَيْ وَلَوْ مَنْدُوبَةً كَمَا فِي غُسْلِ الْمَيِّتِ.

وَالْغِسْلُ بِكَسْرِ الْغَيْنِ مَا يُضَافُ إِلَى مَاءِ الْغُسْلِ مِنْ نَحْوِ سِدْرٍ.

Dan yang menyebabkan wajibnya mandi hanya enam hal. Bingungnya wanita istihadhoh bukanlah yang menyebabkan kewajiban mandi, melainkan kemungkinan berakhirnya masa haid. Pencemaran najis ke seluruh tubuh bukanlah penyebab langsung untuk mandi, tetapi menyebabkan kewajiban menghilangkan najis, yang cukup dilakukan dengan menggosok kulit.

(وَاَلَّذِي يُوجِبُ الْغُسْلَ) أَيْ السَّبَبُ الَّذِي يَنْشَأُ عَنْهُ وُجُوبُهُ (سِتَّةُ أَشْيَاءَ) فَقَطْ. وَتَحَيُّرُ الْمُسْتَحَاضَةِ لَيْسَ هُوَ الْمُوجِبَ، بَلْ احْتِمَالُ انْقِطَاعِ الْحَيْضِ. وَتَنَجُّسُ جَمِيعِ الْبَدَنِ لَيْسَ مُوجِبًا لِذَاتِ الْغُسْلِ بَلْ يُوجِبُ إِزَالَةَ النَّجَاسَةِ فَتَكْفِي بِكَشْطِ الْجِلْدِ.

Tiga dari enam sama-sama bisa dialami bagi laki-laki, meskipun belum baligh, dan bagi perempuan, meski juga belum baligh, kecuali keluarnya air mani, karena itu hanya terjadi setelah mencapai baligh.

(ثَلَاثَةٌ مِنْهَا) أَيْ السِّتَّةِ (تَشْتَرِكُ فِيهَا الرِّجَالُ) أَيْ الذُّكُورُ، إِنْ لَمْ يَكُونُوا بَالِغِينَ (وَالنِّسَاءِ) أَيْ الْإِنَاثِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ بِالِغَاتٍ إِلَّا إِنْزَالَ الْمَنِيِّ، فَإِنَّهُ لَا يَتَأَتَّى إِلَّا مَعَ الْبُلُوغِ.

Dan yang dimaksudkan dengan itu, yaitu tiga hal yang sama-sama bisa dialami di antara laki-laki dan perempuan, adalah:

(1) Pertemuan kedua alat kelamin, yaitu bersentuhnya keduanya karena penetrasi.

Ini dapat dijelaskan dengan adanya alat kelamin pria yang jelas, di mana kepala penis masuk, atau perkiraan bagian itu dari penis yang terpotong, ke dalam liang farji manusia, baik qubul atau dubur, atau bahkan pada hewan, termasuk ikan.

(وَهِيَ) أَيْ الثَّلَاثَةُ الْمُشْتَرَكَةُ بَيْنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ (اِلْتِقَاءُ الْخِتَانَيْنِ) أَيْ تَحَاذِيهِمَا بِسَبَبِ الدُّخُولِ. وَيُعَبَّرُ عَنْ هَذَا الِالْتِقَاءِ بِإِيلَاجِ حَيٍّ وَاضِحٍ غَيَّبَ حَشَفَةَ الذَّكَرِ مِنْهُ أَيْ الْحَيِّ الْوَاضِحِ (أَوْ قَدْرِهَا مِنْ مَقْطُوعِهَا) أَوْ مِنْ مَخْلُوقٍ بِدُونِهَا (فِي فَرْجٍ) أَيْ الْآدَمِيِّ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ أَوْ لِبَهِيمَةٍ وَلَوْ سَمَكَةً،

Hal ini berlaku bahkan jika penetrasi terjadi di dalam duburnya sendiri, atau yang dimasuki penisnya tidak bernyawa, atau jika ada kain yang meliliti penis, meski lilitannya tebal, bahkan jika itu terjadi dalam bambu atau apapun yang menyelubungi penis, ataupun meski penisnya sudah tidak berfungsi (impoten).

