Terjemah Tausyeh Ibnu QOsim: Fasal Menyamak
فَصْلٌ فِى الدِّبَاغِ
FASAL:
MENYAMAK KULIT BANGKAI
Fasal:
ini membahas hal-hal yang terkait dengan barang-barang yang menjadi najis dan
juga mengenai apa yang dapat dihilangkan najisnya dengan cara penyamakan dan
apa yang tidak dapat dihilangkan najisnya. |
(فَصْلٌ
فِي ذِكْرِ شَيْءٍ مِنْ الْأَعْيَانِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَ ذِكْرِ مَا تَطْهُرُ
مِنْهَا بِالدِّبَاغِ وَمَا لَا يَطْهُرُ . |
Kulit
bangkai hewan semuanya menjadi suci melalui penyamakan. Ini berarti bahwa
keseluruhan kulit, baik bagian luar maupun dalamnya, menjadi suci. كلها adalah taukid untuk الجلود , maksudnya dhohir dan batinnya. Dan
yang dimaksud dengan "apa yang ada di dalam" adalah apapun yang
berada di dalam kulit dan akan muncul jika kulit itu diiris atau dibelah, dan
dhohir artinya apa yang nampak di bagian luarnya. |
وَجُلُودُ) الْحَيَوَانَاتِ (الْمَيْتَةِ كُلُّهَا
تَطْهَرُ بِالدِّبَاغِ) فَكُلُّهَا تَوْكِيدُ الْجُلُودِ أَيْ يَطْهَرُ
ظَاهِرُهَا وَبَاطِنُهَا، وَالْمُرَادُ بِالْبَاطِنِ مَا بَطَنَ وَهُوَ مَا لَوْ
شُقَّ لَظَهَرَ، وَبِالظَّاهِرِ مَا ظَهَرَ مِنْ وَجْهَيْهِ |
Sama
saja dalam hal dalah hukum taharah kulit melalui penyamakan ini baik pada
hewan yang termasuk dalam kategori hewan yang boleh dimakan seperti domba dan
kuda, atau pada hewan-hewan lain seperti keledai dan serigala. Lafadz غيره dibaca rofa ma’tuf pada lafadz marfu’. |
(سَوَاءٌ
فِي ذَلِكَ) أَيْ الْحُكْمِ بِطَهَارَةِ الْجِلْدِ بِالدِّبَاغِ (مِينَةُ
مَأْكُولِ اللَّحْمِ) كَالشَّاةِ وَالْخَيْلِ (وَغَيْرِهِ) كَالْحِمَارِ
وَالذِّئْبِ. وَهُوَ بِالرَّفْعِ مَعْطُوفٌ عَلَى
الْمَرْفُوعِ |
Cara
penyamakan adalah dengan menghilangkan sisa-sisa atau lebihan pada kulit yang
dapat membuat kulit busuk dari darah dan sejenisnya, seperti potongan daging.
