Terjemah Tausyeh Ibnu Qosim: Muqodimah
مُقَدِّمَةْ
PENDAHULUAN
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah atas segala kebaikan-Nya, baik yang aku ketahui maupun yang tidak,
sebanyak seluruh ciptaan-Nya, baik yang aku ketahui maupun yang tidak
kuketahui. |
الْحَمْدُ لِلَّهِ بِجَمِيعِ مَحَامِدِهِ كُلِّهَا مَا
عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ عَدَدَ خَلْقِهِ كُلِّهِمْ مَا عَلِمْتُ
مِنْهُمْ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ .
|
Kami memujinya dengan pujian
yang mencakup nikmatnya, dan Dia membalas dengan lebih banyak nikmat, serta menjauhkan
kami dari kemarahannya. Kami bersyukur kepada-Nya atas apa yang karunianya
pada siapapun yang ia kehendaki mendapat kebaikan sempurna dengan memberinya
ilmu agama. |
نَحْمَدُهُ حَمْدًا يُوَافِي نِعمَهُ وَيُكَافِئُ
مَزِيدَهُ وَيُدَافِعُ النِّقَمَ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا فَقَّهَ مَنْ أَرَادَ
لَهُ خَيْرًا كَامِلًا فِي الدِّينِ الأقْوَمِ |
Kami bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah, yang mengajarkan manusia apa yang tidak dia ketahui. Kami
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba serta Rasulnya, yang diberikan
keistimewaan oleh Allah dengan syafa'at
agung yang mencakup semua umat. |
وَنَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ الَّذِي عَلَّمَ
الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ الَّذِي خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى بِالشَّفَاعَةِ الْعُظْمَى
الَّتِي عُمِّتْ كُلُّ أُمَمٍ |
Ya Allah, berikanlah shalawat
dan salam kepada Sayyidina Muhammad, Rasul yang Agung, dan kepada keluarganya
yang menjadi cakrawala seluruh umat, dan para sahabat mereka yang menjadi lampu-lampu
dalam kegelapan. Serta ulama` yang mengikuti mereka hingga hari di mana
setiap telinga akan mendengar setiap huruf yang pernah ditulis oleh Qolam. |
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الرَّسُولِ الأعْظَمِ وَعَلَى آلِهِ فلَكِ الأُمَمِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيحِ الظُّلَمِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ إِلَى يَوْمٍ
يُكْشَفُ فِيهِ كُلُّ وَصْمٍ بِعَدَدِ كُلِّ حَرْفٍ جَرَى بِهِ الْقَلَمُ |
Setelah itu, orang yang
rendah ini, yang selalu mengaharapkan rahmat dari Allah dan doa dari segenap
teman-temannya, Muhammad Nawawi bin Umar berkata : Saya menghadirkan
penjelasan terhadap kata-kata Al-Alamah Abi Abdillah bin Qasim Al-Ghazī
(murid dari Al-Muhaqqiq Jalaluddin Muhammad Al-Muhalli) |
أَمَّا بَعْدُ: فَيَقُولُ وَسَخُ أَقْدَامِ الطَّلَّبَةِ
الرَّاجِي رَحْمَةَ رَبِّهِ وَدُعَاءَ مِنْ أَحَبَّهُ الْحَقِيرُ «مُحَمَّدُ
نَوْوِي بْنُ عُمَر عَفَا اللهُ عَنْهُمَا وَغَفرَ هَذَا تَوْشِيحٌ عَلَى شَرْحِ
الْعَلَّامَةِ تَلْمِيذِ الْمُحَقِّقِ جَلَالِ الدِّينِ مُحَمَّدِ الْمُحَلِّي
أَبِي عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَاسِمِ الْغَزِي |
dan saya memberi buku
ini judul "Qut Al-Habib Al-Gharib." Saya memohon kepada
Allah agar menjadikannya bermanfaat dan Dia adalah Pelindung yang Terbaik. |
سَمَّيْتُهُ : قُوْةُ الْحَبِيبِ الْغَرِيبِ وَاللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ وَهُوَ حَسْبِي
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ |
Pensyarah rohimahullah
berkata: بِسْمِ
الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ، الْحَمْدُ لله Saya menyebutkan hamdalah
sebagai berkah dari pembukaan Alkitab, yaitu awal Al-Quran, seperti yang ada
dalam Al-Mukhtar, |
قَالَ الشَّارِحُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى (بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ) ذَكَرْتُ الْحَمْدلَةَ (تَبَرُّكًا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ) أَيْ بِأَوَّلِ الْقُرْآنِ كَمَا فِي
الْمُخْتَارِ |
dan pembukaan lebih umum
daripada pemulaian. Ini dapat digunakan untuk awal banyak hal, dan jika
digunakan sekitar setengah kalimat, itu disebut "Mufattah"
(pembuka) yang berarti bahwa kalimat tersebut adalah awal dari sesuatu. |
وَالْافْتِتَاحُ أَعَمُّ مِنَ الْابْتِدَاء، إِذْ
يُطْلَقُ عَلَى شُرُوعٍ وَعَلَى أَكْثَرَ مِنَ الْابْتِدَاء فَإِنَّ الْآتِي
بِنَحْوِ نِصْفٍ يُقَالُ لَهُ مُفْتَتَحٌ فِيهِ |
Ini digunakan karena
kata tersebut adalah awal dari setiap urusan penting, yaitu situasi yang
diinginkan dan diizinkan secara syariah. Oleh karena itu, pembukaan Al-Quran
dengan ungkapan ini digunakan dalam pengelompokan, pengajaran, dan pembacaan
di hadapan guru. |
(لِأَنَّهَا)
أَيْ تِلْكَ الْكَلِمَةَ (ابْتِدَاءُ كُلِّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ) أَيْ حَالٌ
يُطْلَبُ وَيُبَاحُ شَرْعًا، فَإِنَّهُ يُطْلَبُ ابْتِدَاءُ الْكِتَابِ بِهَا
فِي التَّصْنِيفِ وَالتَّدْرِيسِ وَالْقِرَاءَةِ عِنْدَ الشَّيْخِ |
Selain itu, akhir dari
setiap doa yang dikabulkan, artinya harapan agar doa tersebut dikabulkan,
yakni doa dimulai dan diakhiri dengan ungkapan ini, karena permulaan dan
akhiran permohonan dapat dilakukan dengan ungkapan ini. Jawaban dapat berupa
pemberian apa yang diminta, penghindaran bahaya, atau pahala di akhirat. |
وَخَاتِمَةُ كُلِّ دُعَاءٍ مُجَابٍ أَيْ تُرْجَى
إِجَابَتُهُ، أَيْ فَإِنَّهُ يُطْلَبُ خَتْمُ الدُّعَاءِ بِهَا كَمَا يُطْلَبُ
بَدْؤُهُ بِهَا وَالإِجَابَةُ قَدْ تَكُونُ بِعَيْنِ الْمَطْلُوبِ أَوْ بِدَفْعِ
ضَرَرٍ أَوْ بِثَوَابٍ فِي الآخِرَةِ، |
Ada juga yang mengatakan
bahwa seseorang akan datang di Hari Kiamat, dan Allah akan memberinya pahala
besar. Dia akan heran dan bertanya, "Ya Allah, sebab apa?" Allah
akan menjawab, "Tidakkah kamu meminta ini dan itu pada waktu ini dan
itu?" Maka dia akan berharap bahwa dia tidak pernah diberi jawaban
terhadap doanya selama di dunia. |
كَمَا قِيلَ:
إِنَّهُ يَأْتِي الشَّخْصُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُعْطِيهِ اللَّهُ تَعَالَى
ثَوَابًا عَظِيمًا فَيَتَعَجَّبُ وَيَقُولُ: يَا رَبِّ بِمَاذَا؟ فَيَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى أَلَمْ تَسْأَلْنِي كَذَا وَكَذَا فِي وَقْتِ كَذَا وَكَذَا
فَيَتَمَنَّى أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ أُجِيبُ بِدُعَاءٍ قَطُّ فِي دَارِ الدُّنْيَا
|
Dan kata الحمد (pujian)
untuk Allah, Rabb semesta alam, adalah akhir dari doa-doa orang-orang beriman
di surga, tempat pahala. Mereka akan sibuk dengan tasbih dan pengagungan
kepada Allah Ta'ala di surga, dan mereka akan mengakhiri dengan tahmid dan
pujian atas-Nya sesuai dengan yang layak bagi-Nya. Dalam dzikir ini, mereka
akan merasakan kebahagiaan dan kesempurnaan dalam diri mereka. |
(وَ) لِأَنَّ كَلِمَةَ الْحَمْدُ اللَّهُ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (آخِرُ دَعوَى الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ دَارِ الثَّوَابِ)
فَإِنَّهُمْ يَشْتَغِلُونَ فِي الْجَنَّةِ بِالتَّسْبِيحِ والتَّقْدِيسِ لِلَّه
تَعَالى وَيَخْتِمُونَ ذَلِكَ بِالتَّحْمِيدِ وَالثَّنَاءِ
عَلَيْهِ تَعَالَى بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَفِي هَذَا الذِّكْرِ سُرُورُهُمْ
وَكَمَالٌ لِذَاتِهِمْ |
Saya memuji-Nya karena
Dia memberikan keberhasilan kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya untuk memahami agama, yaitu pemahaman tentang dasar-dasar dan
cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. |
(أَحْمَدُهُ) لِأَجْلِ (أَنْ وَفَّقَ مَنْ أَرَادَ) أَيْ
صَرَّفَ اللَّهُ هِمَّهُ مَنْ أَرَادَ (مِنْ عِبَادِهِ لِلتَّفَقُّهِ) أَيِ
التَّفَهُّمِ (فِي الدِّينِ) أَيِ أُصُولِهِ وَفُرُوعِهِ عَلَى وِفْقِ مُرَادِهِ
تَعَالَى . |
Agama (الدين) dalam
bahasa umumnya adalah tata cara dan urusan. Sedang secara syariah, agama
adalah peraturan yang ditetapkan oleh Allah Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya, dan
mereka taat dan mengikuti peraturan tersebut. |
وَالدِّينُ لُغَةً الْعَادَةُ وَالشَّأْنُ، وَشَرْعًا
الأحْكَامُ الَّتِي شَرَعَهَا اللَّهُ تَعَالَى لِعِبَادِهِ، فَإِنَّهُمْ أَطَاعُوا لَهَا وَامْتَثَلُوهَا |
Dan aku bershalawat dan
salam yang paling sempurna atas makhluk-Nya yang terbaik, nabi Muhammad saw,
pemimpin para rasul. Penulis memilih nama ini, yakni "Muhammad, pemimpin
para rasul," dengan alasan-alasan berikut: salah satunya adalah bahwa
nama ini khusus untuk kata tauhid, dan terdapat keistimewaan dalamnya. |
(وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ أَوْقَعَ الصَّلَاةِ
وَالسَّلَامِ عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِين)
وَاخْتَارَ الْمُؤَلِّفُ هَذَا الاسْمَ لِوُجُوهٍ: مِنْهَا أَنَّهُ الْمُخْتَصُّ
بِكَلِمَةِ التَّوْحِيدِ، وَوُجِدَ فِيْهِ خَوَاصٌ مِنْهَا |
Dikatakan bahwa jumlah
rasul adalah 315, yang setara dengan jumlah huruf dalam nama
"Muhammad". Dalam perhitungannya, huruf "م" (Miim)
dihitung sebagai 90 karena memasukkannya dalam huruf "م" (Miim)
yang ada di sebelah kanan dan huruf "ي" (Ya)
saat diucapkan, seperti "ميم". Huruf "ح" (Ha)
dihitung sebagai 10 karena termasuk dalam huruf "أ" (Alif)
dan "همزة" (Hamzah). Dan ada yang mengatakan 14, sehingga sisa
satu adalah tempat kepemimpinan, yang merupakan penggabungan antara kedudukan
kenabian dan kepemimpinan, karena itulah akarnya. |
قِيلَ إِنَّ عَدَدَ الرُّسُلِ ثَلَاثَمِائَةٍ وَخَمْسَةَ
عَشَرَ، وَهِيَ عَدَدُ اسْمِ مُحَمَّدٍ مُبْسُوطًا بِأَنْ تُعَدَّ الْمِيمُ
بِتِسْعِينَ لَاشْتِمَالَهَا عَلَى مِيمِين وَيَاء عِنْد النُطْق هَكَذَا مِيم
وَتُكَرّر ثَلَاث مَرّاتٍ وَتُعَدّ الحَاء بِعَشَرَة لاشْتِمَالهَا عَلَى الألِفِ
وَالهَمْزَة، وَقِيْلَ وَأربَعَة عَشَر، فَيَكُون الوَاحِد البَاقِي هُوَ مَقَام
الوِلَايَة فَهُوَ الجَامِع لِمَقَام النُبُوَة وَالوِلَايَة إِذ هُوَ أصْلُهُم |
Menurut riwayat yang
disampaikan oleh Ka'ab, nama Muhammad ditulis di atas Arasy, di langit-langit
tujuh, di istana-istana surga, dalam kamar-kamar surga, pada bahu bidadari
yang berharga, di pohon-pohon surga, pada daun-daun Tuba, pada Sidrat
Al-Muntaha, di antara lipatan tirai-tirai, dan di antara mata para malaikat. |
وَرُوِيَ
عَن كَعْب أَنّ اسْم مُحَمّدٍ مَكْتُوبٌ عَلَى سَاقِ العَرْش، وَفِي
السّمَاوَاتِ السّبْعِ وَفِي قُصُورِ الجَنّة وَغُرَفِهَا وَعَلَى نُحُورِ
الحُورِ العِينِ وَقَصَبِ آجام الجَنّة، وَوَرَق طُوبِي وَسِدرَة المُنتَهى وَعَلَى أَطْرَافِ الحُجُب وَبَيْن
أَعْيُن المَلائِكَة، |
Kemudian, penulis
menjelaskan nama ini dengan mengutip perkataan Nabi Muhamd saw,
"Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan untuknya, Dia akan
memahamkan agamanya." Dalam hadis ini, terdapat isyarat bagi mereka yang
mendalami ilmu agama (fiqh), karena hal ini mencerminkan pemberian petunjuk
kepada seseorang hingga dia meninggal dalam keadaan beragama Islam. |
ثُمّ وَصَف المُؤَلّفُ هَذَا الاسْم بِقَوْلِهِ (الْقَائِلِ:
«مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُفَقِّهِهُ فِي الدِّينِ) وَفِي هَذَا
الحَدِيث بِشَارَة لِلمُشْتَغِل بِالفِقْه مِن حَيْث إِنّ فِيْهِ إِعْلاماً
بِمَوْتِه عَلَى دِين الإِسْلام |
Dan rahmat salam Allah
semoga juga (atas keluarga Nabi Muhammad.) Ada yang mengatakan bahwa mereka
adalah seluruh umat yang menjawab panggilan Allah, dan ada yang mengatakan
bahwa mereka adalah keturunan Fatimah dan keturunan mereka. |
(وَعَلَى آلِه) قِيل هُم جَمِيع أُمّة الإِجَابَة، وَقِيل
مَن يَنْتَسِبُون إِلَيْه وَهُم أَوْلاد فَاطِمَةَ وَنَسْلُهُم |
(Dan
sahabat-sahabatnya), artinya para Muhajirin dan Anshar. Kemudian, syarih menjelaskan
bahwa waktu-waktu sholawat dan salam berlaku sepanjang waktu, mulai dari awal
dunia hingga akhirnya. Tidak ada waktu yang bebas dari mengingat dan lalai. |
(وَصَحْبِه)
أَيِ المُهَاجِرِين وَالأَنْصَار، ثُمّ عَمّم الشّارِح أَوْقَات الصّلَاة
وَالسّلَام عَلَى مَن ذُكِر بِقَوْلِهِ (مَدّة ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ
وَسَهْوِ الْغَافِلِين) أَي مِن أَوّل الدُّنْيَا إِلَى آخِرِهَا إِذ لا يَخْلُو
وَقْت عَن وُجُود ذِكْر وَغَفْلَة |
Setelah itu, ini adalah
sebuah kitab, yaitu sebuah penjelasan, yang sangat ringkas, artinya berisi
sedikit kata-kata. "Dan penyusunan, yang berarti membersihkan teks dari
tambahan-tambahan yang tidak perlu. |
(وَبَعْدُ هَذَا كِتَابٌ) أَي شَرْحٌ (فِي غَايَة
الاخْتِصَار) أَي قِلّةِ الأَلْفَاظِ (وَالتّهْذِيب) أَي التّنْقِيّةِ مِن الزِّيَادَات
|
Saya menyusunnya,
artinya saya menyusun kitab syarah ini,
atas kitab yang disebut Al-Taqrib, yang artinya untuk mencapai tujuan.