وَلَوْ فِي دُبُرِ نَفْسِهِ، وَلَوْ كَانَ الْمُولَجُ فِيهِ مَيِّتًا، أَوْ كَانَ عَلَى الذَّكَرِ خِرْقَةٌ مَلْفُوفَةٌ وَلَوْ غَلِيظَةً، بَلْ وَلَوْ كَانَ فِي قَصَبَةٍ، أَوْ كَانَ الذَّكَرُ غَيْرَ مُنْتَشِرٍ.

Dan seseorang yang dimasuki menjadi junub karena ada penetrasi yang telah disebutkan, jika penetrasi tersebut terjadi di dalam farji, yaitu bagian yang tidak diwajibkan membasuhnya ketika istinja.

(وَيَصِيرُ الْآدَمِيُّ الْمُولَجُ فِيهِ جُنُبًا بِإِيلَاجِ مَا ذُكِرَ) إِذَا كَانَ الْإِيلَاجُ فِي دَاخِلِ الْفَرْجِ، وَهُوَ مَا لَا يَجِبُ غسْلُهُ فِي الِاسْتِنْجَاءِ.

Adapun mayit, maka mandinya tidak diulang dengan masuknya alat kelaminnya atau penetrasi ke dalamnya, karena tidak ada keadaan junub bagi mayit lantaran kewajiban (sifat mukalaf) berakhir dengan kematian. Tidak ada hukuman had bagi pelakunya atau mahar untuknya, namun itu merusak haji dan i'tikafnya. Baginya diwajibkan kafarat sebab melakukan hubungan seks di bulan Ramadan, sebagaimana hubungan seks dengan binatang.

(أَمَّا الْمَيِّتُ فَلَا يُعَادُ غُسْلُهُ) بِاسْتِدْخَالِ ذَكَرِهِ أَوْ (بِإِيلَاجٍ فِيهِ) أَيْ الْمَيِّتِ، لِأَنَّهُ لَا جَنَابَةَ عَلَيْهِ لِانْقِطَاعِ التَّكْلِيفِ بِالْمَوْتِ، وَلَا حَدَّ عَلَى الْوَاطِىءِ لَهُ وَلَا مَهْرَ، لَكِنْ يَفْسُدُ حَجُّهُ وَاعْتِكَافُهُ، وَتَجِبُ عَلَيْهِ الْكَفَّارَةُ بِالْوَطْءِ فِي رَمَضَانَ كَوَطْءِ الْبَهِيمَةِ.

Adapun khuntsa musykil, maka tidak ada kewajiban mandi baginya, baik karena keluarnya air mani maupun karena adanya penetrasi pada organ kemaluannya. Namun, dia disunnahkan mandi, kecuali jika terbukti bahwa dia berada dalam keadaan junub, seperti jika seorang laki-laki memasukkan organ kemaluannya ke dalam organ kemaluan si khuntsa, yaitu kedalam organ wanitanya, atau organ kelamin yang jelas dimasukkan ke duburnya.

(وَأَمَّا الْخُنْثَى الْمُشْكِلُ فَلَا غُسْلَ عَلَيْهِ) أَيْ وَلَا عَلَى غَيْرِهِ (بِإِبْلَاجِ حَشَفَتِهِ وَلَا بِإِيلَاجٍ فِي قُبُلِهِ)، لَكِنْ يُسْتَحَبُّ إِلَّا إِنْ تَحَقَّقَ أَنَّهُ جُنُبٌ، كَأَنْ أَوْلَجَ رَجُلٌ فِي فَرْجِهِ، وَهُوَ فِي فَرْجِ امْرَأَةٍ، أَوْ أَوْلَجَ وَاضِحٌ فِي دُبُرِهِ،

Dalam hal ini, khuntsa mushkil dianggap berada dalam keadaan junub dengan yakin, karena dia telah berhubungan intim (jima) atau dijima.

فَيُجْنِبُ الْمُشْكِلُ يَقِينًا لِأَنَّهُ جَامِعٌ أَوْ جُومِعَ.

(2) Keluar air mani

Dan juga termasuk yang sama-sama bisa dialami laki-laki maupun perempuan adalah keluarnya air mani, baik itu keluar di luar selubung penis pada pria, atau keluar ke permukaan vagina pada wanita yang masih perawan, atau keluar di tempat yang harus dibasuh saat istinja pada wanita yang sudah bersuami.