Ini dilakukan dengan cara membasuhnya dengan air, sehingga secara umum, kulit
tidak akan kembali busuk jika terendam dalam air. |
( وَكَيْفِيَّةُ الدَّبْغِ) أَيْ مَقْصُودِ الدَّبْغِ
أَنْ يُنْزَعَ فُضُولُ الْجِلْدِ) أَيْ زَوَائِدُهُ (مِمَّا يُعْفِنُهُ) أَيْ مِنَ الَّذِي يَجْعَلُ الْجِلْدَ
عِفُونَةً (مِنْ دَمٍ وَنَحْوِهِ) كَقِطْعَةِ لَحْمٍ بِحَيْثُ لَوْ نَقَعَ فِي
الْمَاءِ عُرْفًا لَا يَعُودُ إِلَيْهِ النَّتْنُ، |
Dan
hal ini hanya terjadi dengan sesuatu yang pedas. Lafadz حريف dengan huruf ح yang tanpa titik dan ر yang ditasydid. Sesuatu yang pedas
misalnya seperti 'afas, yaitu yang digunakan untuk membuat tinta. Bahkan jika
sesuatu yang pedas tersebut adalah najis, seperti kotoran burung merpati, itu
tetap diperbolehkan dalam penyamakan, bahkan jika itu keras. Karena
penyamakan adalah perubahan, bukan penghilangan, tetapi haram menjilatinya
jika ditemukan tanda-tanda najisnya. |
وَذَلِكَ إِنَّمَا يَحْصُلُ (بِشَيْءٍ حِرِّيفٍ) بِكَسْرِ
الْحَاءِ الْمُهْمَلَةِ وَالرَّاءِ الْمُشَدَّدَةِ، وَهُوَ الَّذِي يَلْذَعُ
اللِّسَانَ (كَعَفْصٍ) وَهُوَ مَا يُتَّخَذُ مِنْهُ الْحِبْرُ (وَلَوْ كَانَ
الْحِرِّيفُ نَجِسًا كَذَرْقِ حَمَّامٍ كَفَى فِي الدَّبْغِ) بَلْ وَلَوْ مِنْ
مُغَلَّظٍ ، لِأَنَّ الدَّبْغَ إِحَالَةٌ لَا إِزَالَةٌ، لَكِنْ يَحْرُمُ
التَّضَمُّحُ بِهِ إِذَا وُجِدَ مَا يَقُومُ مَقَامَهُ |
Kecuali
kulit anjing dan babi, dan apa yang diturunkan dari keduanya. Contohnya, jika
seekor babi menghamili seekor anjing, maka apa yang dilahirkan dari mereka
berdua tidak suci dengan penyamakan. Atau jika salah satu dari mereka bersama
hewan yang suci, misalnya jika seekor anjing menghamili seekor domba, maka
kulit yang dihasilkan dari persilangan itu tidak suci dengan penyamakan.
Karena jika saat hidupnya pensucian tidak berfaedah, maka penyamakan lebih
lagi. |
(إِلَّا جِلْدَ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ
مِنْهُمَا) كَأَنْ أَحْبَلَ خِنْزِيرٌ كَلْبَةً، فَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا لَا
يَطْهَرُ جِلْدُهُ بِالدِّبَاغِ، (أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا مَعَ حَيَوَانٍ
طَاهِرٍ) كَأَنْ أَحْبَلَ كَلْبٌ شَاةً، (فَلَا يَطْهُرُ) أَيْ ذَلِكَ الْجِلْدُ
(بِالدِّبَاغِ) لِأَنَّ الْحَيَاةَ إِذَا لَمْ تُفِدْهُ الطَّهَارَةُ
فَالدَّبْغُ أَوْلَى |
Abu
Hanifah berkata: "Semua kulit menjadi suci dengan penyamakan, kecuali
kulit babi." Sementara itu, Al-Zuhri berpendapat bahwa semua kulit hewan
mati dapat dimanfaatkan tanpa penyamakan. |
قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: إِنَّ الْجُلُودَ كُلَّهَا
تَطْهَرُ بِالدِّبَاغِ إِلَّا جِلْدَ الْخِنْزِيرِ. وَقَالَ الزُّهْرِيُّ
