Senja di Tengah Bara
Senja di Tengah Bara Alif Nur Afrizal Senja merambat pelan di langit Jawa, melukis semburat tembaga yang seakan mengingatkan bahwa hari telah lelah menahan tangis. Di tanah lapang yang berdebu, para prajurit pejuang berbaris rapi. Nafas mereka tersengal, tapi mata mereka menyala. Lonceng besi di sudut lapangan berdenting, tanda latihan senjata selesai. Di barisan depan, Kapten Hasan berdiri tegak, keringat mengalir di pelipisnya. Namun pikirannya tidak lagi di sini—ia terbang jauh, membayangkan rumah kecil beratap rumbia di tepi sawah. Di sana, Siti, istrinya, mungkin sedang menumbuk padi, dan Fatimah, anaknya yang baru genap tujuh tahun, pasti berlarian sambil memanggil ayam-ayam kampung. Suara komandan memecah lamunannya. "Kapten Hasan!" "Siap, Komandan!" Hasan menegakkan tubuh. "Latihan selesai untuk hari ini. Besok kita bersiap siaga, intel melaporkan Belanda mulai bergerak dari arah barat." Hasan mengangguk. "Siap, Komandan....