Oleh: Ustadz Alberto
“Sebuah motivasi kecil”
Mungkin sempat
terlintas dalam pikiran sampeyan; Apakah saya bisa pintar dengan handal membaca
kitab kuning kalau saya hanya ngaji di alcha saja? Apakah ada yang pernah berpikir demikian? Kalau ada, tak masalah… toh
hal itu merupakan hal yang sangat bisa dimaklumi. Mengapa?
Memang kalau
di bandingkan dengan nama-nama pesantren besar
semisal pondok
Lirboyo kediri, atau
pondok Ploso, atau Pondok Gontor atau juga pondok Rembang alcha kalah, namun
hanya kalah secara kebesaran nama saja.
Toh
sebenarnya di pondok manapun semua sama saja. Semuanya dalam fan nahwu
sama-sama menggunakan kitab jurumiyah – imrithi - alfiyah. Fan fiqih memakai
kitab sulam safinah - fathul qorib - fathul
mu’in. Fan sorof sama-sama kitab tashrifan. Alcha juga begitu kan? Sama
saja.... isi kitabnya tentu sama. Jadi semua tergantung
kita saja bagaimana belajarnya. Meski di pondok besar kalau belajarnya kurang
sungguh-sungguh maka pada akhirnya ya akan nggeletak mumet tidak bisa
apa-apa.
Mungkin berikut ini bisa menjadi sebuah
motivasi untuk semuanya. Sudahkah kalian tahu kalau alcha termasuk pondok
terbesar di karesidenan bojonegoro, bersanding dengan pondok langitan dan
pondok sunan drajat di kabupaten sebelah? Mungkin semua akan langsung menautkan
alis, MOSOK???
Tapi memang
begitulah., Kalau di Tuban kita sudah tahu kan pondok Langitan adalah pondok
terbesar di sana. Kemudian kalau di Lamongan tentu yang namanya paling besar
adalah pondok Sunan Drajat yang diasuh pakyai Ghofur. Nah kalau di Bojonegoro,
pondok mana yang paling besar??? Jawabannya adalah:
Kalian sudah
tahu apa itu ajang lomba MQK atau kepanjangannya
MUSABAQOH
QIRO’ATIL KUTUB? Yaitu event akbar lomba membaca kitab kosongan yang
mempertemukan berbagai pondok pesantren untuk saling bersaing dengan mengirimkan
santri-santri terbaik mereka. Dan alcha tidak pernah absen mengikuti seleksi
MQK tingkat kabupaten semenjak pertamakali diadakan tahun 2005 dulu. Dan apakah
kalian tahu bagaimana capaian yang berhasil diperoleh anak-anak alcha?
MQK 2005 ada
11 anak alcha yang berhasil lolos dan ikut mewakili Bojonegoro di MQK tingkat
jatim yang diadakan di Tulungagung dan salah satunya ikut final kitab fathul
muin putri, meski akhirnya tidak berhasil menang. MQK 2008 alcha berhasil
mengirim 9 anak di MQK jatim di Jember, dan salah satu berhasil menyabet juara
1 fathul muin putra, namun dalam seleksi kedua gagal menjadi perwakilan jatim
untuk tingkat nasional.
MQK 2011
hanya 7 anak yang lolos. Ke MQK tingkat
jatim yang kali ini diadakan di Probolinggo. Sebuah
kemunduran? Tidak juga karena salah satu berhasil menyabet juara 1 kitab ihya’
ulumuddin putri! Bahkan di tingkat nasional dia kembali berhasil menyabet gelar
juara!!! AMAZZING kan! Tepuk tangan yang meriah buat alcha tercinta. Plok plok
plok….. Untuk MQK 2014 kemarin ada 7 anak yang lolos mewakili bojonegoro dalam
MQK jatim yang diadakan di Bangkalan Madura, dan salah satu berhasil masuk 6
besar.
Selain
mengikuti MQK yang diadakan DEPAG, alcha juga secara aktif ikut serta dalam MQK
tingkat karesidenan yang diadakan lembaga-lembaga swasta. Tahun 2009 kita ikut
MQK di PP Sunan Drajat dan berhasil meraih juara 1 fiqih ulya. Tahun 2011
mengirimkan peserta pada MQK di PP An-Nur Puter Lamongan, dan berhasil meraih
juara tiga nahwu wustho.
Mulai MQK
pertama sampai yang terakhir anak-anak alcha selalu mempersembahkan hasil
terbaik untuk bojonegoro. Karena inilah DEPAG sangat apresiasif pada pondok
kita, pesantren yang santri-santrinya uendak-endak & jago-jago membaca
kitab kuning. Bahkan banyak pesantren-pesantren luar kabupaten yang tahu hal
ini. Sudah selevel dengan langitan dan sunan drajad kan?
Itu kemarin.
Bagaimana dengan MQK besok? Apakah masih bisa mempertahankan prestasi terbaik?
Semua bergantung pada sampeyan semua. Sudah sampai waktunya untuk regenerasi.
Sekarang adalah giliran sampeyan untuk menunjukkan pada dunia kalau alcha
tetaplah sebagai pesantren paling handal membaca kitab kuning. Kalau sampai
sampeyan gagal karena malas, bahkan kitab sulam taufiq saja tidak bisa baca….
Maka ya tamatlah sudah. Nama besar itu hancur hanya karena sebuah kemalasan.
Karena itu, ayo semangat!! Di alca-pun kalian tetap bisa belajar membaca kitab
kuning, tidak harus ke pesantren-pesantren besar. Seperti yang telah saya
ceritakan di atas, senior-senior kalian telah membuktikannya sendiri kan.
Di pesantren kita sudah
ada FOKKUS, sorogan, takror, jadwal pengaosan yang begitu banyak dan standar
kitab madin yang dirancang untuk kurikulum membaca kitab. Nah, ayo semuanya
kita manfaatkan dengan baik! Belum tentu di pesantren lain begini lo. Jadi yakinlah.... di
alcha-pun sampeyan bisa!!!!
Comments