Posts

Showing posts from November, 2016

Sayonara

Image
( Cerita ini adalah 2 tahun yang lalu saat aku masih MTS ) Oleh: Beit La_Fieda Hari demi hari tak terasa silih berganti. UN yang begitu menegangkan telah usai. Meskipun begitu, tetap saja kami masih merasakannya. (huh…) Setelah satu bulan menunggu… kini tibalah hasil UN dibagikan. Seluruh siswa masuk ke ruang kelas masing-masing. Beribu perasaan yang tak menentu membuat badan kami dingin dan berkeringat. (Dag-dig-dug-der!) Detak jantung berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Entah apa yang sedang kami fikirkan saat itu? Gosip miringpun sampai ke telinga kami… “Ada 3 murid yang tak lulus”. Aku jadi gelisah… entah dengan perasaan teman-teman? Tepat pukul 11:00 amplop-amplop yang berisi selembar kertas yang tertera lulus-tidaknya siswa terlihat siap untuk dibagikan. Memang, sih… kelulusan sudah tidak ditentukan oleh Negara, tapi oleh pihak sekolah sendiri. Tapi, tetap saja hatiku mulai menggantung.  Aku tak kuasa melihat guru yang akan membagikan amplop itu berdiri...

Mencoba Bertahan Di Sini

Image
Oleh: Intan E. N. A. “Tilawah itu selalu membuatku harus tersedu” Dulu ceritanya awal aku pergi teng pondok karena dari tekad dan keinginanku sendiri. Sebab kedua orang tua tidak mau memaksa saya terkait pendidikan. Entah itu formal ataupun non formal. Dan alhamdulillah akhirnya saya diikutkan mondok mbak Susi (sekarang istri ustadz Muharrom) di PP. Adnan Al Charish. Terkait keluarga saya ,,, orang tua saya hanya pekerja tani. Bapak di samping tani punya tanggungan ngurusi masjid meskipun beliau tidak lulusan pondok dan tidak pula lulusan madrasah. Bapak dulu hanya ikut ngaji tiap sore. Dan setiap hari jumat atau ketika PHBI, malam takbiran untuk prepare sholat ied bapak bertugas membersihkan mulai halaman dan masjid sendiri. Dan ibu sayapun bukan lulusan pondok. Latar pendidikan keluarga saya benar-benar sangat biasa. Punya keinginan mondok sebenarnya ingin pondok pesantren yang ada hadrahnya, sebab saya merasa senang dan ayem setiap melihat hadrah. Dulu sempat saya pun...

Menjadi Santriyat

Image
Oleh: Mbak Tuta “Waktu awal-awal jadi santri itu ...” Nami kulo Siti Barrotut Taqiyah saking Bojonegoro. Kalau nama beken kulo yang biasa diperkenalkan oleh bapak; Mbak Tuta. Heee. Dan berikut adalah sekilas cerita mondokku ... Tahun 2008 tamat MI saya dikirim ke pondok Adnan Al Charish. Perasaanku kemudian? Sedih. Merasa tidak punya teman. Pengen mantuk kangen ibuk (heee). Gak karu-karuan pokoke. Itu berjalan sampai kira-kira satu tahun. Selama itu aku sering pulang. Kelas 6 ibtida’ terasa sangat berat karena faktor belum kerasan. Sampai-sampai pas tamrin karena aku sering mantuk kitabku bolong-bolong. Akhirnya bapak memintakan keringanan pada panitia (isin aku) agar aku tetap bisa mengikuti tamrin. Hmm perjuangan orang tua. Untuk kelas selanjutnya insyaallah baik-baik saja. Saat sudah tamat diniyah rasanya sedih dan ada rasa kecewa. Kecewa sebab kurang puas sebenarnya. Baru menyesal. Suram pokoknya. Yah memang penyesalan selalu di akhirkan. Bapak yang termasuk tenaga...