يُنْتَفِعُ بِجُلُودِ الْمَيْتَةِ كُلِّهَا مِنْ غَيْرِ دِبَاغٍ |
Tulang-tulang
bangkai, termasuk yang disebut "qaraqish" yang merupakan tulang
yang lunak, dan bulu bangkai semuanya najis, begitu juga dengan semua bagian
hewan mati. |
(وَعَظْمُ
الْمَيْتَةِ) وَمِنْهُ الْقَرَاقِيشُ وَهِيَ عَظْم رَخْوٌ (وَشَعْرُهَا) كُلٌّ
مِنْهُمَا (نَجِسٌ، وَكَذَا الْمَيْتَةُ) أَيْ سَائِرُ أَجْزَائِهَا أَيْضًا
نَجِسَةٌ. |
Yang
dimaksud dengan "bangkai" di sini dimaksudkan hewan yang telah
kehilangan kehidupan tanpa penyembelihan syariah yang benar, baik karena
tidak disembelih dengan benar atau disembelih dengan metode penyembelihan
yang tidak syariah seperti penyembelihan hewan yang tidak boleh dimakan seperti
keledai, atau penyembelihan yang dilarang, seperti hewan yang disembelih oleh
pemeluk agama Majusi, atau oleh orang yang sedang ihram yang dalam hal ini,
hewan yang disembelih dianggap sebagai barang buruan. |
(وَأُرِيدَ بِهَا) أَيْ الْمَيْتَةِ (الزَّائِلَةُ
الْحَيَاةُ بِغَيْرِ ذَكَاةٍ شَرْعِيَّةٍ) بِأَنْ لَمْ تُذَكَّ أَصْلًا، أَوْ
ذُكِّيَتْ ذَكَاةً غَيْرَ شَرْعِيَّةٍ كَذَبْحِ غَيْرِ الْمَأْكُولِ كَحِمَارٍ
أَهْلِيٍّ، وَكَذَبْحِ الْمَأْكُولِ ذَكَاةً غَيْرَ شَرْعِيَّةٍ، كَأَنْ
ذَبَحَهُ بِعَظْمٍ أَوْ ذَبَحَهُ مَجُوسِيٌّ أَوْ مُحْرِمٌ وَكَانَ الْمَذْبُوحُ
صَيْدًا |
Ketika
yang dimaksud dengan bangkai adalah hewan yang mati bukan sebab disembelih
secara syar’i, maka tidak dikecualikan dengan janinnya hewan yang disembelih,
yang sudah memiliki ruh, meskipun wujudnya berupa anjing, selama kita tidak
melihat ada anjing yang mengawini induk janin tersebut. |
(فَلَا
يُسْتَثْنَى حِينَئِذٍ) أَيْ حِينَ إِذَا أُرِيدَ بِهَا الزَّائِلَةُ الْحَيَاةُ
بِغَيْرِ ذَكَاةٍ شَرْعِيَّةِ (جَنِينُ الْمُذَكَّاةِ) الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ
الرُّوحُ وَلَوْ عَلَى صُورَةِ كَلْبٍ مَا لَمْ نُشَاهِدْ الْكَلْبَ نَطَّ
عَلَيْهَا |
Hukum
ini berlaku ketika janin keluar dari perut induknya dalam keadaan mati sebab
kematian induknya, atau keluar dalam keadaan hidup dengan hidupnya hewan yang
disembelih. Hal itu karena sembelihan janin ada pada sembelihannya induknya,
maksudnya kematiannya disebabkan tersembelihnya induknya. Maka kehidupan janin tersebut hilang sebab
sembelihan yang sesuai syariat. |
(إِذَا خَرَجَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ مَيِّتًا) بِسَبَبِ
مَوْتِ أُمِّهِ فَقَطْ، أَوْ حَيًّا حَيَاةَ مَذْبُوحِ، لِأَنَّ ذَكَاتَهُ فِي
ذَكَاةِ أُمِّهِ أَيْ بِسَبَبِ ذَكَاةِ أُمِّهِ، فَإِنَّهُ زَائِلُ الْحَيَاةِ
بِذَكَاةٍ شَرْعِيَّةٍ |
Dan
demikian pula hewan-hewan dari jenis lainnya, mereka juga tidak dikecualikan
karena tidak masuk dalam definisi sebelumnya dari "bangkai".