Agar bisa dimanfaatkan, yaitu agar syarah ini dapat membantu pemula dalam
memahami cabang-cabang hukum dan agama. |
(وَضَعْتُهُ)
أَي رَكَّبْتُ هَذَا الشّرْحَ (عَلَى الكِتَاب) أَي المَتْنِ (المُسَمّى
بِالتّقْرِيب) أَي وَبِالغَايَة أَيْضًا (لِيَنْتَفِع بِهِ) أَي الشّرْحِ
المُحْتَاجُ مِن المُبْتَدِئِين لِفُرُوع الشّرِيعَة وَالدّين بِالتّعَلُّم
وَالتَّعْلِيم |
Hukum syariah, adalah
peraturan yang Allah tetapkan melalui Nabi-Nya, yaitu agama. Dinamai demikian
karena kita mengikuti dan merujuk padanya, dan ini adalah salah satu sinonim
yang digunakan. |
فَالشَّرِيعَة مَا شَرَعَهُ اللَّه تَعَالَى مِن
الأَحْكَام عَلَى لِسَان نَبِيّه وَهُوَ الدِّين ، وَسُمِّيَتْ بِهِ لأَنّنَا
نَمْتَثِلُهَا، وَهُوَ مِنْ عَطْفِ المُرَادِف |
Dalam rangka menjadi
sarana keselamatan di Hari Penghakiman dan menjadi manfaat bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman, baik dengan pemberian karunia atau cara
lainnya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa hamba-hamba-Nya, artinya Dia
mendengarkan doa mereka dengan penuh perhatian dan menerima mereka. Dan Dia
dekat kepada mereka secara batiniah, artinya Dia dekat dalam arti maknawi.
Dia pun menjawab doa mereka, artinya Dia merespon doa mereka. |
(وَلِيَكُون) أَي الشّرْح (وَسِيلَة لِنَجَاتِي يَوْم
الدّين) أَي الجَزَاءِ (وَنَفْعًا لِعِبَادِهِ المُسْلِمِين) بِالوَقْف أَي
بِالهِبَة أَو غَيْر ذَلِك (إِنَّهُ سَمِيعٌ دُعَاءَ عِبَادِهِ) سِمَاع قَبُولٍ
(وَقَرِيبٌ) مِنْهُمْ قُرْبًا مَعْنَوِيًّا (مُجِيبٌ) لِدُعَائِهِم. |
Dan siapa yang
mengharapkan mencapai keperluannya, baik untuk memperoleh manfaat atau untuk
menghindari kerugian, maka dia tidak akan merasa kecewa, artinya dia akan
mendapatkan apa yang dia minta. |
(وَمَنْ
قَصَدَ) فِي حَوَائِجِهِ تَحْصِيلًا لِمَا يَنْفَعُ أَوْ دَفْعًا لِمَا يَضُرُّ
(لا يَخِيبُ) أَيْ يَنَالُ مَا طَلَبَ. |
Kemudian, penulis
memperkuat argumennya tentang pendekatan Allah dalam mendengarkan doa
hamba-hamba-Nya dan kedekatan-Nya kepada mereka dengan mengutip firman-Nya, "Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah bahwa)
Aku adalah dekat." (QS. Al Baqoroh: 186). Ini berarti bahwa Allah
mendengar doa hamba-hamba-Nya bahkan ketika doa mereka disuarakan secara
diam-diam. |
ثُمَّ اسْتَدْلَ الْمُؤْلِفُ عَلَى السَّمْعِ وَالْقُرْبِ
بِقَوْلِهِ (وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ) أَي مِنْ
عِبَادِي أَسْمَعُ دُعَاؤهُمْ سِرًّا |
Dan ketahuilah bahwa
dalam beberapa naskah kitab ini, dalam teks yang tidak termasuk pembukaannya,
kadang-kadang disebut dengan nama Al-Taqrib (dengan maksud untuk pendekatan)
dan kadang-kadang disebut dengan nama Al-Ghayat (dengan maksud untuk
kesingkatan). Ucapan syarih تسميته adalah naibul fail. |
(وَاعْلَمْ أَنَّهُ يُوجَدُ فِي بَعْضِ نُسُخِ هَذَا
الْكِتَابِ) أَي الْمَتْنِ (فِي غَيْرِ خُطْبَتِهِ تَسْمِيتُهُ تَارَةً
بِالتَّقْرِيبِ، وَتَارَةً بِغَايَةِ الْاِخْتِصَارِ) وَقَوْلُ الشَّارِحِ
تَسْمِيتُهُ نَائِبُ الْفَاعِلِ |
Itulah sebabnya kita
menyebutnya dengan dua nama: salah satunya adalah Fath al-Qarib al-Mujib
dalam menjelaskan kata-kata dalam Al-Taqrib, dan yang satunya adalah al-Qawl
al-Mukhtar (pendapat terpilih) dalam menjelaskan ghoyatul ikhtisor. |
(فَلِذَلِكَ
سَمَّيتُهُ) أَي هَذَا الْشَرحَ (بِاسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا فَتْحُ الْقَرِيبِ
الْمُجِيبِ فِي شَرْحِ أَلْفَاظِ التَّقْرِيبِ، وَالثَّانِي الْقَوْلِ
الْمُخْتَارِ) أَي لِلْعُلَمَاءِ الْأَخِيَارِ (فِي شَرْحِ غَايَةِ
الْاِخْتِصَارِ) |
Kemudian, penulis
menyampaikan informasi tentang penulis kitab asal dengan ucapannya; Sheikh
Abu al-Thayyib, yang juga dikenal dengan nama Abu Shuja' Shihab al-Milla
wal-Din. Dia adalah seperti cahaya yang bersinar dalam memberikan ilmu dan
agama kepada umat Islam. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin al-Husayn bin Ahmad
al-Isfahani. Dengan fathahnya hamzah dan kasrohnya hamzah beserta fa’ atau
ba’. |
ثُمَّ أَبَانَ الْمُؤَلِّفُ لِلْمُؤَلِّفِ بِقَوْلِهِ
(قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ أَبُو الطَّيِّبِ وَيَشْتَهِرُ) أَي أَبُو
الطَّيِّبِ (أَيْضًا بِأَبِي شُجَاعِ شِهَابِ الْمِلَّةِ وَالدِّينِ) أَيْ
كَشُعْلَةِ نَارٍ سَاطِعَةٍ فِي الْإِضَاءَةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ وَعَطْفُ
الدِّينِ مِنْ عَطْفِ الْمُرَادِفِ (أَحْمَدُ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ
الْأَصْفَهَانِي بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَكَسْرِهَا مَعَ الْفَاءِ أَوِ الْبَاءِ،
|
Beliau lahir pada tahun
343 Hijriyah dan menjadi seorang hakim di kota Isfahan. Pada tahun 347
Hijriyah, dia diangkat sebagai menteri. Dia menegakkan keadilan dan agama,
dan dia tidak pernah meninggalkan rumahnya kecuali untuk shalat dan membaca
Al-Qur'an sebanyak yang dia bisa. Dan tidak ada celaan terhadapnya dalam hal
kebenaran; |
وُلِدَ سَنَةَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ وَأَرْبَعِمِائَةٍ،
وَكَانَ قَاضِيًا بِمَدِينَةِ أَصْبَهَانَ وَتَوَلَّى الْوُزَارَةَ سَنَةَ
سَبْعٍ وَأَرْبَعِينَ وَأَرْبَعِمِائَةٍ ، فَنَشَرَ الْعَدْلَ وَالدِّينَ، وَلاَ
يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يُصَلِّي وَيَقْرَأَ الْقُرْآنَ مَا أَمْكَنَهُ،
وَلاَ تَأْخُذُهُ فِي الْحَقِّ لَوْمَةُ لَّائِمٍ |
Dia juga memiliki
sepuluh sahabat yang membantu dalam mengumpulkan zakat dan memberikan hadiah
besar kepada mereka, sejumlah besar uang 120 ribu dinar kepada setiap
sahabat. Kebaikan dan ketulusan hatinya sangat berdampak pada orang-orang
yang saleh dan terpilih. |
وَكَانَ لَهُ عَشَرَةُ أَنْفَارٍ يُفَرِّقُونَ عَلَى
النَّاسِ الزَّكَوَاتِ وَيُعْطُونَهُمُ الْهِبَاتِ يَصْرِفُ عَلَى يَدِ
الْوَاحِدِ مِنْهُم مِائَةً وَعِشْرِينَ أَلْفَ دِينَارٍ فَعَمَّ إِنْعَامُهُ
الصَّالِحِينَ وَالْأَخْيَارِ، |
Kemudian, dia mengabdi
sepenuh hati kepada agama dan tinggal di Madinah yang terhormat. Dia
merenovasi Masjid Nabawi dan memberikan tenda-tenda di dalamnya. Dia menyalakan
lampu-lampu dan merawat Kamar Nabi (Masjid Nabawi) hingga dia meninggal. |
ثُمَّ زَهِدَ فِي الدُّنْيَا وَأَقَامَ بِالْمَدِينَةِ
الْمُنَوَّرَةِ يُقِيمُ الْمَسْجِدَ الشَّرِيفَ، وَيُفْرِشُ الْحُصْرَ،
وَيُشْعِلُ الْمَصَابِيحَ وَيُخْدِمُ الْحُجْرَةَ الشَّرِيفَةَ إِلَى أَنْ مَاتَ
|
Dia dimakamkan di masjid
yang dia bangun di dekat pintu Jibril. Kepalanya berada dekat dengan Kamar
Nabi, hanya beberapa langkah saja yang memisahkan mereka. |
وَدُفِنَ بِمَسْجِدِهِ الَّذِي بَنَاهُ عِنْدَ بَابِ
جِبْرِيلَ، وَرَأْسُهُ قَرِيبٌ مِنَ الْحُجْرَةِ النَّبَوِيَّةِ، لَيْسَ
بَيْنَهُمَا إِلاَّ خُطُوَاتٌ يَسِيرَةٌ، |
Di usianya yang mencapai
160 tahun, setiap anggota tubuhnya masih utuh dan tidak ada yang cacat.