Rain & Rainbow

Image
Oleh: Setangkai Mawar “Dan akhirnya kuputuskan juga” Pada akhirnya, saya memutuskan melanjutkan study kesini, ditempat ini, PP Alcha. Bojonegoro city *meski ini bukan keinginsaya* saya hanya percaya pilihan mama dan papa adalah yang terbaik. Berjalan di tempat baru, suasana baru, cerita baru, kawan baru. eaaa semuanya serba  baru. Tangis demi tangis, tawa demi tawa, mengalir kujalani *ini baru awal*. Meski sempat berniat bunuh diri dipohon tomat *sayangnya tidak ada* bahkan boyong *bahasa orang sini*, gimanapun caranya saya harus tetap disini. Gak mau putus asa sama keadaan, nyerah dengan semua problematika *ohh no.no.no. itu bukan saya banget*. Kasihan kan cita citsaya. *Cinta menjadikanku kuat *ehhmmm…eaa* Semua berawal dari cinta *Power Of Love* Cinta dari mama dan papa Cinta dari brother and sister Cinta dari sanak family Cinta dari teman dan sahabat Cinta dari ustad dan ustadzah Cinta dari…..????ummm Cinta dari…????emmmm ahaa”DIA” Kepergianku...

Waktu Preparing FBM

Image
Oleh: Iin “Mustahiq dan murid-muridnya” Pak Sahal masuk kelas dengan menenteng kitab Kifayatul akhyar birunya. Segera Ulya dan kawan-kawannya ambil posisi tapal kuda dengan semanis mungkin. Salam pembuka terucap dengan balasan seperti biasa. Selanjutnya pak Sahal memulai kelas malam itu dengan satu pertanyaan: “Piye persiapane?”

Kita Jadi Rival!

Image
Oleh: Immeyra_Angel Aku suka sekali menulis. Aku pikir jadi penulis adalah cita-cita yang keren. Aku sangat senang ketika ceritaku muncul di THALIBAN, walaupun bukan karya utuhku. Ada sahabat-sahabat setiaku yang membantuku, Atul dan Dinda. Dan dari saat itulah semua dimulai. Entah karena apa Mala selalu sinis padaku. Mungkinkah dia iri atau gak suka dengan sikapku? Saat Dinda bilang suaraku lumayan, Mala sahabatku dulu itu terus-terusan menyanyi. Aku akui suaranya bagus. Bagus banget, malah. Tapi sayang tidak ada yang pernah memujinya. “Kebanyakan orang yang bisa nyanyi itu pinter” Ngendikan’ ipun [1] ustadz Aziz waktu ngajar diniyah sore itu. Seusai diniyah Mala membuat heboh seisi kamar. “Hey… seneng, deh dipuji sama ustadz Aziz. Katanya orang yang pandai nyanyi dan suaranya bagus itu pinter… wah, berarti aku pinter, dong, ya?” Kata Mala. “Yang bener, mbak La ustadz Aziz ngendika gitu?” Tanya Ria. “Iya-lah… bagus, kan!!!” “Perasaan ustadz Aziz gak ngarahkan kat...

Mulai Ngaji Sampai Tinju

Image
By : Mbah Nang Nyantri “Rossi dan Rossa memiliki bakat yang sama” Ada satu malam di penghujung tahun 2011 lalu yang memberikan kesan menarik pada saya. Ketika saya hendak beranjak dari tempat saya, ada seseorang yang memanggil. Saya sudah menduga apa yang akan disampaikannya. Sebuah pertanyaan. Itulah yang akan dia sampaikan. Tapi, ternyata pertanyaan yang diberikannya benar-benar di luar dugaan.

Jilbab-Baju-Sarung

Image
Oleh: Aya Shofiya “Belajar ribet untuk tidak ribet” Terkadang kita dituntut untuk memutuskan sesuatu secepat mungkin. Hhh . . . menurut admin. . . inilah yang berat di pesantren. Kalau anak putri, hehe . . . misalnya saat cepet-cepetan harus milih-milih baju buat di pakai jalan-jalan ke pasar. "Ay . . . . ayo cepat!!!" "Cepet, Ay . . . len-nya keburu lewat nanti!!!" Jadi gugup kalau ada yang berteriak-teriak begitu. Jadi harus memutuskan cepat, nich! . . . . kombinasi baju, jilbab dan sarung. Sarung? Kayak baru lahiran? Hehe . . . Kata siapa? Anggun kok. Coba dolan ke pondok putri. Hampir semua pakai sarung. Cantik-cantik dan manis-manis, kan? Paduan warna harus pas. Kan gak lucu atasan merah, tengah hijau terus bawahan pakai biru. Hehe . . . . parah-parah. Meski anak pondok tetep harus nggaya! Gaul! Pondok putri. Beda kalau para penghuni asrama seberang. Mau pakai yang sehancur apapun semau dia. Gak ambil pusing. Ya ampuuun. Oalah kang . ....

