Posts

Showing posts from June, 2025

Khodam dari Guci Emas

Image
  Khodam dari Guci Emas Rado Satriya Putra   Rado mengusap keringat di dahinya sambil membersihkan gudang pesantren. Sebagai hukuman karena terlambat mengikuti pengajian subuh, ia ditugaskan membersihkan gudang yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh. Di antara tumpukan barang usang, sesuatu menarik perhatiannya – sebuah guci emas kecil yang tertutup debu. "Subhanallah, sepertinya antik," gumamnya sambil mengambil guci tersebut. Saat ia mengusap debu yang menempel, tiba-tiba asap kebiruan keluar dari mulut guci. Asap itu perlahan membentuk sosok tinggi besar. "Assalamu'alaikum, wahai tuanku yang baru," sapa sosok itu sambil membungkuk. Rado terkejut hingga terduduk. "Wa-wa'alaikumsalam," jawabnya terbata-bata. "Saya adalah Shohib, jin yang ditugaskan menjaga guci ini. Siapapun yang menemukan dan membersihkan guci ini akan menjadi tuan saya," jelasnya. "Tapi... tapi saya hanya santri biasa," kata Rado masih tida...

Senyap di Antara Dzikir

Image
  Senyap di Antara Dzikir Subuh belum juga tiba ketika Kang Rifqi sudah terbangun. Ia duduk terdiam di tepi kasur tipis yang sudah bertahun-tahun menemaninya di kamar berisi delapan santri ini. Suara dengkuran kawan-kawannya bersahut-sahutan, menciptakan simfoni malam yang sudah akrab di telinganya. Rifqi menarik nafas dalam-dalam. Sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang, dan ia harus bersiap menghadapi hari yang sama seperti kemarin dan lusa—hari-hari yang terasa seperti ujian berkepanjangan. "Allahu Akbar... Allahu Akbar..." Suara muadzin memecah keheningan. Satu per satu santri mulai bergerak, bangkit dari tidur mereka. Rifqi sudah siap duluan, seperti biasa. Ia mengambil sajadah dan tasbih, lalu berjalan menuju masjid dengan langkah yang hening. Di masjid, ia memilih shaf paling belakang, pojok kanan. Tempat yang sama setiap hari. Tempat di mana ia bisa sholat dengan khusyuk tanpa merasa diperhatikan. Namun, beberapa mata tetap saja tertuju padanya. Bisikan-bisik...

Rintihan dari gudang

Image
  Rintihan dari gudang Rizka Dewi Nur Aini   Malam satu Syuro itu tiba. Bulan tertutup awan pekat, permukaan pesantren Maulana Malik Ibrahim Bojonegoro diselimuti kegelapan yang hanya disapu sedikit oleh cahaya lampu jalan yang temaram. Di kamar asrama putri, Rizka terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa mulas dan kandung kemihnya penuh. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 01.30 dini hari. "Aduh, harus ke kamar mandi," gumamnya pelan. Rizka melihat teman-teman sekamarnya masih terlelap pulas. Ulfa yang biasanya cerewet bahkan mendengkur halus, Husna memeluk bantal dengan erat, sedangkan Khalila dan Izza tertidur dengan tenang di sudut ruangan. Rizka meraih ponselnya dan menyalakan senter, lalu melangkah keluar kamar dengan hati-hati. Koridor asrama putri terasa lebih mencekam dari biasanya. Angin malam berhembus dari jendela yang sedikit terbuka, membuat tirainya bergerak-gerak seperti sosok yang menari. Rizka mempercepat langkahnya. Ia tak pernah suka de...

Tekad Seorang Santri

Image
  Tekad Seorang Santri Syauqi Muhammad   Langit masih gelap ketika Syauqi membuka mata. Suara adzan subuh mengalun lembut dari menara masjid pondok pesantren Al-Hidayah. Di usianya yang baru menginjak lima belas tahun, Syauqi sudah memiliki tekad yang bulat: suatu hari nanti, ia akan menjadi kyai dan membangun pesantrennya sendiri. "Syauqi, mengapa engkau selalu meminta jadwal piket membersihkan kamar Kyai Rifa'i?" tanya Fahmi, teman sekamarnya, suatu hari. Syauqi tersenyum. "Karena setiap kali membersihkan kamar beliau, aku bisa melihat koleksi kitab-kitabnya. Aku juga sering mendengar beliau mengajar santri senior. Rasanya seperti mendapat ilmu tambahan." Tahun-tahun berlalu. Syauqi menyelesaikan pendidikan dasarnya di pondok dengan nilai terbaik. Kyai Rifa'i, yang telah lama memperhatikan kesungguhan Syauqi, memanggilnya ke kantor. "Anakku, aku lihat tekadmu untuk menuntut ilmu sangat kuat. Bagaimana jika kau melanjutkan studimu di Al-A...

Bisikan di Kamar Mandi

Image
  Bisikan di Kamar Mandi Khalila Alkyra Zaahid   Jam dinding tua di ujung koridor asrama putri Pesantren Maulana Malik Ibrahim berdentang satu kali, menandakan waktu telah lewat tengah malam. Keheningan yang mencekam menyelimuti bangunan asrama yang biasanya dipenuhi celoteh dan tawa para santri. Khalila terbangun dengan tiba-tiba, matanya terbuka lebar menatap langit-langit kamarnya. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha mengingat mimpi apa yang baru saja membuatnya tersentak dari tidur. Namun, yang terasa justru desakan yang tak tertahankan dari kandung kemihnya. "Ya Allah," bisiknya pada diri sendiri seraya menyibakkan selimut. Ia melirik ke sekeliling kamar asrama. Ulfa, Husna, Rizka, dan Izza masih terlelap dalam tidur mereka. Dengkuran halus Ulfa terdengar berirama, kontras dengan keheningan malam yang mencekam. Khalila mengambil senter kecil dari bawah bantalnya dan melangkah perlahan menuju pintu, berusaha tidak membangunkan teman-temannya. Koridor asrama...