Ketika dia ditanya tentang hal ini, dia menjawab, "Aku tidak pernah
membiarkan diriku melakukan dosa sejak masa kanak-kanakku, dan ketika aku
menjaga diriku dalam masa kecil, Allah menjaganya dalam usiaku yang tua. |
وَعَاشَ الْقَاضِي أَبُو شُجَاعٍ مِائَةً وَسِتِّينَ
سَنَةً وَلَمْ يَخْتُلَّ عَضْوٌ مِّنْ أَعْضَائِهِ فَقِيلَ لَهُ فِي ذَلِكَ
فَقَالَ : مَا عَصَيْتُ اللَّهَ يَعْضُو مِنْهَا فَلَمَّا حَفِظْتُهَا فِي
الصَّغْرِ عَنْ مَعَاصِي اللَّهِ حَفِظَهَا اللَّهُ فِي الْكِبْرِ |
Dia diberkahi oleh Allah
dengan berkah yang melimpah, hingga cahaya dan berkahnya meresap ke seluruh
tubuhnya, bahkan hingga ke tanah di bawahnya. Ucapan penulis صبيب merupakan
'maf'ul muthlaq. |
(سَقَى اللَّهُ ثرَاهُ) أَيْ أَحْمَدَ بْنِ الْحُسَيْنِ
(صَبِيبَ الرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ) أَيْ أَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ رَحْمَتَهُ
وَرِضْوَانَهُ كَثِيرًا حَتَّى يَعُمَّ جَسَدَهُ، وَيُفِيضَ عَنْهُ إِلَى
التُّرَابِ الَّذِي تَحْتَهُ، وَقَوْلُ الْمُؤَلِّفِ صَبِيبٌ مَفْعُولٌ مُطْلَقٌ
|
Dan semoga Allah menempatkannya
di derajat yang paling tinggi di surga, dalam kaitannya dengan rekan-rekannya
yang mendahuluinya, maka dia adalah yang paling tinggi dibanding mereka,
bukan dalam arti yang mutlak, karena derajat tertinggi yang mutlak hanya
milik Allah. Dan di surga, hanya ada satu Firdaus yang tertinggi. |
(وَأَسْكَنَهُ
أَعْلَى فِرَادِيسِ الْجَنَانِ) أَيْ أَعْلَى دَرَجَاتِ الْجَنَانِ
بِالنِّسْبَةِ لِأَقْرَانِ الْمُصَنِفِ، فَهُوَ أَعْلَى نِسْبِي لَا مُطْلَقٌ،
لِأَنَّ الْأَعْلَى الْمُطْلَقِ لَا يَكُونُ إِلَّا لَهُ ، وَلَيْسَ فِي
الْجَنَّانِ إِلَّا فَرْدُوسٌ وَاحِدٌ. |
Dengan nama Allah yang
Maha Pengasih, Maha Penyayang, saya memulai bukuku ini. Artinya, buku ini
dimulai dengan menyebut nama Allah, yang adalah Nama Yang Maha Tinggi dalam
segala aspek dan sifat-Nya, sebagai pencipta alam semesta. Allah adalah Nama
yang mengandung pengetahuan mutlak dan ketiadaan adalah mustahil baginya.
Ketiadaan tidak bisa mendahului atau menyalip-Nya. |
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَبْتَدِءُ
كِتَابِي هَذَا) أَيْ لَا بِغَيْرِهِ (وَاللَّهُ اسْمٌ لِلذَّاتِ) أَيْ
الْبَحْثِ أَيْ عِلْمٌ عَلَى الْفَرْدِ الْخَالِقِ لِلْعَالَمِ بِقَطْعِ
النَّظَرِ عَنِ الصِّفَاتِ الْوَاجِبِ الْوُجُودِ أَيْ لَا يَجُوزُ عَلَى ذَلِكَ
الْفَرْدِ الْعَدَمُ، فَلَا يَسْبِقُهُ الْعَدَمُ وَلَا يُلْحِقُهُ الْعَدَمُ |
Al-Rahman adalah
ungkapan yang lebih tinggi dari Al-Rahim, yang menunjukkan keagungan dan
keluasan kasih sayang-Nya. Al-Rahman mencerminkan kasih sayang Allah yang
meliputi segala nikmat-Nya, sedangkan Al-Rahim menunjukkan kasih sayang-Nya
yang mencakup semua aspek kehidupan. |
(وَالرَّحْمَنُ أَبَلَغُ مِنَ الرَّحِيمِ) أَيْ أَعْظَمُ
مَعْنًى مِنْ مَعْنَى الرَّحِيمِ، لِأَنَّ مَعْنَى الرَّحْمَنِ الْمُنْعِمِ
بِجَلَائِلِ النِّعَمِ، وَمَعْنَى الرَّحِيمِ الْمُنْعِمِ بِدَقَائِقِهَا. |
Puji syukur kepada
Allah. Secara bahasa, الثناءُ عَلَى
اللَّهِ تَعَالَى بِالْجَمِيلِ berarti menyebut sifat-sifat Allah yang mulia. Huruf باء di sini menunjukkan
penyerahan. الْجَمِيلُ (al-jamil) berarti terpuji, yaitu makna dari kalimat
tersebut. |
(الْحَمْدُ
لِلَّهِ هُوَ) لُغَةً (الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِالْجَمِيلِ) أَيْ
ذِكْرُ أَوْصَافِهِ تَعَالَى الْجَمِيلَةِ، فَالْبَاءُ لِلتَّعْدِيَةِ، وَالْجَمِيلُ هُوَ الْمَحْمُودِيَّةُ، أَيْ
هُوَ مَدْلُولُ الصِّيغَةِ. |
Secara umum, tidak
disyaratkan adanya unsur kesengajaan dalam hal ini, berbeda dengan الْمَحْمُودِ عَلَيْهِ (al-mahmudu 'alaih). Meskipun dalam beberapa situasi,
keduanya bisa merujuk pada orang yang sama, namun maknanya berbeda. |
وَلَا يُشْتَرَطُ فِيهِ اخْتِيَارٌ اتِّفَاقًا بِخِلَافِ
الْمَحْمُودِ عَلَيْهِ، وَإِنْ كَانَا فِي بَعْضِ الصُّوَرِ قَدْ يَتَّحِدَانِ
حِينَئِذٍ ذَاتًا، وَيَخْتَلِفَانِ اعْتِبَارًا |
Contohnya: زيدٌ كَرِيمٌ berarti Zaid adalah orang yang mulia, karena sifat
kemuliaannya dan karena sifat tersebut mendorong orang lain untuk
memujinya. Berbeda dengan ucapanmu:
زَيْدٌ حَسَنٌ berarti kamu
mengatakan bahwa Zaid adalah orang yang baik hati sebagai balasan atas
kebaikannya kepadamu. |
فَزَيْدٌ كَرِيمٌ بِاعْتِبَارِ كُونِ الْكَرَمِ مَدْلُولَ
الصِّيغَةِ مَحْمُودًا بِهِ وَبِاعْتِبَارِ كُونِهِ بَاعِثًا عَلَى الْقَوْلِ
مَحْمُودًا عَلَيْهِ بِخِلَافِ قَوْلِكَ زَيْدٌ حَسَنٌ فِي مُقَابَلَةِ جُودِهِ
عَلَيْكَ |
Pujian tersebut disertai
dengan rasa hormat dan kekaguman, walaupun secara lahiriah tidak terlihat
karena tidak ada tindakan yang menunjukkan sebaliknya. Contohnya: Jika kamu mengatakan
kepada Zaid bahwa dia adalah orang yang berilmu, tetapi kamu memukulnya
dengan pena, maka tindakanmu itu menunjukkan ejekan dan penghinaan, bukan
rasa hormat dan kekaguman. |
(عَلَى
جِهَةِ الْتَّعْظِيمِ) أَيْ مَعَ جِهَةٍ هِيَ الْتَّعْظِيمُ ، وَلَوْ ظَاهِرًا
بِأَنَّ لَا يَصْدُرَ عَنِ الْجَوَارِحِ مَا يُخَالِفُهُ، فَإِنْ صَدَرَ عَنْهَا
ذَلِكَ كَمَا لَوْ قُلْتَ لِزَيْدٍ أَنْتَ عَالِمٌ وَضَرَبْتَهُ
بِالْقَلَمِ فَذَلِكَ اسْتِهْزَاءٌ وَسُخْرِيَّةٌ |
Hakikatnya, rasa syukur
tidak terbatas pada ucapan di lisan, tetapi meliputi seluruh hati dan anggota
tubuh. Seseorang dianggap bersyukur jika dia meyakini bahwa Allah SWT adalah
pemberi segala nikmat dan dia tunduk kepada-Nya, atau jika dia melakukan
ketaatan sebagai balasan atas nikmat yang diterimanya, atau jika dia
mengucapkan pujian dengan lisannya. |
وَالتَّحْقِيقُ أَنَّ الشُّكْرَ لَا يَنْحَصِرُ فِي
اللِّسَانِ بَلْ يَعَمُّ الْجَنَانَ وَالْأَرْكَانَ بِأَنْ يَعْتَقِدَ أَنَّ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُعْطِي جَمِيعِ النِّعَمِ مُذْعِنًا لِذَلِكَ،
أَوْ يَفْعَلُ طَاعَةً فِي مُقَابَلَةِ النِّعْمَةِ أَوْ يَنْطِقُ بِلِسَانِهِ، |
Jika seseorang melakukan
salah satu dari tiga hal tersebut, maka dia akan mendapatkan pahala yang
wajib. Jika dia meninggalkan semua hal tersebut, maka dia akan berdosa.