(وَمِنْ الْمُشْتَرَكِ إِنْزَالُ) الْمَنِيِّ إِلَى خَارِجِ الْحَشَفَةِ فِي الرَّجُلِ، وَإِلَى ظَاهِرِ الْفَرْجِ فِي الْبِكْرِ، وَإِلَى مَحَلٍّ يُغَسَّلُ فِي الِاسْتِنْجَاءِ فِي الثَّيِّبِ.

 

Ya, hukum baligh dapat ditetapkan dengannya ketika air mani keluar hingga ke batang penis, meskipun tidak mencapai ujungnya, artinya keluarnya air mani dari seseorang sendiri untuk pertama kalinya tanpa adanya penetrasi, bahkan jika jumlah air mani hanya sebanyak tetesan, atau bahkan jika air mani berwarna seperti darah karena sering berhubungan intim dan sejenisnya.

نَعَمْ يُحْكَمُ بِالْبُلُوغِ بِهِ بِنُزُولِهِ إِلَى قَصَبَةِ الذَّكَرِ وَإِنْ لَمْ يَخْرُجْ، (أَيْ خُرُوجُ الْمَنِيِّ مِنْ شَخْصٍ) نَفْسِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ (بِغَيْرِ إِيلَاجٍ) وَلَوْ مِنْ غَيْرِ قَصْدٍ، وَإِنْ قَلَّ الْمَنِيُّ كَقُطْرَةٍ، وَلَوْ كَانَتْ عَلَى لَوْنِ الدَّمِ لِكَثْرَةِ جِمَاعٍ وَنَحْوِهِ،

Jika ditemukan salah satu dari tiga karakteristik khas air mani yang tidak ada pada cairan lainnya, yaitu: (a) Memancar saat keluar, atau (b) Kenikmatan yang kuat saat keluar disertai dengan melemasnya dzakar setelahnya, atau (c) Aroma seperti aroma adonan roti atau harum daun kurma ketika air mani basah, atau seperti bau putih telur saat air mani kering.

إِذَا وُجِدَ وَاحِدَةٌ مِنْ خَوَاصِّهِ الثَّلَاثِ الَّتِي لَا تُوجَدُ فِي غَيْرِهِ، وَهِيَ تَدَفُّعٌ فِي خُرُوجِهِ، أَوْ لَذَّةٌ قَوِيَّةٌ بِخُرُوجِهِ مَعَ فُتُورِ الذَّكَرِ عَقِبَهُ غَالِبًا، أَوْ كَوْنُ رِيحِهِ كَرِيحِ عَجِينٍ أَوْ طَلْعِ نَخْلٍ إِنْ كَانَ الْمَنِيُّ رُطْبًا أَوْ رِيحِ بَيَاضٍ بَيْضٍ إِنْ كَانَ الْمَنِيُّ جَافًّا،

Meskipun tidak memancar atau ada kenikmatan saat keluarnya air mani, seperti halnya jika yang keluar setelah mandi hanyalah sisa air mani yang masih ada, baik pada pria maupun wanita. Ya, umumnya pada air mani wanita adalah cairan yang encer dan berwarna kuning muda.

وَإِنْ لَمْ يَنْدَفِعْ وَلَمْ يَلْتَذَّ بِخُرُوجِهِ، كَأَنْ خَرَجَ مَا بَقِيَ مِنْهُ بَعْدَ الْغُسْلِ، سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ، نَعَمْ الْغَالِبُ فِي مَنِيِّ الْمَرْأَةِ الرِّقَّةُ وَالصُّفْرَةُ.

Sama saja air mani keluar karena hubungan seksual atau sebab lainnya, seperti misalnya air mani laki-laki keluar dari seorang wanita setelah mandi karena sudah disetubuhi, atau wanita memasukkan mani kedalam dirinya dan kemudian dia mencapai klimaks atau mengalami orgasme,

(وَلَوْ كَانَ الْخَارِجُ بِجِمَاعٍ أَوْ غَيْرِهِ)، كَأَنْ خَرَجَ بَعْدَ الْغُسْلِ مَنِيُّ الرَّجُلِ مِنْ امْرَأَةٍ وُطِئَتْ فِي قُبُلِهَا، اَوِاسْتَدْخَلَتْهُ وَقَدْ قَضَتْ شَهْوَتُهَا بِذَلِكَ الْجِمَاعِ،

Atau karena hubungan seksual ketika wanita berada dalam kondisi dewasa, sadar, dan menginginkannya, maka diperlukan mandi kembali karena pada saat itu diperkirakan terjadi campur aduk antara air mani yang ada di dalamnya dengan yang keluar, dan terjadi pemenuhan syahwat yang mendalam setelah berhubungan intim yang setara dengan tidurnya, maka ketentuan di sana berlaku seperti ketentuan mandi janabah.