Kecuali untuk hal-hal yang merupakan pengecualian, yaitu hal-hal yang berada
di luar keadaan mayoritas yang disebutkan dalam kitab mabsuthat (luas
pembahasannya), seperti saat hewan buruan mati karena luka atau tebasan dari
taring, atau seperti unta jantan yang disebut "nad" ketika terkena
tembakan anak panah dan mati akibatnya. |
(وَكَذَا غَيْرُهُ) أَيْ الْجِنْسِ فَلَا يُسْتَثْنَى
أَيْضًا لِعَدَمِ دُخُولِهِ فِي الْمَيْتَةِ بِالتَّعْرِيفِ السَّابِقِ (مِنْ
الْمُسْتَثْنَيَاتِ) أَيْ الْأُمُورِ الْخَارِجَةِ عَنْ الْغَالِبِ
(الْمَذْكُورَةِ فِي الْمَبْسُوطَاتِ) كَالصَّيْدِ الْمَيِّتِ بِضَغْطَةِ
الْجَارِحَةِ فِي مَضَيَّقٍ أَوْ بِظُفُرِهَا، وَكَالْبَعِيرِ النَّادِ إِذَا
رُمِيَ بِالسَّهْمِ فَمَاتَ بِهِ. |
Kemudian
pengarang mengecualikan bagian rambut dari bangkai dengan mengatakan:
"Kecuali rambut manusia." Artinya rambut manusia adalah suci,
seperti mayat itu sendiri. Rambut yang terpisah dari tubuh manusia, baik
terlepas selama hidupnya atau setelah kematian, juga dianggap suci. |
(ثُمَّ اسْتَثْنَى مِنْ شَعْرِ الْمَيتَةِ قَوْلُهُ
إِلَّا الْآدَمِيَّ أَيْ فَإِنَّ شَعْرَهُ طَاهِرٌ كَمَيْتَتِهِ) وَالشَّعْرَ
الْمُنْفَصِلَ مِنْ الْأَدَمِيِّ سَوَاءٌ انْفَصَلَ مِنْهُ فِي حَالِ حَيَاتِهِ
أَمْ بَعْدَ مَوْتِهِ طَاهِرٌ، |
Adapun
rambut yang terpisah dari selain manusia, yaitu dari hewan yang boleh
dimakan, maka jika terpisah saat masih hidupnya atau setelah disembelih maka
hukumnya suci juga. Apabila tidak demikian maka najis apabila tidak
bersiap-siap lepasnya. |
أَمَّا مِنْ غَيْرِهِ مِنْ الْمَأْكُولِ إِنْ انْفَصَلَ
الشَّعْرُ فِي حَيَاتِهِ أَوْ بَعْدَ ذَكَاتِهِ فَكَذَلِكَ، وَإِلَّا فَهِيَ
نَجِسَةٌ إِنْ لَمْ يَتَهَيَّأْ لِلِانْفِصَالِ. |
Dan bulu hewan yang
boleh dimakan serta bulu sayapnya hukumnya sebagaimana rambutnya. Adapun
rambut yang melekat pada anggota tubuh hewan yang dipotong adalah najis
sesuai dengan pernyataan Nabi SAW: "Apa pun yang terpotong dari makhluk
yang hidup adalah bangkai." Namun, pengecualian dari ini adalah misk dan
bungkusnya. Bulu yang melekat bungkus misik adalah suci berdasarkan hadis:
"Misk adalah yang terbaik dari wewangian." (Hadis riwayat Muslim). |
وَصُوفُ الْمَأْكُولِ وَرِيشُهُ كَشَعْرِهِ . وَالشَّعْرُ
عَلَى الْعُضْوِ الْمُبَانِ نَجِسٌ تَبَعًا لَهُ لِقَوْلِهِ : مَا قُطِعَ مِنْ
حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ. وَيُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ الْمِسْكُ وَفَأْرَتُهُ،
وَالشَّعْرُ الَّذِي عَلَيْهَا فَهِيَ طَاهِرَةٌ لِقَوْلِهِ : «الْمِسْكُ
أَطْيَبُ الطِّيبِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ . |
Comments