|
فَمَتَى وُجِدَ وَاحِدٌ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ أُثِيبَ
عَلَيْهِ ثَوَابَ الْوَاجِبِ، وَلَوْ تَرَكَ الْجَمِيعَ حَرَمَ، |
Cukup bagi seseorang
untuk meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah sebagai bentuk rasa
syukur. Diceritakan bahwa
beberapa nabi berkata: "Ya Allah, jika pujianku berasal dari-Mu, dengan
apa aku bisa memuji-Mu?" Allah SWT menjawab:
"Jika kamu mengetahui bahwa segala sesuatu berasal dari-Ku, maka itu
sudah cukup sebagai rasa syukur dari kamu." |
وَاعْتِقَادُ الْكُلِّ مِنَ اللَّهِ كَافٍ فِي الشُّكْرِ،
وَرَدَ أَنَّ بَعْضَ الْأَنْبِيَاءِ قَالَ: يَا رَبِّ إِذَا كَانَ حَمْدِي
مِنْكَ، فَبِمَ أَحْمَدُكَ؟ فَقَالَ لَهُ الْمَوْلَى : إِذَا عَلِمْتَ أَنَّ
الْكُلَّ مِنِّي فَقَدْ رَضِيتُ بِذَلِكَ مِنْكَ شُكْرًا |
(رَبِّ) artinya
Pemilik seluruh alam semesta dan semua isinya dan Pembenar bagi mereka
(dengan fathahnya huruf 'lam' dan ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Malik, adalah bentuk jamak) bagi semua alam semesta, (bagi alam semesta)
khusus bagi yang berakal, seperti malaikat, jin, dan manusia (bukan bentuk
jamak), |
(رَبِّ) أَيْ مَالِكِ الْعَالَمِينَ وَجَامِعِهِمْ
وَمُصْلِحِهِمْ (بِفَتْحِ اللَّامِ وَهُوَ كَمَا قَالَ ابْنُ مَالِكٍ اسْمُ
جَمْعِ) لِعَالَمٍ (خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ) مِنَ الْمَلَائِكَةِ وَالْجِنِّ
وَالْإِنْسِ (لَا جَمْعٌ ، |
dan bentuk tunggalnya
adalah عَالَمْ dengan fathah huruf 'lam', karena عالَم adalah
istilah yang umum untuk segala sesuatu selain Allah ta’ala dan bentuk
jamaknya adalah عالَمين. Ini bisa menjadi istilah khusus bagi yang berakal atau umum
untuk mereka dan orang lain. Jadi, bisa lebih spesifik daripada عالَم atau setara dengannya. |
وَمُفْرَدُهُ عَالَمٌ بِفَتْحِ اللَّامِ) لِأَنَّهُ أَي
الْعَالَمَ (اسْمٌ عَامٌّ لِمَا سَوَى اللَّهِ تَعَالَى وَالْجَمْعُ) أَيِ
الْعَالَمِينَ ، إِمَّا (خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ) أَوْ
عَامٌّ لَهُمْ وَلِغَيْرِهِمْ، فَيَكُونُ أَخَصَّ مِنَ الْعَالَمِ أَوْ
مُسَاوِيًا، |
Sifat dari jama lebih
umum dari bentuk mufrodnya, tidak lebih khusus tidak pula setara, dan عالَم sebagaimana dimutlakkan mencakup segala hal selain Allah juga
diucapkan untuk setiap macamnya secara khusus. |
وَشَأْنُ الْجَمْعِ أَنْ يَكُونَ أَعَمَّ مِنْ مُفْرَدِهِ
لَا أَخَصَّ وَلَا مُسَاوِيًا، وَالْعَالَمُ كَمَا يُطْلَقُ عَلَى جَمِيعِ مَا
سِوَى اللَّهِ يُطْلَقُ عَلَى كُلِّ نَوْعٍ بِخُصُوصِهِ، |
Maka misalnya diucapkan
Alam manusia dan Alam mailaikat, sehingga lebih khusus dibanding عالَمين, dan dalam عالَمين
benar dalam makna jama’ dengan penjelasan ini, karena عالَمين mencakup semua yang berakal dan yang
tidak berakal secara keseluruhan. |
فَيُقَالُ عَالَمُ الْإِنْسَانِ وَعَالَمُ الْمَلَائِكَةِ
مَثَلًا، فَيَكُونُ أَخَصَّ مِنَ الْعَالَمِينَ، وَيَصِحُّ فِيهِ مَعْنَى
الْجَمْعِيَّةِ بِهَذَا الِاعْتِبَارِ، لِأَنَّ الْعَالَمِينَ يَعُمُّ أَنْوَاعَ
الْعُقَلَاءِ وَغَيْرِهِمْ شُمُولًا، |
Istilah عالَم dapat
diterapkan pada setiap jenis secara khususnya, dan pemakaian jama’nya tidak
berhubungan dengan keseluruhan makhluk selain Allah Yang Maha Tinggi. Ini
karena penggunaan kata jamak untuk makhluk selain Allah tidak mungkin karena
ketidakmungkinannya. Oleh karena itu, istilah ini juga tidak akan dianggap
sebagai kata jamak. |
وَالْعَالَمُ يُطْلَقُ عَلَى كُلِّ صِنْفٍ بِخُصُوصِهِ،
وَلَيْسَ جَمْعِيَّتُهُ بِاعْتِبَارِ إِطْلَاقِهِ عَلَى مَا سِوَى اللَّهِ
تَعَالَى جُمْلَةً لِظُهُورِ اسْتِحَالَتِهِ، فَيَبْطُلُ كَونَهُ اسْمَ جَمْعٍ
أَيْضًا فَإِنَّ كُلًّا مِنَ الْجَمْعِ |
Setiap kata jamak harus
memiliki kualitas yang lebih umum dari kata tunggalnya. Penggunaan bentuk
jamak berasal dari konsep keseluruhan (كلّية), sementara
isim jamak itu sendiri berasal dari bab semua (كلّ). |
وَاسْم جَمْعِ لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ أَعَمَّ مِنْ
مُفْرَدِهِ، فَالْجَمْعُ مِنْ بَابِ الْكُلِيَّةِ وَاسْمُ الْجَمْعِ مِنْ بَابِ
الْكُلِّ، |
Karena itu, orang arab
membedakan antara bentuk jamak dan isim jama, dengan mengatakan bahwa bentuk
jamak menunjukkan pengulangan kata tunggalnya dengan penggunaan huruf hubung
(حرف العطف). Misalnya, ketika Anda mengatakan 'جَاءَ الزَّيْدُونَ' (yang berarti beberapa Zaid datang'), Anda telah memberikan penghukuman
terhadap setiap individu, yaitu Zaid dan Zaid dan Zaid. |
وَلِذَا فَرَّقُوا بَيْنَهُمَا بِأَنَّ الْجَمْعَ مَا
دَلَّ عَلَى أَحَادِهِ دَلَالَةَ تَكْرَارِ الْوَاحِدِ بِحَرْفِ الْعَطْفِ،
فَإِذَا قُلْتَ: جَاءَ الزَّيْدُونَ فَقَدْ حَكَمْتَ عَلَى كُلِّ فَرْدٍ فَرْدَ
زَيْدٍ وَزَيْدٍ وَزَيْدٍ، |
Sedangkan isim jamak
menunjukkan keseluruhan dari individu-individu tersebut, baik isim jamak
tersebut memiliki satu dari kata tunggalnya dalam bentuknya seperti 'صَحَبٍ' (yang
berarti 'orang-orang') atau tidak, seperti 'قَوْمٍ' (yang
berarti 'orang-orang'), sehingga ucapanmu جَاءَ
القَوْمُ yang
dihukumi adalah keadaan keseluruhan bukan individunya. Jadi, penggunaan kata 'الْعَالَمِينَ' (yang
berarti 'semua alam') adalah contoh isim jamak. |
وَاسْمُ الْجَمْعِ مَا دَلَّ عَلَى مَجْمُوعِ الْأَحَادِ
دَلَالَةَ الْمُرَكَّبِ عَلَى أَحَادِهِ سَوَاءٌ كَانَ لَهُ وَاحِدٌ مِنْ
لَفْظِهِ كَصَحَبٍ أَوْ لَا، كَقَوْمٍ فَقَوْلُكَ جَاءَ الْقَوْمُ مُحْكُومٌ
فِيهِ عَلَى الْهَيِئَةِ الْمُجْتَمِعَةِ، لَا عَلَى الْأَفْرَادِ فَظَهَرَ
أَنَّ الْعَالمِينَ جَمْعٌ، |
Realisasinya adalah
bahwa istilah 'الْعَالَمين' (yang berarti 'semua alam') memenuhi syarat-syarat jama’
salim, karena pada awalnya kata tersebut adalah nama untuk apa yang dipakai
untuk mengenali sesuatu, kemudian penggunaannya mulai mendominasi dalam apa
yang dikenal oleh pembuat bahasa, yaitu segala sesuatu selain Allah meliputi
fisik dan sifat, karena kemungkinan dan ketergantungan pada yang mempengaruhi
yang wajib untuk eksistensiNya menunjukkan keberadaanNya. |
وَالتَّحْقِيقُ أَنَّهُ مُسْتَوْفٍ لِشُرُوطِ جَمْعِ
السَّلَامَةِ، لِأَنَّ الْعَالَمَ فِي الْأَصْلِ اسْمٌ لِمَا يُعْلَمُ بِهِ
الشَّيْءُ، ثُمَّ غَلَبَ اسْتِعْمَالُهُ فِيمَا يُعْلَمُ بِهِ الصَّانِعُ وَهُوَ
كُلُّ مَا سِوَاه مِنَ الْجَوَاهِرِ وَالْأَعْرَاضِ، فَإِنَّهَا لِإِمْكَانِهَا
وَافْتِقَارِهَا إِلَى مُؤَثِّرٍ وَاجِبٍ لِذَاتِهِ تَدُلُّ عَلَى وُجُودِهِ |
Dan semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat ta’dzim pada junjungan
kita nabi Muhammad. Syarih menambahkan salam untuk menghindari kemakruhan penyebutan
hanya salah satu dari keduanya, meskipun penyebutan salah satunya dalam
penulisan tidak terlalu dimakruhkan, berbeda dengan penyebutan salah satu
dalam pelafadzan, itu sangat dimakruhkan. |
(وصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ)
وَزَادَ الشَّارِحُ السَّلَامَ فِرَارًا مِنْ كَرَاهَةِ إِفْرَادِ أَحَدِهِمَا
عَنِ الْآخَرِ، وَإِن كَانَ الْإِفْرَادُ فِي الْخَطِّ لَا يُكْرَهُ كَرَاهَةً
شَدِيدَةً، بِخِلَافِ الْإِفْرَادِ فِي اللَّفْظِ، فَإِنَّهُ أَشَدُّ كَرَاهَةً |
Nabi dengan hamzah dari lafadz نباء artinya
khabar karena seorang nabi adalah penyampai khabar dari Allah ta’ala, atau
dengan tanpa hamzah dan ini yang lebih banyak karena nabi adalah orang yang
tinggi derajatnya. |
(هُوَ)
أَيُّ النَّبِيُّ (بِالْهَمْزِ) مِنَ النَّبَأِ أَي الْخَبَرُ لِأَنَّهُ
مُخْبِرٌ عَنِ اللَّهِ تَعَالَى (وَتَرْكِهِ) وَهُوَ الْأَكْثَرُ مِنَ
النُّبُوَّةِ عَلَى وَزْنِ رَحْمَةٍ، وَهِيَ الرَّفْعَةُ لِأَنَّ النَّبِيَّ
مَرْفُوعُ الرَّتْبَةِ |
Dan Nabi adalah seorang
manusia yang diwahyukan kepadanya aturan yang dia amalkan, meskipun dia tidak
diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada orang lain). Maka huruf wawu
untuk haal meski tambahan. Bahkan meski dia mengamalkan di dalam ruang
pribadinya, dan dia memberitahu orang-orang bahwa dia adalah seorang nabi
agar dihormati. |
وَهُوَ (إِنْسَانٌ أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ يَعْمَلُ
بِهِ وَإِنْ لَمْ يُؤْمَرْ بِتَبْلِيغِهِ) فالْوَاوُ لِلْحَالِ وَإِنْ
زَائِدَةٌ، أَيْ بَلْ يَعْمَلُ فِي خَاصَّةِ نَفْسِهِ، وَيُبَلِّغُ لِلنَّاسِ
أَنَّهُ نَبِيٌّ فَقَطْ لِيُحْتَرَمَ |
Jika dia diperintahkan
untuk menyampaikan (aturan) itu, dia akan menjadi seorang nabi dan rasul
juga. |
(فَإِنْ
أُمِرَ بِتَبْلِيغِهِ) أَيْ الشَّرْعِ (فَنَبِيٌّ وَرَسُولٌ أَيْضًا) |
Maka nabi lebih umum
daripada rasul, dan risalah (pangkat kerasulan) lebih baik daripada pangkat
kenabian, karena risalah menghasilkan petunjuk bagi umat seperti ilmu,
sementara kenabian terbatas pada nabi itu sendiri, seperti ibadah. |
فَالنَّبِيُّ أَعَمُّ مِنَ الرَّسُولِ ثُمَّ الرِّسَالَةُ
أَفْضَلُ مِنَ النُّبُوَّةِ، لِأَنَّهَا تُثْمِرُ هِدَايَةَ الْأُمَّةِ
كَالْعِلْمِ وَالنُّبُوَّةُ قَاصِرَةٌ عَلَى النَّبِيِّ نَفْسِهِ كَالْعِبَادَةِ |
Jumlah atau susunan sholawat ini merupakan khobariyah secara lafadz dan
insya’iyah secara makna. Maksudnya adalah sebagai do’a karena yang diperintahkan
dalam hadits adalah menggunakan jumlah sholawat untuk doa tidak untuk khabar.