أَوْ الِاسْتِدْخَالِ كَأَنْ تَكُونَ بَالِغَةً مُخْتَارَةً مُسْتَيْقِظَةً فَتُعِيدُ الْغُسْلَ لِأَنَّهُ حِينَئِذٍ يَغْلِبُ عَلَى الظَّنِّ اخْتِلَاطُ مَنِيِّهَا بِالْخَارِجِ، وَقَضَاءُ شَهْوَتِهَا مُنَزَّلٌ مَنْزِلَةَ نَوْمِهَا فِي خُرُوجِ الْحَدَثِ، فَنَزَّلُوا الْمَظِنَّةَ مَنْزِلَةَ المَئِنَّةِ،

Berbeda dengan situasi ketika seorang wanita tidak mengalami orgasme atau mencapai klimaks, yakni saat tidak ada syahwat (keinginan seksual) pada wanita seperti pada anak kecil, atau jika ada syahwat tetapi tidak mencapai orgasme seperti wanita yang sedang tidur atau dia dipaksa, maka dalam hal ini tidak diwajibkan mandi atas wanita tersebut karena tidak terjadi campur aduk antara air mani yang ada di dalamnya dengan yang keluar.

بِخِلَافِ مَا إِذَا لَمْ تَقْضِهَا بِأَنْ لَمْ تَكُنْ لَهَا شَهْوَةٌ كَصَغِيرَةٍ، أَوْ كَانَ لَهَا شَهْوَةٌ وَلَمْ تَقْضِهَا كَنَائِمَةٍ أَوْ مُكْرَهَةٍ، أَوْ وُطِئَتْ فِي دُبُرِهَا ثُمَّ خَرَجَ مِنْهَا بَعْدَ الْغُسْلِ مِنِيُّ الرَّجُلِ فَلَا غُسْلَ عَلَيْهَا إِذْ لَا مَنِيَّ لَهَا يَخْتَلِطُ بِالْخَارِجِ،

Dalam kondisi bangun atau tidur meski tanpa mimpi basah. Jika seseorang melihat mani secara nyata pada pakaiannya maka dia wajib mandi dan harus mengulangi setiap salat yang diyakini telah dijalankan setelah terjadinya kejadian tersebut.

Selama tidak ada kemungkinan kalau mani itu berasal dari orang lain. Jika tidak, maka disunnahkan mandi untuk keduanya (pria dan wanita). Sama saja keluarnya mani disertai oleh dorongan syahwat atau hal lainnya, asalkan salah satu dari tiga karakteristik yang disebutkan sebelumnya ada.

(فِي يَقَظَةٍ أَوْ نَوْمٍ) أَيْ وَلَوْ بِغَيْرِ احْتِلَامٍ. فَلَوْ رَأَى مَنِيًّا مُحَقَّقًا فِي نَحْوِ ثَوْبِهِ لَزِمَهُ الْغُسْلُ وَإِعَادَةُ كُلِّ صَلَاةٍ تَيَقَّنَهَا بَعْدَهُ،

مَا لَمْ يَحْتَمِلْ عَادَةً حُدُوثُهُ مِنْ غَيْرِهِ، وَإِلَّا سُنَّ الْغُسْلُ لَهُمَا، (بِشَهْوَةٍ أَوْ غَيْرِهَا) لَكِنْ لَا بُدَّ مِنْ وُجُودِ إِحْدَى الْخَوَاصِّ الْمَذْكُورَةِ،

Jika seseorang ragu terhadap air yang keluar (dari kemaluannya), seperti melihatnya berwarna putih dan kental, maka dia boleh memilih untuk menganggapnya sebagai mani dan mandi (janabah), atau menganggapnya sebagai wadi dan cukup membasuhnya. Dia juga boleh beralih dari pilihan pertama ke pilihan kedua, dan tidak perlu mengulangi apa yang telah dilakukannya berdasarkan pilihan pertama.

