Posts

Showing posts from March, 2025

PETUALANGAN GUS KECIL DI DUNIA DIGIMON

Image
  PETUALANGAN GUS KECIL DI DUNIA DIGIMON Moh. Kholil Mughofar "Gus, kita ini ada di mana sih?" Rojak, khadam setia yang selalu mengenakan peci hitam dan sarung kotak-kotak bertanya dengan wajah bingung. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil memandang sekeliling yang sama sekali tidak familiar, sembari membetulkan posisi  kacamata bulat yang selalu melorot di hidungnya. Gus Kecil, seorang santri muda berbadan kurus yang selalu membawa tas cangklong kesayangannya kemana-mana, hanya bisa terdiam. Jujur saja, dia juga bingung. Sepuluh menit yang lalu mereka masih berada di perpustakaan pesantren, membaca kitab kuning sambil menunggu waktu mengaji. Dan sekarang? Entahlah. Yang jelas tempat ini bukan pesantren. "Mungkin kita ketiduran terus mimpi bareng kali, Jak," jawab Gus Kecil asal, meskipun dalam hati dia yakin ini bukan mimpi. Cubitan yang dia layangkan ke pipinya sendiri terlalu sakit untuk ukuran mimpi. Pemandangan di sekitar mereka seperti...

Takdir di Kaki Gunung Soko

Image
  Takdir di Kaki Gunung Soko Moh. Kholil Mughofar Langit sore berwarna jingga ketika Ahmad Fauzan keluar dari ruangan Kyai Syafi'i, pengasuh Pesantren Al Musthofa yang terletak di lereng Pegunungan Soko, Tuban. Fauzan, santri berusia 23 tahun yang hampir 7 tahun mondok di pesantren tersebut, melangkah dengan dahi berkerut. Kyai Syafi'i baru saja memberikan tugas yang menurutnya cukup aneh. "Zan, besok pagi kamu berangkat ke Desa Sedayu Lawas. Temui Haji Mahmud, wali santrinya Lailatul Badriyah. Ada beberapa hal penting yang perlu saya sampaikan padanya," kata Kyai Syafi'i tadi dengan nada tenang namun tegas. Fauzan mengangguk hormat meski dalam hati bertanya-tanya. Mengapa harus dia? Bukankah ada santri-santri senior lain yang bisa diutus? Atau salah satu putra Kyai? Biasanya urusan dengan wali santri diselesaikan oleh pengurus resmi pesantren. "Maaf, Kyai. Apa yang harus saya sampaikan pada beliau?" tanya Fauzan sebelum pamit. "Bawa surat...

Sehari Menjadi Kau

Image
  Sehari Menjadi Kau Moh. Kholil Mughofar Fajar belum benar-benar merekah ketika suara adzan Subuh dari menara masjid Pesantren Daarussalam mengalun merdu. Malik membuka mata perlahan. Ada yang aneh. Biasanya, ia selalu terbangun lebih awal dari adzan, sudah menjadi kebiasaannya selama tiga tahun mondok di pesantren ini. Tapi pagi ini berbeda. "Bangun, Mazaya. Kita sudah hampir terlambat shalat Subuh," sebuah suara lembut menegurnya, diikuti guncangan pelan di bahunya. Malik mengerjapkan mata. Mazaya? Siapa Mazaya? Ia menatap sekeliling. Ini bukan kamarnya. Bukan deretan ranjang tingkat dengan seprai biru lusuh dan sarung-sarung yang tergantung sembarangan. Ini kamar dengan dinding berwarna pastel lembut, lemari-lemari rapi dengan stiker nama di pintunya, dan... empat gadis berjilbab yang sedang bergegas mengambil mukena. Jantung Malik berdegup kencang. Ada yang sangat, sangat tidak beres. "Kau mau menunggu Ustadzah Fauziah datang dan menarikmu dari tempat ti...

SENJA YANG SETIA MENUNGGU

Image
  SENJA YANG SETIA MENUNGGU Moh. Kholil Mughofar Langit Jombang mengucurkan gerimis tipis saat Mbak Nyai memanggilku ke ndalem. Daun-daun kelor di samping surau pesantren bergoyang lembut, seolah ikut berbisik tentang kabar yang bakal kuterima. Batinku sudah menduga, pasti ada tamu yang datang lagi. Ini sudah yang kesekian kalinya dalam setahun terakhir. "Nduk Lathifah, mriki," panggil Mbak Nyai dengan suara lembutnya yang khas. Kurapikan ujung kerudung putihku sebelum mengetuk pintu ruang tamu ndalem. Di dalam, seorang wanita setengah baya tersenyum sumringah melihatku datang. Di sampingnya, seorang lelaki berkopiah putih menundukkan wajah, entah malu atau sungkan. "Nah, niki putri kulo sing paling pinter nang pondok," ucap Mbak Nyai memperkenalkanku, meski aku tahu beliau hanya memuji berlebihan. Allahumma yassir wala tu'assir . Kuhela nafas panjang dalam hati. "Monggo, Bu Siti, Pak Karto, sampean jelaskan maksud kedatangane," Mbak ...

Perjalanan Menuju Cahaya

Image
  Perjalanan Menuju Cahaya Moh. Kholil Mughofar Di balik selasar pondok pesantren Al Musthofa yang berdiri kokoh di lereng pegunungan Soko Tuban, Gus Farid duduk termenung. Sinar matahari senja menerobos di antara celah-celah pepohonan pinus, menciptakan pola-pola keemasan pada lantai kayu pesantren. Pemuda berusia 23 tahun itu baru saja dipanggil oleh Kyai Zainuddin, pengasuh pondok yang sangat dihormati. "Farid, ada tugas penting untukmu," ujar Kyai Zainuddin dengan suara yang tenang namun penuh wibawa. "Kau harus menemui seseorang di perbatasan Soko dan Montong." Farid menunduk hormat, "Siapa yang harus saya temui, Kyai?" "Beliau adalah seorang wali yang menyamar dan menyendiri. Namanya Mbah Rohmat. Tidak banyak yang tahu tentangnya. Ia tinggal di gubuk kecil di kaki Gunung Nganten." Farid merasa jantungnya berdegup kencang. Mbah Rohmat adalah nama yang sering dibicarakan dalam bisik-bisik oleh para santri senior. Konon, beliau adala...

Raja Kartu Nusantara

Image
  Raja Kartu Nusantara Azhka Nurfi Abdillah Pratama   Di sebuah sudut kota Metropark, seorang pemuda berusia 17 tahun berdiri dengan tangan gemetar. Azka memegang selembar kartu bergambar naga merah dengan tulisan "Bahamut: Sang Penguasa Api" di tepinya. Keringat membasahi dahinya saat ia berhadapan dengan lawannya, Reyhan, juara bertahan turnamen kartu tingkat kota. "Kau yakin ingin melawanku dengan kartu level rendah seperti itu, Azka?" ejek Reyhan sambil memamerkan deck kartu miliknya yang berkilauan tertimpa sinar matahari sore. Metropark bukanlah kota biasa. Lima tahun lalu, fenomena aneh terjadi ketika permainan kartu Monster Realm mendadak menjadi tren. Para pemain menemukan bahwa kartu-kartu tersebut bisa memanggil monster sungguhan ke dunia nyata. Monster-monster tersebut tidak berbahaya—mereka patuh pada pemilik kartu dan kembali ke dimensi mereka setelah duel selesai. Sejak itu, duel kartu menjadi olahraga resmi dengan liga dan turnamen di selur...