Jumlah sholawat digunakan sebagai khobar tidak menjadi doa sholawat, berbeda
dengan jumlah hamdalah yang dipakai sebagai khobar tetap menunjukan
pujian. |
وَجُمْلَةُ الصَّلَاةِ خَبَرِيَّةُ اللَّفْظِ إِنْشَائِيَّةُ
الْمَعْنَى، فَالْمَقْصُودُ إِنْشَاءُ الدُّعَاءِ لِأَنَّ الْمَأْمُورَ بِهِ فِي
الْحَدِيثِ طَلَبُ الصَّلَاةِ لَا الْإِخْبَارِ بِهَا، فَإِنَّ الْإِخْبَارَ
بِالصَّلَاةِ لَيْسَ بِصَلَاةٍ بِخِلَافِ جُمْلَةِ الْحَمْدَلَةِ، لِأَنَّ
الْإِخْبَارَ بِالْحَمْدِ حَمْدًا. |
Makna dari jumlah ini adalah bahwa mushonif mendoakan sholawat dan salam
pada nabi. Muhammad merupakan isim alam, artinya isim yang menentukan yang
dinamai, yang dinuqil dari bentuk isim maf’ul dari fiil mudho’af ain, artinya
ain kalimahnya diulang-ulang, yaitu حَمَّدَ dengan
ditasydid mimnya, mim tersebut ditsydid yang merupakan ain kalimah yang
diulang-ulang. Isim maful dari حمَّد
adalah مُحمَّد . |
(وَالمَعْنَى) أي مَعْنَى هذِهِ
الْجُمْلَةِ أَنَّ الْمُصَنِّف (يُنْشِيء) أَيْ يُوْجِد الصَّلَاةَ وَالسَّلَامَ
عَلَيْهِ. (وَمُحَمَّد عَلَمٌ) أي اسْم يُعَيِّنُ الْمُسَمَّى (مَنْقُولٌ مِن
اسْمُ مُفْعُوْلِ الْفِعْلِ الْمُضَعَّفِ الْعَيْن) أي الْمَكَرَّرِ عَيْنِ
الْكَلِمَةِ، وَهُو حَمَّد بِتَشْدِيْد الْمِيْمِ، وَهُو عَيْنُ الْكَلِمَةِ
فَهِيَ مُكَرَّرَةٌ، وَاسْمُ الْمَفْعُوْلِ مِنْهُ مُحَمَّدٌ. |
النَّبِى adalah badal dari Muhammad, maksudnya Muhammad adalah badal muthabiq atau athof bayan dari
Nabi. Yang lebih utama adalah menjadikannya sebagai na’at. Dan boleh membaca rofa’nya
النَّبِى sebagai khobar dari
mubtada yang dibuang, dan boleh nashob dengan menjadikannya sebagai maful bih
dari fiil yang dibuang sebagi bentuk pujian. |
(وَالنَّبِيُ بَدَلٌ مِنْهُ) أَي مُحَمَّدٌ
بَدَلُ الْمُطَابِقِ. أَوْ عَطْفُ بَيَانٍ (عَلَيْهِ، وَالْأَوْلَى أَنْ
يَجْعَلَهُ نَعْتًا لَهُ، وَيَجُوْزُ رَفْعُهُ عَلَى أَنَّهُ خَبَرُ مُبْتَدَإ
مُحَذُوْفٍ، وَنَصْبُهُ عَلَى أَنَّهُ مُفْعُوْلٌ بِهِ لِفِعْلِ مُحْذُوفٍ عَلَى
سَبِيْلِ الْمَدْحِ. |
Dan atas keluarga
nabi yang suci, yaitu mereka yang terbebas dari kecacatan fisik maupun moral.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi'i, mereka adalah kerabat yang beriman,
yaitu dari keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib, termasuk putri-putri
mereka. Pernyataan ini terkait dengan masalah zakat, pajak, dan ghanimah
menurut pendapat Imam Syafi'i. |
(وَعَلَى آلِهِ الطَّاهِرِينَ) أي مِنَ النَّقَائِصِ
الْحِسِّيَّةِ وَالْمَعْنَوِيَّةِ (هُم) أي آله (كَمَا قَالَ الشَّافِعِيُّ
أَقَارِبُهُمْ الْمُؤْمِنُونَ) أي المُؤمِنَاتِ (مِنْ بَنِي هَاشِمٍ وَبَنِي
الْمُطَلِّبِ) أي وَبَنَاتِهِمَا، وهَذَا القَوْلُ بِالنِّسْبَةِ إِلَى مَقَامِ الزَّكَاةِ
وَالْفَيْءِ وَالْغَنِيْمَةِ عِنْدَ إِمَامِنَا الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ |
Dan dikatakan bahwa
pendapat ini dipilih oleh Imam Yahya an-Nawawi, bahwa (mereka) yaitu keluarga
Nabi, adalah setiap orang Muslim, bahkan jika dia berdosa. Ini berkaitan
dengan konteks doa khususnya, seperti dalam kitab ini. |
(وَقِيلَ وَاخْتَارَهُ) أي هَذَا الْقَوْل
الإِمَامُ يَحْيَى (النَّوَوِيُّ إِنَّهُمْ) أَيْ آلهُ كُلُّ مُسْلِمٍ أَيْ
وَلَوْ عَاصِياً وَهَذَا بالنِّسْبَةِ إِلَى مَقَامِ الدُّعَاءِ خَاصَّةً كَمَا
هُنَا |
Dan dikatakan bahwa
yang dimaksud adalah orang-orang yang bertakwa dalam konteks doa, dan juga
dinuqil dari imam Nawawi bahwa; mungkin ucapan mushonif الطاهرين diambil dari firman Allah SWT dalam
Surah Al-Ahzab, ayat 33; وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
(dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) maksudnya dari hal-hal
rendah. |
وَقِيلَ الْمُرَادُ بِهِمُ الأَتْقِيَاءَ فِي
مَقَامِ الدُّعَاءِ. وَنُقِلَ عَنِ النَّوَوِيِّ أَيْضاً (وَلَعَلَّ قَوْلَهُ
الطَّاهِرِينَ مُنْتَزَعً) أي مَأْخُوذٌ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى
(وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) سُورَةُ الْأَحْزَابِ، الْآيَةُ: (۳۳) أي
مِنَ الرَّذَائِلِ. |
Dan atas para sahabat
Nabi, dengan fathah huruf 'shod', yaitu sahabat-sahabat Nabi, yang merupakan
bentuk jamak dari kata صَاحِب yang berarti teman atau pendamping Nabi. |
(وَعَلَى صَحَابَتِهِ بِفَتْحِ الصَّادِ) أَي
أَصْحَابِه (جَمْعُ صَاحِبِ النَّبِيِّ) |
Muhammad al-Razi
mengatakan dalam al-Mukhtar: 'Tidak ada bentuk jamak dari fail pada fail
muanas kecuali dengan huruf ini saja.' Dan pengidhafahan kata 'shahib' pada
Nabi adalah sebagai pembeda dari orang yang menjadi teman beliau sebelum
kenabian. |
قَالَ مُحَمَّدُ الرَّازِيُّ فِي
الْمُخْتَارِ: لَمْ يَجْمَعْ فَاعِلٌ عَلَى فَاعِلَةٍ إِلَّا هَذَا الْحَرْفِ
فَقَطْ اهـ وَإِضَافَةُ صَاحِبٍ لِلنَّبِيِّ احْتِرَازًا عَنِ الصَّاحِبِ لَهُ
قَبْلَ النُّبُوَّةِ، |
Yang dimaksud dengan
'sahabat Nabi' adalah para sahabat, yaitu mereka yang beriman kepada Nabi
setelah kenabian selama hidupnya. Pertemuan tidak terjadi di langit, bahkan
jika seseorang buta atau belum tamyiz, bahkan jika hanya berlangsung sebentar
tanpa duduk bersama, berbicara, atau berinteraksi satu sama lain, atau jika
salah satunya melewati yang lain saat keduanya tidur, berbeda dengan para
Tabi'in yang harus berkumpul lama dengan sahabat untuk dianggap sebagai tabi’in.
|
وَالْمُرَادُ بِصَاحِبِ النَّبِيِّ
الصَّحَابِيُّ وَهُوَ مَنْ اجْتَمَعَ مُؤْمِنًا بِهِ بَعْدَ نُبُوَّتِهِ حَالَ
حَيَاتِهِ، وَلَيْسَ الِاجْتِمَاعُ فِي السَّمَاءِ، وَلَوْ أَعْمَى أَوْ غَيْرَ
مُمِيِّزٍ، وَلَوْ سَاعَةً وَلَوْ بِلَا مَجَالَسَةٍ وَمُمَاشَاةٍ وَمُكَالَمَةٍ
أَوْ مَرَّ أَحَدُهُمَا عَلَى الْآخَرِ وَهُوَ نَائِمٌ بِخِلَافِ التَّابِعِينَ،
فَلَا بُدَّ مِنْ طُولِ اجْتِمَاعِهِ بِالصَّحَابِيِّ، |
Perbedaannya adalah
bahwa pertemuan dengan Nabi SAW memberikan cahaya di dalam hati yang jauh
lebih besar daripada pertemuan dengan yang lain, sehingga orang Arab baduwi
yang tidak tahu banyak hal dapat berbicara tentang kebijaksanaan hanya dengan
bertemu dengan Nabi. |
وَالْفَرْقُ أَنَّ اجْتِمَاعَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْثِرُ مِنَ النُّوْرِ الْقَلْبِيِّ
أَضْعَافَ مَا يُؤْثِرُ بِغَيْرِهِ، فَالْأَعْرَابِيُّ الْجَلِفُ يَنْطِقُ
بِالْحِكْمَةِ، بِمُجَرَّدِ اجْتِمَاعِهِ بِهِ ، |
Tidak diwajibkan dalam
status seorang sahabat untuk mengalami masa kenabian Nabi secara pasti,
berdasarkan pernyataan bahwa periode antara kenabian dan risalah adalah tiga
tahun. Mereka menghitung Waraqah ibn Nawfal sebagai salah satu sahabat,
meskipun ia meninggal sebelum kenabian. |
وَلَا يُشْتَرَطُ فِي الصَّحَابِيِّ
إِدْرَاكُ الْبِعْثَةِ بِنَاءً عَلَى الْقَوْلِ بِتَأَخُّرِهَا عَنِ
النُّبُوَّةِ بِثَلَاثِ سِنِيْنَ، فَإِنَّهُمْ عَدَّوْا وَرَقَّةَ بْن نَوْفِلٍ
فِي الصَّحَابَةِ مَعَ مَوْتِهِ قَبْلَ الْبِعْثَةِ، |
Oleh karena itu, sahabat
mencakup manusia, jin, dan malaikat, dan mereka diwajibkan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang bersifat amaliyah. Di sini, nabi Isa dan nabi Khidr
dianggap sebagai sahabat Nabi kita berdasarkan pandangan bahwa keduanya
bertemu dengan nabi kita di dunia. |
فَدَخَلَ فِي الصَّحَابِيِّ مُؤْمِنُوا
الْإِنْسِ وَالْجِنِّ وَالْمَلَائِكَةِ، فَإِنَّهُمْ مُكَلَّفُونَ بِالطَّاعَاتِ
الْعَمَلِيَّةِ، وَيَدْخُلُ فِي ذَلِكَ عِيْسَى وَالْخِضْرِ بِنَاءً عَلَى
الْقَوْلِ بِأَنَّهُمَا اجْتَمَعَا مَعَ نَبِيِّنَا فِي الْأَرْضِ، |
Taj al-Subki membahas tentang
status nabi Isa dengan ucapannya; “Seseorang yang dengan
persetujuan seluruh makhluk lebih unggul daripada kebaikan sahabat Abu Bakr
dan dari Umar,” “Dari Ali, dan Utsman,
padahal dia adalah pemuda dari umat yang terpilih dari suku Mudhar.” |
وَقَدْ أَلْغَزَ التَّاجُ السُّبْكِيُّ فِي
عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامِ بِقَوْلِهِ: مَنْ بِاتِّفَاقِ جميعِ الخَلْقِ أَفْضَلُ
مِنْ # خَيْرِ الصَّحَابِ أَبِي بَكْرٍ وَمِنْ عُمَرِ وَمِنْ عَلي وَمِنْ عُثْمَانَ وَهُوَ فَت# ى
مِنْ أُمَّةِ الْمصطَفَى الْمُخْتارِ مِنْ مُضَرٍ. |
Dan perkataan mushonif; اجمعين 'semua' adalah untuk menegaskan keseluruhan sahabat Nabi, yaitu
juga untuk keluarganya. |
(وَقَوْلُهُ: أَجْمَعِيْنَ تَأْكِيْدً
لِصَحَابَتِه) أَيْ وَلِآلِهِ أَيْضًا. |
Kemudian pengarang
menyebutkan bahwa dia dimintai untuk menyusun kitab ringkasan ini dengan
ucapannya; “Sebagian teman memintaku”. Makna "تصنيف"
(penyusunan) adalah mengklasifikasikan sesuatu menjadi kelompok-kelompok dan
membedakannya satu sama lain. Sementara itu, "تأليف"
(penyusunan) mengacu pada melengkapi dan mengumpulkan materi, sebagaimana
dalam kitab al mukhtar. |
(ثُمَّ ذَكَرَ ٱلْمُصَنِّفُ أَنَّهُ
مَسْؤُولٌ فِي تَصْنِيفِ هَذَا ٱلْمُخْتَصَرِ بِقَوْلِهِ:) وَمَعْنَى
ٱلتَّصْنِيفِ جَعْلُ ٱلشَّيْءِ أَصْنَافًا وَتَمْيِيزُ بَعْضِهَا عَنْ بَعْضٍ،
وَمَعْنَى ٱلتَّأْلِيفِ ٱلتَّكْمِيلُ كَمَا فِي ٱلْمُخْتَارِ، (سَأَلَنِي بَعْضُ
ٱلْأَصْدِقَاء) |
Teman (اصدقاء) dengan
kasrohnya dal, merupakan jama dari صديق , yaitu
orang yang bahagia dengan bahagiamu dan merasa susah dengan kesusahanmu. |
بِكَسْرِ ٱلدَّالِ (جَمْعُ صَدِيقٍ) وَهُوَ
مَن يَفْرَحُ لِفَرَحِكَ وَيَحْزَنُ لِحُزْنِكَ |
Ucapan mushonif: حفِظَهم
الله تعلى (semoga Allah ta’ala menjaga mereka)
merupakan jumlah do’a, maksudnya semoga Allah menjaga mereka dari segala
marabahaya. Dhomir dalam jumlah ini adakalanya sebagai A’id pada mudhof
ilaih, atau pada mudhof meskipun secara lafadz mufrod berdasarkan melihat
pada maknanya, karena cocok dengan bilangannya. Mereka memintaku untuk
menyusun sebuah kitab ringkasan, yaitu kitab yang sedikit lafadznya namun
banyak maknanya, yang mencakup ilmu fiqih. |
(وَقَوْلُهُ: حَفِظَهُمُ ٱللَّهُ تَعَٰلَى
جَمْلَةٌ دُعَائيَّةٌ) أَيْ حَرَسَهُم تَعَٰلَى مِن كُلِّ مَكْرُوهٍ،
وَٱلضَّمِيرُ إِمَّا عَآئدٌ لِلْمُضَآفِ إِلَيْهِ، أَوْ لِلْمُضَآفِ وَإِن
كَانَ مُفْرَدًا لِفَظًا نظْرًا إِلَى ٱلْمَعْنَى، لِأَنَّهُ يُصَدِّقُ
بِالْمُتَعَدِّدِ (أَنْ أَعْمَلَ) أَيْ أَصْنَفَ (مُخْتَصَرًا هُوَ مَا
قَلَّ لَفْظُهُ وَكَثُرَ مَعْنَهُ) أَيْ غَالِبًا (فِي) عِلْمِ (ٱلْفِقْهِ) |
Fiqih secara bahasa arab artinya faham, maksudnya bisa menggambarkan
sesuatu dalam pikiran. Adapun secara istilah, maksudnya kesepakatan para ahli
fiqih, fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat amaliyah. Maka tidak
termasuk ilmu tentang bentuk-bentuk fisik dan sifat, seperti gambaran manusia
dan sifat putihnya. |
(هُوَ) أَي الْفِقْهُ (لُغَةً) أَي فِي
لُغَةِ الْعَرَبِ (الْفَهْمُ) أَي ٱرْتَسَامُ صُوَرَةِ الشَّيْءِ فِي الذِّهْنِ.