فَلَوْ شَكَّ فِي الْمَاءِ الْخَارِجِ كَأَنْ رَآهُ أَبْيَضَ ثَخِينًا فَلَهُ أَنْ يَخْتَارَ كَوْنَهُ مَنِيًّا وَيَغْتَسِلَ وَوَدِيًا وَيَغْسِلَهُ، وَلَهُ الرُّجُوعُ مِنْ الِاخْتِيَارِ الْأَوَّلِ إِلَى الثَّانِي، وَلَا يُعِيدُ مَا فَعَلَهُ بِالْأَوَّلِ،

Sama saja air mani keluar dari jalannya yang biasa, meskipun dari qubul musykil, atau dari selainnya, seperti dari dubur atau lubang yang terbentuk, dengan syarat keluarnya kuat. Lafadz مستحكما dengan kasroh huruf kaf. Yaitu keluar bukan karena penyakit disertai penyumbatan saluran asli. Jika mani keluar disebabkan oleh suatu penyakit maka tidak normal, sehingga tidak wajib mandi.

(مِنْ طَرِيقِهِ الْمُعْتَادِ) وَلَوْ مِنْ قُبُلِ مُشْكِلٍ (أَوْ غَيْرِهِ) كَدُبُرٍ أَوْ ثَقْبَةٍ بِشَرْطِ أَنْ يَكُونَ الْخَارِجُ مُسْتَحْكِمًا، بِكَسْرِ الْكَافِ، وَهُوَ الْخَارِجُ لَا لِعِلَّةٍ مَعَ انْسِدَادِ الْأَصْلِيِّ، فَإِنْ خَرَجَ لِأَجْلِ عِلَّةٍ كَانَ غَيْرَ مُسْتَحْكِمٍ فَلَا يَجِبُ الْغُسْلُ.

Kesimpulannya, jika mani keluar dari jalannya yang biasa, maka wajib mandi, bahkan jika tidak kuat. Namun, jika tidak maka untuk kewajiban mandi, disyaratkan kekuatan keluarannya mekipun terdapat beberapa ciri-cirinya. Dan meskipun berwarna merah seperti darah murni, jika tidak ada ciri-ciri khususnya, maka itu bukan mani.

وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ إِنْ خَرَجَ مِنْ طَرِيقِهِ الْمُعْتَادِ وَجَبَ الْغُسْلُ وَإِنْ لَمْ يَسْتَحْكِمْ، وَإِلَّا فَيُشْتَرَطُ فِي وُجُوبِ الْغُسْلِ الِاسْتِحْكَامُ إِنْ وُجِدَ فِيهِ بَعْضُ خَوَاصِّهِ، وَإِنْ كَانَ عَلَى لَوْنِ الدَّمِ الْخَالِصِ، فَإِنْ لَمْ يُوجَدْ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ خَوَاصِّهِ فَلَيْسَ بِمَنِيٍّ.

Dan disyaratkan bahwa keluaran itu berasal dari tulang sulbi (tulang belakang) pada pria dan tulang-tulang dada pada wanita, dengan adanya hambatan sementara. Seolah-olah tulang sulbi pria patah, dan keluar maninya, artinya dari bagian yang sama dengan tulang sulbi atau dari bawahnya. Tulang sulbi di sini seperti bagian atas perut pada saat kejadian, dan tulang sulbi dari leher hingga ke ujung punggung.

وَيُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ مِنْ صُلْبِ الرَّجُلِ وَتَرَائِبِ الْمَرْأَةِ فِي الِانْسِدَادِ الْعَارِضِ، (كَأَنْ انْكَسَرَ صُلْبُهُ فَخَرَجَ مَنِيُّهُ) أَيْ مِنْ نَفْسِ الصُّلْبِ أَوْ مِنْ تَحْتِهِ، فَالصُّلْبُ هُنَا كَتِحَتْ الْمَعِدَةُ فِي فَصْلِ الْحَدَثِ، وَالصُّلْبُ مِنْ الرَّقَبَةِ إِلَى مُنْتَهَى الظَّهْرِ،

Keluaran dari bagian ini akan menyebabkan kewajiban mandi, karena di sanalah mani diproduksi. Tulang sulbi hanya dianggap sebagai bagian tubuh pria, sedangkan pada wanita dianggap sebagai ruang di antara tulang-tulang dada.