PENANTIAN BUNGA

Image
Penantian bunga Created by: Ukhty Bagaimana aku t’ gelisah Sermentara banyak bunga-bunga indah yang bermekaran di luar sana Bagaimana aku t’ khawatir Sementara putik-putik mereka lebih menwan dari pada milikku

Katakan Saya Cerdas

Image
By : Mbah Nang Nyantri “Orang cerdas menganggap dirinya cerdas dan orang bebal menganggap dirinya bebal” Suatu ketika, saya lupa kapan persisnya, pikiran sehat saya terusik oleh rangkain pertanyaan yang cukup panjang;  Kenapa manusia berbeda-beda? Ada yang giat dan ada yang malas. Ada yang pemberani dan ada pula yang penakut. Ada yang cerewet dan ada pula yang pendiam. Kenapa? Padahal mereka memiliki bentuk tubuh yang sama. Dengan dua pasang mata dan telinga yang sama-sama untuk melihat dan mendengar?

Santri Baru

Image
Oleh: Arins_Teratai Tahun ajaran baru telah datang. Dan seperti biasanya Pesantren menerima pendaftaran para santri baru, ada yang dari sekitar saja, ada yang dari luarkota, dari luar provinsi bahkan ada juga yang dari luar negeri. Yang salah satu diantaranya bernama Sani. Seorang gadis manis bertubuh mungil yang lumayan bandel. “Biasa pondoke…” Komentar  gadis itu sambil meringis. “ Lha kon piye neh to, San ? [1] ” Jawab Aminah santriyat senior. Waktu anak2 baru sorogan [2] al Fatihah, Sani malah asyik tiduran. Melihat kelakuan santri baru itu Aminah segera membangunkannya. “Sani… Sani… Tangi! Ngaji! Mbangkong ae … [3] ” “Yo…yo, mbak…hhh…” Sani-pun langsung pergi ke kamar mandi, mengambi air wudlu lalu memakai mukenanya. Kemudian ia pergi menyusul teman-temannyanya yang sudah dahulu berangkat. Karena belum tahu adab saat setoran [4] , waktu sudah didepan Bu Nyai Sani tiba2 langsung berdiri. “Sani…Duduk! Jangan berdiri!” Tegur Aminah dengan suara pelan. “ Py...

Telat

Image
Oleh: Same_ Adzan shubuh telah berkumandang beberapa menit lalu. Namun kenteng tiga tak kunjung terdengar. Hawa dingin dari hujan semalam masih terasa, membuat para santri menarik kembali selimut hangat mereka. Jam sudah menunjuk pukul 04:45. Namun sebagian besar santri masih terlelap. Mbak-mbak penguruspun menarik paksa selimut mereka dan memaksanya bangun. Sinar terang matahari kini benar-benar telah terlihat. Jamaah baru saja usai.Karena hari Jumat kegiatan santri selanjutnya adalah mengikuti tahlil bersama di sarean . Mereka nampak sama sibuk berganti dengan baju putih, kerudung putih, dengan bawahan sarung dan tak lupa berdandan sekedarnya. Berbeda dengan para santriyat yang lain, Izani dan keempat temannya; Ani, Fara, Lina dan Sinta masih berdiam diri di kamar mandi. Entah apa yang sedang mereka lakukan. “Ran… sudah selesai? Aku sudah” Ani berteriak dari kamar mandi sebelah. “Iya… sebentar lagi” Jawab Rani dengan suara malas. Setelah meng-qodlo’ sholat shubuh b...