(وَاصْطِلاَحًا) أَي فِي اتِّفَاقِ الْفُقَهَاءِ (الْعِلْمُ بِالْأَحْكَامِ
الشَّرْعِيَّةِ الْعَمَلِيَّةِ. فَخَرَجَ الْعِلْمُ بِالذَّوَاتِ وَالصِّفَاتِ
كَصُورَةِ الإِنْسَانِ وَبَيَاضِهِ، |
Tidak termasuk pula ilmu aqliyah seperti mengetahui bahwa satu adalah
setengah dari dua. Juga tidak termasuk ilmu rasa, seperti pengetahuan bahwa
api membakar. Dan juga tidak termasuk I’tiqodiyah seperti pengetahuan bahwa
Allah itu satu. |
وَخَرَجَ الْعَقْلِيَّةُ كَالْعِلْمِ بِأَنَّ
الْوَاحِدَ نِصْفُ الاثِنَيْنِ، وَالْحِسِيَّةُ كَالْعِلْمِ بِأَنَّ النَّارَ
مُحَرِّقَةٌ، وَخَرَجَ الْاِعْتِقَادِيَّةُ كَالْعِلْمِ بِأَنَّ اللَّهَ
وَاحِدٌ. |
Dan hukum-hukum terbagi menjadi tujuh, yaitu wajib, mandub (disunnahkan),
haram, makruh, mubah, sahih, dan bathil. Wajib adalah apa yang mendatangkan
pahala jika dilakukan dan mendatangkan hukuman jika ditinggalkan. Mandub
adalah apa yang mendatangkan pahala jika dilakukan. |
وَالْأَحْكَامُ سَبْعَةُ الْوَاجِبُ
وَالْمُنْدُوبُ وَالْحَرَامُ وَالْمَكْرُوهُ وَالْمُبَاحُ وَالصَّحِيحُ
وَالْبَاطِلُ، فَالْوَاجِبُ مَا يُثَابُ عَلَى فِعْلِهِ وَيُعَاقَبُ عَلَى
تَرْكِهِ، وَالْمُنْدُوبُ مَا يُثَابُ عَلَى فِعْلِهِ. |
Haram adalah apa yang mendatangkan pahala jika ditinggalkan dengan patuh,
dan mendatangkan hukuman jika dilakukan. Makruh adalah apa yang mendatangkan
pahala jika ditinggalkan dengan patuh. Mubah adalah apa yang tidak
mendatangkan pahala atau hukuman. Sahih adalah apa yang diakui dan diterima.
Bathil adalah apa yang tidak diakui dan tidak diterima. |
وَالْحَرَامُ مَا يُثَابُ عَلَى تَرْكِهِ
امْتِثَالًا، وَيُعَاقَبُ عَلَى فِعْلِهِ. وَالْمَكْرُوهُ مَا يُثَابُ عَلَى
تَرْكِهِ امْتِثَالًا، وَالْمُبَاحُ مَا لَيْسَ فِيهِ ثَوَابٌ وَلَا عُقُوبَةٌ.
وَالصَّحِيحُ مَا يُعْتَدُّ بِهِ، وَالْبَاطِلُ مَا لَا يُعْتَدُّ بِهِ. |
Kemudian, penulis menggambarkan ilmu dengan mengatakan: 'Yang diperoleh
dari dalil-dalilnya,' yaitu dari bukti-bukti yang ditemukan untuk hukum-hukum
yang lebih rinci. Ilmu Nabi dan ilmu Jibril, itu bukan termasuk bukti-bukti,
melainkan diterima melalui wahyu dari Jibril, yang disampaikan melalui ilham
atau dari Lauh Mahfuzh. Ilmu khilafiyy (ilmu tentang perbedaan pendapat di
antara ulama) itu adalah ilmu yang bersifat umum. |
ثُمَّ وَصَفَ الْمُؤَلِّفُ الْعِلْمَ
بِقَوْلِهِ: "الْمُكْتَسَبُ مِنْ أَدْلَتِهَا"، أَيْ مِنْ
الْأَدِلَّةِ الْمُحْصِلَةِ لِلْأَحْكَامِ الْتَّفْصِيلِيَّةِ. فَخَرَجَ عِلْمُ
النَّبِيِّ وَعِلْمُ جِبْرِيلَ، فَإِنَّ ذَلِكَ لَيْسَ مِنْ الْأَدْلَةِ، بَلْ
بِطَرِيقِ الْوَحْيِ مِنْ جِبْرِيلَ، وَهُوَ بِطَرِيقِ الْإِلْهَامِ أَوْ مِنْ
اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ، وَخَرَجَ عِلْمُ الْخِلَافِيِّ، فَإِنَّهُ إِجْمَالِي. |
Kitab ringkasan tersebut berdasarkan mazhab Imam Agung yang berjuang
secara mutlak dalam mendukung Sunnah dan agama, yaitu Abu Abdullah Muhammad
bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi'i, yang dinisbatkan kepada Syafi'i
yang disebutkan. Imam ini adalah Imam para Imam, karena dia unggul dalam
pengetahuan, amal, kesederhanaan, kezuhudan, pemahaman, kecerdasan, hafalan,
dan keturunan lebih dari siapa pun yang mendahuluinya, bahkan termasuk
guru-gurunya. |
(عَلَى مَذْهَبِ) أَي طَرِيقَةِ (الإِمَامِ
الأَعْظَمِ الْمُجْتَهِدِ) إِجْتِهَادًا مُطْلَقًا نَاصِرِ السُّنَّةِ
وَالدِّينِ (أَبِي عَبْدِاللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيْسِ بْنِ الْعَبَّاسِ
بْنِ عُثْمَانَ بْنِ شَافِعِ الشَّافِعِيِّ) نِسْبَةً لِشَافِعٍ الْمُذْكُوْرِ،
وَهَذَا الْإِمَامُ إِمَامُ الْأَئِمَّةِ فَإِنَّهُ فَاقَ فِي الْعِلْمِ
وَالْعَمَلِ وَالْوَرَعِ وَالزُّهْدِ وَالْمَعْرِفَةِ، وَالذُّكَاءِ وَالْحِفْظِ
وَالنَّسَبِ أَكْثَرَ مَنْ سَبَقَهُ حَتَّى مَشَايِخِهِ، |
Beliau pernah bermimpi melihat nabi Muhammad SAW dan dia diberi sebuah
timbangan. Maka, ditakwilkan bahwa mazhabnya adalah mazhab yang paling adil
di antara semua mazhab, seperti yang disepakati oleh sebagian dari para wali
Allah ta’ala bahwa dia melihat Tuhan dalam mimpi dengan pandangan yang sesuai
dengan keagungan-Nya. |
وَرَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَقَدْ أُعْطِىَ مِيْزَانًا، فَأَوَّلَ لَهُ بِأَنَّ مَذْهَبَهُ
أَعْدَلُ الْمَذَاهِبِ، كَمَا اتَّفَقَ لِبَعْضِ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ تَعَالَى
أَنَّهُ رَأَى رَبَّهُ فِي الْمَنَامِ رُؤْيَةً تَلِيْقُ بِذَاتِهِ الْأَقْدَسِ |
Lalu, dia bertanya kepada Tuhan, 'Wahai Tuhanku, dengan mazhab manakah
aku harus berurusan?' Maka Tuhan menjawab, 'Mazhab Syafi'i, yang penuh dengan
hikmah. |
فَقَالَ لَهُ يَا رَبّ بِأَيِّ الْمَذَاهِبِ
اشْتَغِلُ؟ فَقَالَ لَهُ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ نَفِيْسًا |
Imam Syafii lahir di Gaza, yang merupakan bagian dari wilayah Syam,
tempat wafatnya kakek Nabi, semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya,
Hasyim meninggal. Imam Syafii lahir pada tahun 150 H. Kemudian, ia mendapat
izin untuk memberikan fatwa ketika berusia 15 tahun. |
(وُلِدَ بِغَزَّةَ) وَهِيَ مِنْ الشَّامِ
الَّتِي تُوُفِيَ فِيْهَا هَاشِمُ جَدُّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ (سَنَةَ خَمْسِيْنَ وَمِائَةٍ) ثُمَّ أُجِيْزَ بِالْإِفْتَاءِ وَهُوَ
ابْنُ مَقْدَارِ خَمْسَ عَشْرَةَ، |
Ia kemudian pergi ke Madinah dan tinggal bersama Imam Malik selama
beberapa waktu. Setelah itu, ia pergi ke Baghdad dan menjadi seorang pembela
Sunnah. 2 tahun kemudian, ia kembali ke Makkah, kemudian kembali lagi ke
Baghdad selama 98 tahun. Setelah 1 tahun, ia pergi ke Mesir dan menetap di
sana. |
ثُمَّ رَحِلَ لِمَالِكٍ فَأَقَامَ عِنْدَهُ
مُدَّةً ثُمَّ لِبَغْدَادَ وَلُقِّبَ نَاصِرَ السُّنَّةِ، ثُمَّ بَعْدَ
عَامَيْنِ رَجَعَ لِمَكَّةَ، ثُمَّ لِبَغْدَادَ سَنَةَ ثَمَانٍ وَتِسْعِيْنَ،
ثُمَّ بَعْدَ سَنَةٍ لِمِصْرَ فَأَقَامَ بِهَا |
Imam Syafi’i, semoga Allah merahmati dan meridhainya, meninggal pada akhir
siangnya hari Jumat bulan Rajab tahun 204 H ketika beliau berusia 45 tahun.