فَالْخَارِجُ مِنْهُ يُوجِبُ الْغُسْلَ، لِأَنَّهُ مَعْدِنُ الْمَنِيِّ. وَالصُّلْبُ إِنَّمَا يُعْتَبَرُ الرَّجُلُ، أَمَّا الْمَرْأَةُ فَمَا بَيْنَ تَرَائِبِهَا وَهِيَ عِظَامُ الصَّدْرِ.

(3) Kematian

Termasuk yang mewajibkan mandi yang bersama-sama dialami oleh setiap Muslim adalah kematian, kecuali bagi seorang syahid dan bayi keguguran jika kehidupannya tidak diketahui dan wujud penciptaannya tidak terlihat.

(وَمِنْ الْمُشْتَرَكِ الْمَوْتُ) لِمُسْلِمٍ إِلَّا فِي (الشَّهِيدِ) وَالسِّقْطِ إِذَا لَمْ تُعْلَمْ حَيَاتُهُ وَلَمْ يَظْهَرْ خَلْقُهُ.

Dan tiga hal yang mewajibkan mandi yang khusus terjadi pada wanita adalah;

(1) Haid.

Yang menyebabkan kewajiban mandi adalah adanya haid itu sendiri, dan pemutusan (haid) merupakan syarat bagi kesahihan mandi. mendirikan shalat dan sejenisnya adalah syarat untuk wajibnya mandi secara segera, bukan syarat pokok kewajiban mandi. Hal yang sama berlaku pada apa yang akan dijelaskan:

فَالْمُوجِبُ لِلْغُسْلِ نَفْسُ الْحَيْضِ وَالِانْقِطَاعُ شَرْطٌ لِصِحَّةِ الْغُسْلِ، وَالْقِيَامُ لِلصَّلَاةِ وَنَحْوِهَا شَرْطٌ لِوُجُوبِ فَوْرِيَّةِ الْغُسْلِ لَا لِأَصْلِ وُجُوبِهِ، وَكَذَا يُقَالُ فِيمَا يَأْتِي

 

Haid adalah darah yang keluar dari seorang wanita, untuk menjaga kesehatan, yang telah berumur sembilan tahun, artinya sekitar usia yang dekat dengan pubertas

(أَيْ الدَّمُ الْخَارِجُ مِنْ امْرَأَةٍ) عَلَى سَبِيلِ الصِّحَّةِ (بَلَغَتْ تِسْعَ سِنِينَ) أَيْ قَمَرِيَّةً تَقْرِيبِيَّةً،

(2) Nifas,

Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan, artinya darah yang keluar setelah melahirkan, yaitu dimana hal itu terjadi sebelum lima belas hari. Karena itu adalah darah haid yang berkumpul, maka jika wanita berniat membersihkan dirinya dari haid maka sudah cukup.

(وَثَلَاثَةٌ تَخْتَصُّ بِهَا النِّسَاءُ وَهِيَ الْحَيْضُ). (وَالنِّفَاسُ، وَهُوَ الدَّمُ الْخَارِجُ عَقِبَ الْوِلَادَةِ) أَيْ بِحَيْثُ يَكُونُ قَبْلَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا مِنْهَا. فَإِنَّهُ دَمُ حَيْضٍ مُجْتَمَعٌ، وَمِنْ ثَمَّ لَوْ نَوَتْ النُّفَسَاءُ رَفْعَ حَدَثَ الْحَيْضِ كَفَتْ النِّيَّةُ وَلَوْ عَمْدًا.

Jika dikatakan bahwa tidak perlu menyebutkan nifas bersamaan dengan kelahiran karena sudah mencukupi, karena kita mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara keduanya, sebab ketika seorang wanita mandi setelah melahirkan, lalu darah muncul sebelum lima belas hari, darah tersebut mewajibkan mandi, dan yang sebelumnya tidak dapat menggantikannya. Karena itu, nifas secara pasti menyebabkan kewajiban mandi.