Dia dimakamkan setelah waktu Asar di Qarafa, yang terkenal sebagai kuburan
keturunan anak-anak Abdul Hakam. |
(وَمَاتَ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِ
وَرِضْوَانُهُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ضُحًى النَّهَارِ سَلَخَ رَجَبًا) أَيْ
آخِرَهُ (سَنَةَ أَرْبَعٍ وَمِائَتَيْنِ وَعُمْرُهُ أَرْبَعٍ وَخَمْسِيْنَ
سَنَةً، وَدُفِنَ بَعْدَ الْعَصْرِ فِي الْقَرَافَةِ الْمَعْرُوْفَةِ بِتُرْبَةِ
أَوْلَادِ ابْنِ عَبْدِالْحَكَمِ، |
Beberapa waktu kemudian, jasadnya dipindahkan dari sana ke Baghdad, dan
saat makamnya dibuka, harum bau yang menghentikan orang-orang yang hadir dari
merasakannya, sehingga mereka meninggalkannya. |
وَأُرِيْدُ بَعْدَ أَزْمَنَةٍ نَقْلَهُ
مِنْهَا لِبَغْدَادَ، فَظَهَرَ مِنْ قَبْرِهِ حِيْنَ فُتِحَتْ رَوَائِحُ
طَيِّبَةٌ عَطَّلَتِ الْحَاضِرِيْنَ عَنْ إِحْسَاسِهِمْ فَتَرَكُوْهُ |
Dan mushonif mensifati ringkasannya dengan enam sifat, di antaranya
adalah sifat-sifat sebelumnya, yaitu tingkasan tentang ilmu fiqh dan
mengikuti mazhab Syafi'i. Ada pula empat sifat lainnya yang merupakan
sifat-sifat setelahnya, yaitu ringkasan ini sudah paling ringkas, membuat
pelajaran lebih mudah dimengerti oleh murid, mempermudah penghafalan bagi
pemula, dan penulis sering menggunakan pembagian dan penyederhanaan dalamnya. |
(وَوَصَفَ الْمُصَنِّفُ مُخْتَصَرَهُ
بِأَوْصَافٍ) أَي سِتَّةٍ (مِنْهَا) أَوْصَافٌ سَابِقَةٌ وَهِيَ كَوْنُهُ فِي
الْفِقْهِ، وَكَوْنُهُ عَلَى مَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ، وَمِنْهَا أَوْصَافٌ
لَاحِقَةٌ، وَهِيَ أَرْبَعَةٌ كَوْنُهُ فِي غَايَةِ الِاخْتِصَارِ وَكَوْنُهُ
يُقَرِّبُ عَلَى الْمُتَعَلِّمِ دَرَسَهُ، وَكَوْنُهُ يُسَهِّلُ عَلَى
الْمُبْتَدِىءِ حِفْظَهُ، وَكَوْنُ الْمُصَنِّفِ يُكْثِرُ فِيهِ مِنَ
التَّقْسِيمَاتِ وَحَصْرِ الْخَصَالِ |
Mukhtashor (dalam arti paling singkat) adalah tingkatan terakhir dalam
mereduksi kata-kata dan puncak dari penjelasan ringkas, yaitu penyingkatan
tercepat yang mengantarkan pada pemahaman. Kata "ghoyah" dan "nihayah"
memiliki makna yang berdekatan. Dikatakan bahwa "ghoyah" merujuk
pada makna, sedangkan "nihayah" merujuk pada wujud. |
(أَنَّهُ) أَي الْمُخْتَصَرَ (فِي غَايَةِ
الِاخْتِصَارِ) أَي فِي آخِرِ مَرَاتِبِ تَقْلِيلِ الْاَلْفَاظِ وَنِهَايَةِ
الِاِيْجَازِ أَي اَقْصَى الْقَصْرِ السِّرِيْعِ الْوُصُوْلِ اِلَى الْفَهْمِ.
وَالْغَايَةُ وَالنِّهَايَةُ مُتَقَارِبَانِ. قِيْلَ الْغَايَةُ فِي الْمَعَانِي
وَالنِّهَايَةُ فِي الذَّوَاتِ. |
Demikian pula Singkatan (Ikhtisar) dan Penjelasan Ringkas (Ijaz)),
keduanya memiliki kesamaan dalam hal menghilangkan bagian dari kalimat.
Namun, singkatan (ikhtisar) menghapus bagian yang tidak esensial dari
kalimat, seperti dalam kalimat "Saya pergi" (daripada "Saya
pergi ke pasar"). Sedangkan penjelasan ringkas (ijaz) mengubah kalimat
panjang menjadi kalimat yang lebih pendek, seperti dalam kalimat "Ini
benar dan bohong" (daripada "Pernyataan ini benar, tetapi ada juga
yang bohong"). |
(وَكَذَا الِاِخْتِصَارُ وَالِاِيْجَازُ)
فَهُمَا اِشْتَرَكَا فِي حَذْفِ شَيْءٍ مِنَ الْكَلَامِ، لَكِنِ الِاِخْتِصَارُ
حَذْفُ عَرْضِ الْكَلَامِ كَقَوْلِهِ عِنْدِي ذَهَبَ بَدَلُ عَسْجَدِ،
وَالِاِيْجَازُ حَذْفُ طُوْلِهِ كَقَوْلِهِ هَذَا مَينٌ وَكَذِبٌ،
فَالِاِتْيَانُ بِكَلِمَةٍ قَلِيْلَةِ الْحُرُوْفِ اِخْتِصَارٌ وَتَرْكُ
التَّكْرِيْرِ اِيْجَازٌ. |
Diantara sifat-sifatnya (yaitu sifat-sifat al-Mukhtashar), yaitu
ringkasannya, adalah bahwa ia mendekatkan pembelajar kepada cabang-cabang
fiqh dalam pelajarannya, yaitu mempelajarinya dan mengajarinya dengan cara
singkat dan kata-kata yang indah, serta memudahkan bagi pemula, yaitu mereka
yang mengambil pengetahuan dalam bidang kecil, atau mereka yang tidak mampu
untuk mendetailkan masalah. Ini membantu mereka untuk mengingatnya di dalam
hati bagi siapa yang ingin [mengingatnya] dalam bentuk ringkas fiqh agar
penjelasan-penjelasannya menjadi lebih jelas. |
(وَمِنْهَا) أَيِ الْاَوْصَافِ (اَنَّهُ) اَي
الْمُخْتَصَرَ (يُقَرِّبُ عَلَى الْمُتَعَلِّمِ لِفُروعِ الْفِقْهِ دَرْسَهُ
اَيِ تَعَلُّمَهُ وَتَعَلِيْمَهُ بِسَبَبِ اِخْتِصَارِهِ وَحَلَوَةِ
اَلْفَاظِهِ، وَيُسَهِّلُ عَلَى الْمُبْتَدِىءِ) وَهُوَ الْاَخِذُ فِيْ صِغَارِ
الْعُلُوْمِ وَمَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى تَصْوِيْرِ الْمَسْأَلَةِ (حِفْظَهُ
اَيِ اسْتَحْضَارَهُ عَلَى ظَهْرِ قَلْبٍ لِمَنْ يَرْغَبُ) اَيِ يُرِيْدُ (فِي
حَفِظِ مُخْتَصَرِ فِي الْفِقْهِ) لِوُضُوْحِ عَبَارَتِهِ. |
Dan murid yang berhasil adalah mereka yang mencapai empat hal, yaitu 1) kekuatan
memperhatikan, 2) kecerdasan dalam pemahaman, dan seorang guru yang
memberikan nasihat. Mereka harus mengajar bidang ilmu yang lebih rendah
sebelum bidang ilmu yang lebih tinggi. Selain itu, murid juga harus mencapai 4)
kedamaian batin dan terhindar dari gangguan, serta menjaga keamanan alat-alat
mereka. |
وَالْمُتَعَلِّمُ الْمُوَفَّقُ مَنْ حَازَ
أَرْبَعًا هِيَ شِدَّةُ الْعِنَايَةِ أَي قُوَّةُ الِاعْتِنَاءِ وَذَكَاءُ الْقَرِيحَةِ
وَمُعَلِّمٌ ذُو نَصِيحَةِ، بِأَنْ يُعَلِّمَ صَغَارَ الْعُلُومِ قَبْلَ
كِبَارِهَا رُتْبَةً وَاِسْتِوَاءُ الطَّبِيعَةِ وَهُوَ الْخُلُو عَنِ الشَّوَاغِلِ
وَسَلَامَةِ الْآلَاتِ، |
Ketika seorang alim atau guru memiliki tiga hal maka kebaikan akan
menyertai muridnya, yaitu; 1) kesabaran, 2) kerendahan hati, dan 3) perilaku
yang baik. Dan ketika seorang murid memiliki tiga hal, kebaikan akan
menyertai alim atau gurunya, yaitu; 1) kecerdasan, 2) etika, dan 3) pemahaman
yang baik. |
وَإِذَا جَمَعَ الْعَالِمُ ثَلَاثًا تَمَّتْ
النِّعْمَةُ عَلَى الْمُتَعَلِّمِ، وَهِيَ الصَّبْرُ وَالتَّوَاضُعُ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ، وَإِذَا جَمَعَ الْمُتَعَلِّمُ ثَلَاثًا تَمَّتْ النِّعْمَةُ عَلَى
الْعَالِمِ الْعَقْلَ وَالْأَدَبَ وَحُسْنَ الْفَهْمِ. |
Umar bin Khattab berkata, "Pahamilah agama sebelum kamu menjadi
pemimpin, sehingga kamu menjauhkan diri dari pembelajaran”, yang semakna
dengan perkataan Imam Syafi'i: “Pahamilah agama sebelum kamu menjadi
pemimpin, karena ketika kamu menjadi pemimpin, tidak ada jalan untuk belajar
lagi”. |
قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطابِ:
"تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوِّدُوا فَتَمْتَنَعُوا مِنَ التَعَلُّمِ،
وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِ الشَّافِعِي: تَفَقَّهْ قَبْلَ أَنْ تَرَأَسَ فَإِنَّكَ
إِذَا رَأَسْتَ فَلَا سَبِيلَ إِلَى التَعَلُّمِ. آهـ." |
Ilmu tidak dapat dicapai kecuali dengan kerendahan hati, seperti yang
dikatakan oleh sebagian ulama, seperti dalam bait syair yang berbunyi: "Ilmu adalah musuh bagi pemuda yang sombong, Seperti banjir adalah
musuh bagi tempat yang tinggi." Artinya, ilmu tidak akan mencapai atau menguasai pemuda yang sombong,
sama seperti banjir tidak akan mencapai atau mengatasi tempat yang tinggi. |
وَالْعِلْمُ لَا يُدْرَكُ إِلَّا
بِالتَّوَاضُعِ كَمَا قَالَ بَعْضُهُم مِن بَحْرِ الْكَامِل: الْعِلْمُ حَرْبٌ لِلْفَتَى الْمُتَعَالِي #
كَالسَّيْلِ حَرْبٌ لِلْمَكَانِ الْعَالِي، أَي إِنَّ الْعِلْمَ لَا يَصِلُ وَلَا
يَتَمَكَّنُ لِلْفَتَى الْمُتَكَبِّرِ كَمَا أَنَّ السَّيْلَ لَا يَصِلُ وَلَا
يَعْلُو عَلَى الْمَكَانِ الْمُرْتَفَعِ |
Salah satu keindahan isyarat dalam bahasa Arab adalah bahwa huruf pertama
dari kata-kata yang berkaitan dengan ilmu, kekayaan, dan kemakmuran (علم, غنى, خصب) adalah berharakat kasrah. Hal ini
melambangkan bahwa sifat-sifat mulia tersebut hanya dapat diraih dengan
kerendahan hati. |
وَمِن لَطَائِفِ الْإِشَارَةِ أَنَّ أَوَّلَ
حَرْفٍ مِن الْعِلْمِ وَالْغِنَى وَالْخِصْبِ مَكْسُورٌ إِشَارَةً إِلَى أَنَّ
صِفَاتَ الْعُلُوِّ الْحَسَنَةِ إِنَّمَا تَنَالُ بِالْانْخِفَاضِ. |
Berbeda dengan kebalikannya, yaitu kebodohan, kemiskinan, dan kekeringan
(جهل، فقر، جدب). Huruf pertama
dari kata-kata tersebut adalah berharakat fathah. Hal ini melambangkan bahwa
sifat-sifat buruk tersebut identik dengan kesombongan. Seperti yang dikatakan
oleh salah seorang ulama, "Kesombongan menghancurkan kesombongan". Maksudnya,
kesombongan diri sendiri akan menghancurkan harga diri dan kehormatan
seseorang. |
بِخِلَافِ أَضْدَادِهَا مِنَ الْجَهْلِ
وَالْفَقْرِ وَالْجَدْبِ، فَإِنَّ أَوَّلَ حَرْفٍ مِنْهَا مَفْتُوحٌ إِشَارَةً
إِلَى أَنَّ الصِّفَاتِ الْقَبِيحَةِ بِنَصْبِ النَّفْسِ كَمَا قَالَ بَعْضُهُم:
الظُّهُورُ يَقْصِمُ الظُّهُور، أَيُّ إِنَّ ظُهُورَ النَّفْسِ يُكْسِرُ
الظُّهُور. |
Beberapa teman juga meminta saya untuk lebih banyak menggunakan pembagian
dalam ringkasan ini untuk hukum-hukum fiqih, seperti air, serta membatasi
situasi-situasi, yaitu mengatur sifat-sifat dengan jumlah yang diperlukan,
yang direkomendasikan, dan lain sebagainya, seperti halnya dalam hukum-hukum
yang melibatkan larangan, untuk memudahkan bagi pemula. Karena ini lebih
mengarahkan pemikiran dan mencegah pencampuran. |
(وَسَأَلَنِي أَيْضًا بَعْضُ الْأَصْدِقَاءِ