فَإِنْ قِيلَ لَا حَاجَةَ إِلَى ذِكْرِ النِّفَاسِ مَعَ الْوِلَادَةِ لِأَنَّهُ يُسْتَغْنَى بِهَا عَنْهُ؛ لِأَنَّا نَقُولُ لَا تَلَازُمَ بَيْنَهُمَا لِأَنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا اغْتَسَلَتْ مِنْ الْوِلَادَة ثُمَّ طَرَأَ الدَّمُ قَبْلَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا فَهَذَا الدَّمُ يَجِبُ لَهُ الْغُسْلُ، وَلَا يُغْنِي عَنْهُ مَا تَقَدَّمَ (فَإِنَّهُ) أَيْ النِّفَاسَ (مُوجِبٌ لِلْغُسْلِ قَطْعًا)

(3) Kelahiran

Kelahiran adalah pemisahan seluruh tubuh anak (dari ibunya), bahkan jika itu terjadi dalam bentuk selain manusia, selama diketahui bahwa itu berasal dari asal manusia, maka wajib mandi.

Mandi juga wajib bagi ibu yang melahirkan melalui jalur yang tidak biasa untuk memastikan hubungan ibu-anak. Kemudian, syaarih merinci kelahiran dengan mengatakan: '(yang disertai dengan cairan ketuban) menyebabkan kewajiban mandi tanpa ada perbedaan pendapat

(وَالْوِلَادَةُ) وَهُوَ اِنْفِصَالُ جَمِيْعِ الْوَلَدِ، وَلَوْ كَانَ مِنْ غَيْرِ صُورَةِ الْآدَمِيِّ حَيْثُ عُلِمَ أَنَّهُ أَصْلُ آدَمِيٍّ.

وَيَجِبُ الْغُسْلُ عَلَى مَنْ وَلَدَتْ مِنْ غَيْرِ الطَّرِيقِ الْمُعْتَادِ لِثُبُوتِ أُمِّيَّةِ الْوَلَدِ بِهِ. ثُمَّ فَصَّلَ الشَّارِحُ الْوِلَادَةَ بِقَوْلِهِ: (الْمَصْحُوبَةُ بِالْبَلَلِ مُوْجِبَةٌ لِلْغُسْلِ قَطْعًا) أَيْ بِلَا خِلَافٍ.

Dan cairan ketuban adalah sisa dari mani yang membentuk anak. Karena itu, masih ada sisa dari cairan tersebut di kantung tempat anak keluar.

Kalimat ini adalah mubtada dan khobar.

وَالْبَلَلُ هُوَ بَقِيَّةُ الْمَنِيِّ الَّذِي انْعَقَدَ مِنْهُ الْوَلَدُ. فَإِنَّهُ يَبْقَى مِنْهُ بَقِيَّةٌ فِي الْكِيسِ الَّذِي يَنْزِلُ مِنْهُ الْوَلَدُ.

وَهَذِهِ الْجُمْلَةُ مُبْتَدَأٌ وَخَبَرٌ.

Keadaan lahiran kering tanpa basah tetap mewajibkan mandi, menurut pendapat yang paling benar (qoul ashoh), karena bayi adalah cairan mani yang terkoagulasi. Jika seorang wanita yang berpuasa melahirkan bayi yang kering, maka dia harus berbuka. Kebanyakan kelahiran tanpa basah terjadi pada wanita Kurdi. Perdebatan juga berlangsung mengenai keluarnya segumpal darah dan daging tanpa basah.

(وَالْمُجَرَّدَةُ عَنْ الْبَلَلِ مُوجِبَةٌ لِلْغُسْلِ فِي الْأَصَحِّ) لِأَنَّ الْوَلَدَ مَنِيٌّ مُنْعَقِدٌ. وَإِذَا وَلَدَتْ الصَّائِمَةُ وَلَدًا جَافًّا فَإِنَّهَا تُفْطِرُ. وَأَكْثَرُ مَا تَكُونُ الْوِلَادَةُ بِلَا بَلَلٍ فِي نِسَاءِ الْأَكْرَادِ. وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي إِلْقَاءِ الْعَلَقَةِ وَالْمُضْغَةِ بِلَا بَلَلٍ.

Comments

Popular posts from this blog

Terjemah Tausyeh Ibnu Qosim

Bisikan di Kamar Mandi

Petunjuk dari Mimpi