أَنْ أُكْثِرَ فِيهِ) أَيْ الْمُخْتَصَر (مِنَ التَّقْسِيمَاتِ لِلْأَحْكَامِ
الْفِقْهِيَّةِ) أَيْ لِمَحَلِّهَا كَالْمَاءِ (وَمِنْ حُصْرِ) الْحَالَاتِ مَعَ
بَيَانِ أَعْيَانِهَا أَيْ ضَبْطِ الْخِصَالِ بِالْعَدَدِ الْوَاجِبَةِ
وَالْمَنْدُوبَةِ وَغَيْرِهُمَا) أَيْ كَالْمُحَرَّمَاتِ تَسْهِيلاً عَلَى الْمُبْتَدَىءِ،
لِأَنَّ ذَلِكَ أَجْمَعُ لِلْفِكْرِ وَأَمَنَعُ مِنِ الِانْتِشَارِ |
Jawabanku kepada teman-teman adalah dengan mengerjakan apa yang mereka
minta, yakni menyusun ringkasan sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan,
dan ini adalah upaya untuk mencapai ganjaran dari Allah, yaitu ganjaran atas
penyusunan ringkasan ini, serta jawaban kepada mereka, |
(فَأَجَبْتُهُ) أَيْ الْأَصْدِقَاءَ
بِالشُّرُوعِ إِلَى سُؤَالِهِ فِي ذَلِكَ أَيْ عَمَلِ الْمُخْتَصَرِ
بِالصِّفَاتِ الْمَطْلُوبَةِ (طَالِبًا) أَيْ رَاجِيًا (لِلثَّوَابِ) أَيْ
الْجَزَاءِ (مِنَ اللَّهِ تَعَالَى أَعْنِي جَزَاءً عَلَى تَصْنِيفِ هَذَا
الْمُخْتَصَرِ) وَعَلَى الْإِجَابَةِ إِلَيْهِ |
bukan untuk tujuan dunia seperti pujian atau lainnya, melainkan sebagai
permohonan yang tulus dan doa kepada Allah, yang mencakup iman dalam kasih
karunia-Nya dalam menyelesaikan ringkasan ini dengan benar, yang merupakan
kebalikan dari kesalahan, yaitu diberikan kesempatan oleh Allah untuk sesuai
dengan Madzhab Syafi'i dalam praktik sehari-hari. |
لَا لِغَرَضٍ دُنْيَوِيٍ مِنْ ثَنَاءٍ أَوْ
غَيْرِهِ (رَاغِبًا) أَيْ مُتَوَجِّهًا وَمُتَضَرِّعًا إِلَى اللَّهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي الْإِمَانَةِ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى تَمَامِ هَذَا
الْمُخْتَصَرِ وَفِي التَّوْفِيقِ لِلصَّوَابِ وَهُوَ ضِدُّ الْخَطَأِ) بِأَنْ
يُرْزَقَنِي اللَّهُ مُوَافَقَةً مَا هُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ فِي
الْوَاقِعِ، |
Seseorang hanya akan mencapai kebenaran dengan pertolongan Allah, karena
orang yang berusaha dan salah tetap akan mendapatkan pahala. Mereka yang
berusaha dan benar mendapatkan dua pahala, karena mereka mencari kebenaran
untuk menghindari kesalahan dalam ijtihad, sebab yang diinginkan adalah untuk
menjauhi kesalahan dengan sungguh-sungguh dan berusaha. |
وَلَا يَسْتَغْنِي عَنِ الصَّوَابِ
بِالتَّوْفِيقِ لِأَنَّ الْمُخْطِئَ فِي الِاجْتِهَادِ مُأْجُورٌ، فَهُوَ
مُوَفَّقٌ فَالْإِتْيَانِ بِالصَّوَابِ لِلِاحْتِرَازِ عَنِ الْتَّوْفِيقِ
لِلْخَطَأِ فِي الِاجْتِهَادِ، لِأَنَّ الْمَطْلُوبَ الْبُعْدُ عَنِ الْخَطَأِ عَمْدًا
وَاجْتِهَادًا، |
Oleh karena itu, bagi mereka yang mencapai kebenaran seperti yang diikuti
oleh para Imam, mereka akan mendapatkan dua pahala. Bagi mereka yang tidak
mencapainya, mereka akan mendapatkan satu pahala atas upaya ijtihad mereka. |
فَمَنْ وَافَقَ الصَّوَابَ مِنَ الْأَئِمَّةِ
رَضِي فَلَهُ أَجْرَانِ وَمَنْ لَمْ يُوَافِقْهُ فَلَهُ أَجْرٌ وَاحِدٌ عَلَى
اجْتِهَادِهِ |
Adapun orang yang salah dalam prinsip-prinsip (yakni keyakinan), maka dia
berdosa seperti orang-orang Mu'tazilah dan semua yang menyelisihi Ahlus
Sunnah. |
أَمَا الْمُخْطِئُ فِي الْأُصُولِ، وَهِيَ
الْمُعْتَقِدَاتِ فَهُوَ آثِمٌ كَالْمُعْتَزِلَةِ وَسَائِرِ مَنْ خَالَفَ أَهْلَ
السُّنَّةِ. |
Sungguh, Dia (Allah) Maha Luhur atas segala sesuatu yang Dia kehendaki.
Dia Maha Kuasa, yang berarti Dia mampu atas segala kemungkinan. Lafadz قَدِير dibaca dengan fathah pada hamzahnya
dengan mengira-ngirakan lam, dan dibaca dengan kasrah pada hamzahnya dengan
makna istifna' (pertanyaan). Dan Dia Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya,
yang berarti Dia memberikan kebaikan dalam bentuk ujian. |
(إِنَّهُ تَعَالَى عَلَى مَا يَشَاء) أَي المُمْكِنَاتِ
(قَدِيرٌ) أَي قَادِرٌ بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ عَلَى تَقْدِيْرِ اللَامِ
وَبِكَسْرِهَا عَلَى الاِسْتِئْنَافِ وَأَنَّهُ تَعَالَى (بِعِبَادِهِ لَطِيفٌ)
أَي مُعْطِي الإِحْسَانِ فِي صُوْرَةِ الاِمْتِحَانِ، |
Sebagaimana Dia memberikan kerajaan kepada Nabi Yusuf 'alaihis salam
dalam bentuk ujian dengan kelaparan, dan memberikan kepada Adam 'alaihis
salam kemenangan terbesar dalam bentuk ujian dengan pengusirannya dari surga,
dan memberikan kepada Nabi kita 'alaihis salam pembukaan dan kemenangan yang
nyata dalam bentuk ujian dengan pengusirannya dari Mekkah. |
كَإِعْطَاءِ يُوسُفَ عَلَيْهِ السَّلاَمِ
الْمُلْكَ فِي صُوْرَةِ الاِبْتِلَاءِ بِالزَّقِيَةِ، وَآدَمَ عَلَيْهِ
السَّلاَمِ الْفَوْزَ الْأَكْبَرِ فِي صُوْرَةِ ابْتِلاَئِهِ بِإِخْرَاجِهِ مِنَ
الْجَنَّةِ، وَنَبِيِّنَا الْفَتْحَ وَالنَّصْرِ الْمُبِيِّنِ فِي صُوْرَةِ
ابْتِلاَئِهِ بِإِخْرَاجِهِ مِنْ مَكَّةَ |
Dia Yang Maha Mengetahui tentang keadaan hamba-hamba-Nya. Dan yang
pertama adala dikutip dari firman-Nya; 'Allah adalah Maha Lemah Lembut
terhadap hamba-hamba-Nya.' (Asy Syuura: 19). |
(خَبِيْرٌ بِأَحْوَالِ عِبَادِهِ وَالأُوْلَ
مُقْتَبَسٌ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ |
Al-Suhayli berkata: “Ketika pembawa kabar gembira datang kepada Nabi
Ya'qub AS dan memberinya kata-kata yang dia warisi dari ayahnya, yang dia
warisi dari kakeknya AS, salah satunya adalah 'Hai yang Maha Lemah Lembut,
yang melebihi semua yang lembut, berikanlah kebaikan dalam semua urusanku
sesuai dengan keinginanku dan berikanlah kebahagiaan dalam dunia dan
akhiratku.” |
قَالَ السُّهَيْلِي: لَمَّا جَاءَ
الْبَشِيْرُ إِلَى يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ أُعْطِاءً فِي الْبُشْرَى
كَلِمَاتٍ كَانَ يُرَوِّيْهَا عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ، وَهِيَ يَا لَطِيفًا فَوْقَ كُلِّ لَطِيفٍ لَطُفَ بِيَ فِي أُمُوْرِي
كُلِّهَا كَمَا أُحِبُّ وَأُرِحِّنِي فِي دُنْيَايَ وَآخِرَتِي) |
Dan yang kedua adalah dari firman-Nya, 'Dan Dia adalah yang Maha
Bijaksana, yang Maha Mengetahui.' (Al-An'am: 18). Arti dari 'Al-Hakim'
adalah yang Maha Mengetahui dan pemilik hikmah, atau yang sangat mahir dalam
urusan, seperti yang disebutkan dalam Al-Mukhtar. |
(وَالثَّانِي مِنْ قَوْله تَعَالَى: ﴿وَهُوَ
الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ) [الْأَنْعَامِ: ۱۸] وَمَعْنَى
الْحَكِيمِ الْعَالِمُ وَصَاحِبُ الْحِكْمَةِ، أَوْ الْمُتْقِنُ لِلْأُمُورِ
كَمَا فِي الْمُخْتَارِ |
'Al-Latif' dan 'Al-Khabir' adalah dua dari nama-nama Allah yang Maha
Tinggi, yang termasuk dalam 99 nama-Nya. Barangsiapa menghafal semuanya, dia
akan masuk surga. |
(وَاللَّطِيفُ وَالْخَبِيرُ اسْمَانِ مِنْ
أَسْمَائِهِ تَعَالَى) الْحُسْنَى الْمَذْكُورَةِ فِي حَدِيثٍ إنَّ للهِ
تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًاً مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ |
Dan makna yang pertama, yaitu Dia yang Maha Lembut terhadap alam semesta
dengan segala detailnya, yaitu yang tersembunyi dan yang rumit, dan yang
samar-samar. Dan dimutlakkan, yaitu sifat Latif (Maha Lembut) juga dengan
makna memberikan pertolongan bagi mereka, yaitu Dia yang memberi mereka
taufik untuk melakukan ketaatan dan menjaga mereka dari dosa. |
(وَمَعْنَى الْأَوَّلِ) أَيْ الَّذِي هُوَ
لَطِيفُ الْعَالَمِ بِدَقَائِقِ الْأُمُورِ أَيْ مَخْفِيَّاتِهَا
وَمُشْكِلَاتِهَا) أَيْ مُشْتَبِهَاتِهَا (وَيُطْلَقُ) أَيْ اللَّطِيفُ (ايْضًا
بِمَعْنَى الرَّفِيقِ بِهِمْ أَيْ وَالْمُوَفِّقُ لَهُمْ عَلَى الطَّاعَاتِ وَالْحَافِظُ
لَهُمْ عَنْ الْمَعَاصِي |
Maka Allah SWT Maha Mengetahui terhadap hamba-hamba-Nya, yaitu tentang
diri mereka, perbuatan mereka, perkataan mereka, dan tempat kebutuhan mereka
(baik di dunia maupun di akhirat). Sahabat bagi mereka, yaitu Dia tidak
membebani mereka dengan apa yang tidak mereka mampu. |
فَاللَّهُ تَعَالَى عَالِمٌ بِعِبَادِهِ أَيْ
بِذَوَاتِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ وَأَقْوَالِهِمْ وَبِمَوَاضِعِ حَوَائِجِهِمْ)
أَيْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (رَفِيقٌ بِهِمْ) أَيْ فَلَا يُكَلِّفُهُمْ
مَا لَا يُطِيقُونَ |
Dan makna yang kedua yaitu Dia yang Maha Mengetahui (dekat dengan makna
yang pertama). Karena Dia memiliki makna mengetahui hakikat segala sesuatu.
Dan dikatakan dalam bentuk lampau dan sekarang, ‘Aku mengetahui sesuatu, aku
mengetahuinya’ dari bab "نصر ينصر"
dan masdarnya adalah "خَبَر" dengan fathah
pada huruf kha', dan isim mashdarnya adalah "خُبَر"
dengan dammah pada huruf kha', dan isim failnya adalah "خَبِير" (Maha Mengetahui), yaitu mengetahui (hakikat) sesuatu
seperti mengetahui (zahir)nya. |
وَمَعْنَى (الثَّانِي) أَيْ الَّذِي هُوَ
خَبِيرٌ (قَرِيبٌ مِنْ مَعْنَى الْأَوَّلِ) فَإِنَّهُ بِمَعْنَى الْعَلِيمِ
بِبَوَاطِنِ الْأَشْيَاءِ (وَيُقَالُ) فِي الْمَاضِي وَالْمُضَارِعِ (خَبَرْت
الشَّيْءَ أَخْبَرَهُ) مِنْ بَابِ نَصَرَ يَنْصُرُ وَمَصْدَرُهُ خَبَرٌ بِفَتْحِ
الْخَاءِ وَاسْمُ مَصْدَرِهِ خُبَرٌ بِضَمِّهَا وَاسْمُ فَاعِلِهِ يُقَالُ
(فَأَنَابَهُ) أَيْ الشَّيْءَ خَبِيرٌ أَيْ عَلِيمٌ) أَيْ بِبَاطِنِهِ
كَظَاهِرِهِ |
Mushonif, semoga Allah ta’ala menyayanginya, berkata: |
قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ الله تَعَالَى: |
Comments